48ㅡCry

8.3K 1.8K 349
                                    

"Jasadnya tidak diotopsi?" tanyaku tidak percaya.

Jimin mengangguk tanpa menoleh ke arahku. Ia tengah fokus menyetir, saat ini kami tengah di perjalanan menuju ke pemakaman Hara.

"Bagaimana bisa? Bukannya pihak kepolisian membutuhkan hasil otopsi?"

Jimin kembali mengangguk. "Benar, dan kudengar pihak keluarga tidak ingin jasadnya diotopsi."

Aku melepas kacamataku dan mengusap wajahku gusar. Sekarang aku tahu alasan mengapa Taehyung tidak dipenjara, pihak polisi tidak mendapatkan hasil otopsi jasad Hara yang seharusnya bisa menjadi bukti kuat tentang janin di perutnya.

"Jadi, Taehyung benar-benar tidak akan di penjara? Bagaimana bisa polisi membiarkan pembunuh sepertinya berkeliaran?" Aku menghela napas berat.

"Bagaimanapun juga, kita tidak bisa membantu sama sekali."

Jawaban Jimin membuat aku menggigit bibirku, lalu kemudian memasang kembali kacamataku saat Jimin selesai memarkirkan mobilnya. Di sini benar-benar ramai, aku sedikit muak melihat kerumunan orang yang bahkan hanya datang untuk mencari muka.

Beberapa wartawan datang, inilah alasan terkuat kenapa banyak guru yang datang pula. Mereka berpura-pura menangis dan benar-benar terlihat menyedihkan.

Aku masuk ke dalam bersama dengan Jimin, saat itu kami sama sekali tidak diperdulikan semua orang yang berada di dalam. Ternyata ada hal menarik lain yang mereka jadikan tontonan, yaitu Taehyung.

"Kembalikan Hara padaku, kembalikan dia padaku, pembunuh!" Nenek Hara memukul Taehyung berkali-kali sembari terus menangis, sedangkan Taehyung terpaku di tempatnya walaupun sesekali pukulan yang mendarat di tubuhnya membuat ia terdorong sedikit ke belakang.

Seluruh pasang mata yang melihat adegan tersebut berkaca-kaca, termasuk diriku sendiri. Aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak tumpah saat melihat betapa rapuhnya nenek Hara di sana.

"Ia bilang padaku bahwa Seoul benar-benar kejam, ia bilang bahwa ia ingin kembali ke jepang. Ternyata alasannya adalah kau. Mengapa kau tega membunuh gadis sepertinya?" Nenek Hara akhirnya terduduk di tempatnya, ia bersandar di dinding sembari terisak dan benar-benar tampak menyedihkan.

Semua orang menatapnya kasihan, beberapa orang menghampiri Nenek Hara, membawa perempuan tua itu masuk dan menenangkannya. Sedangkan Taehyung masih menunduk tanpa mengangkat wajahnya sekali pun.

Semua orang menatapnya seolah ia sampah menjijikkan, aku bahkan bisa mendengar beberapa orang menyumpahinya mati. Kupikir ia pantas untuk itu, nyawa harus dibayar dengan nyawa.

Kami kemudian mengambil tempat duduk di pojok ruangan. Tangan Jimin tiba-tiba meraih tanganku, ia mengisi celah kosong jemariku dan mengenggamnya dengan lembut, aku spontan menoleh ke arahnya.

"Gwaenchana?" Ia berbisik menatapku khawatir. (Kau baik-baik saja?)

Aku menghela napas, kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Sebaiknya kita pulang," ujar Jimin yang langsung membuatku menggeleng, setidaknya kami harus berada di sini selama lima belas menit.

Jimin akhirnya mengangguk menyetujui keputusanku, dan detik selanjutnya aku menyesal telah menolak ajakan pulang Jimin setelah melihat seseorang baru saja datang dan menyapa seluruh orang dengan ramah.

Fall Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang