Tubuhku gemetar. Aku memesan taksi dan langsung menerobos masuk rumah Hara, beruntung ia memberitahuku perihal kunci cadangan rumahnya yang berada di dalam pot bunga.
Ia belum pulang dan keadaan rumahnya sama seperti saat kami meninggalkannya beberapa jam yang lalu. Aku tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini, sama sekali tidak.
Hari ini benar-benar hari yang panjang.
Dimulai dari Hara mengajakku ke club sialan tersebut, lalu aku yang hampir diperkosa dan ditolong Jimin, dan terakhir adalah yang paling parah. Taehyung yang tiba-tiba berada di dalam rumahku dan mengatakan kebenaran tentangnya.
Ia seorang stalker, penguntit, mesum, maniak dan ia benar-benar sudah gila.
Hanya dengan membayangkan ia berada di kamarku saat aku tidak ada saja sudah membuatku merinding setengah mati.
Mengerikan.
Bagaimana bisa aku tidak menyadari bahwa ia adalah penyebab mengapa barang-barangku selalu berpindah tempat seolah seseorang membuatnya sedikit bergeser dari tempat awalnya?
Aku melepas seluruh pakaianku dan menggantinya dengan baju tidur yang kudapat dari lemari Hara, kurasa aku tidak akan dimarahi hanya karena ini. Kuhapus riasanku dan memilih untuk merebahkan diri di ranjang, setelah sebelumnya aku meyakini diriku bahwa aku sudah mengunci kembali pintu rumah Hara.
Aku mengkhawatirkan Hara, walaupun mungkin ia sering ke club tapi bukankah ia baru kembali ke Korea? Ia selama ini tinggal di Jepang, bukan?
Aku ingin menyusulnya, namun aku teringat raut wajah Jimin yang marah padaku. Ia marah karena aku pergi ke sana, padahal ia sendirilah yang pertama kali mengajakku ke sana.
Aku menghela napas berat, kupejamkan mataku dan akhirnya kembali membukanya secara spontan karena wajah Taehyung yang tiba-tiba berkelebat di benakku. Sial.
Mataku menerawang ke atap kamar milik Hara, ruangan ini benar-benar bernuansa feminim. Sangat jauh bila dibandingkan dengan ruanganku yang mungkin kalian akan mendapati beberapa benda yang berhubungan dengan Babi.
Babi kecil.
Jantungku kembali berdebar ketika teringat oleh panggilan yang Taehyung yang ia berikan tadi. Aku curiga ia melihat koleksi pakaian dalamku yang bernuansa babi, karena hal itulah yang paling mencolok di antara barang-barangku. Dan benda tersebutlah yang sering terlihat pergeserannya walaupun hanya satu inci saja.
Aku memijat kepalaku yang terasa sedikit pening, aku tak menyangka bahwa hidupku akan seberantakan ini.
Kendati demikian, sekarang aku tahu dengan pasti tentang satu hal. Di antara Jimin dan Taehyung yang mana yang harus kujauhi dan yang mana yang harus kupercaya.
Tentu saja, Jimin.
Aku menyesal telah berburuk sangka padanya, dan aku juga menyesal telah memberikan ciuman pertama pada si brengsek Kim Taehyung.
Usai memutuskan akan bertahan pada pilihan tersebut, aku memutuskan untuk tidur dan melupakan segala masalahku.
---
Aku yakin bahwa aku tidak salah dengar ketika aku mendengar suara bising di luar kamar saat ini, kulirik jam dinding di atas lemari yang menunjukkan jam setengah tiga pagi, mau tak mau aku mengucek mataku sekilas dan kemudian membuka pintu kamar Hara.
Aku hampir saja berteriak ketika melihat seorang wanita yang meringkuk di atas sofa ruang tengah.
Kupikir aku melihat penampakan atau mungkin sadako yang tersesat. Tapi setelah kuhidupkan saklar lampu ruangan, aku bisa tahu hanya dengan sekilas saja bahwa wanita tersebut adalah Hara."Hara?" Aku mendekatinya tanpa pikir panjang, kurasa ia masih mabuk.
Tapi nyatanya ia sepertinya tidak mabuk, walaupun kondisinya sangat kacau dan menyedihkan. Rambutnya sedikit berantakan, dress yang ia kenakan terlihat lecek dan saat ini ia masih meringkuk dengan memeluk lututnya sendiri.
Ia menangis sesengukan. Melihatnya seperti ini sungguh membuat aku ikut prihatin. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Hyesun." Ia mengalihkan tatapannya padaku, mengusap kedua air matanya walaupun pada akhirnya ia mengeluarkan air matanya lagi.
"Apa yang terjadi padamu?!" Aku sedikit panik, memegang kedua bahunya erat.
"Maaf, Maafkan aku." Ia bergumam sembari terus menangis. Aku tidak mengerti. Kondisinya terakhir kali ketika aku meninggalkannya, ia terlihat baik-baik saja. Ia masih sempat tertawa hingga aku pikir ia sudah mabuk berat.
Aku memilih duduk di sampingnya, lalu kemudian memeluk tubuhnya sembari mencoba menenangkannya.
"Beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi." Aku menatapnya serius. Ia terdiam sesaat, menatap mataku dengan mata sembabnya dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Aku memeluknya kembali, memberinya waktu agar ia bisa memberitahu padaku apa yang sebenarnya terjadi padanya. Hari ini libur, jadi aku merasa tenang dan bersyukur karena tidak akan melihat wajah Taehyung untuk sehari.
"Maafkan aku, Hyesun."
Aku mengernyit heran, kulepas pelukanku dan kembali menatap Hara setengah memohon agar ia menjelaskan alasan mengapa ia terus-terusan meminta maaf.
"Ia menyuruh orang lain." Hara kembali menangis terisak.
"Apa yang kau bicarakan?"
Tubuh Hara sedikit gemetar, ia meraih tanganku dan mengenggamnya erat. "Ia melakukannya lagi padaku, Hyesun."
"Siapa yang kau maksud?" Aku mencoba untuk tidak panik dan mencoba tenang. Aku tidak mengerti siapa, mengapa dan sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mengerti.
Ia melakukannya lagi. Ia menyuruh orang lain.
Hara secara tak langsung menyebutkan pihak lain dalam hal ini, seseorang. Tapi, siapa? Apakah ia kena rampok? Bullying? Atau apa? Aku bisa gila hanya karena memikirkan hal ini saja, Ya Tuhan.
"Hara, pertama-tama kau harus tenang. Tarik napas dan buang perlahan," ujarku memberi arahan yang entah ini bermanfaat atau tidak. Aku sering melihat orang-orang melakukan ini agar ia lebih rileks.
Hara mengangguk, ia sudah berhenti menangis walaupun masih sesenggukan sesekali dengan mata sembabnya. Dengan perlahan, ia mengikuti arahanku. Aku dengan sabar menunggunya hingga ia selesai dan kondisinya benar-benar rileks.
"Sekarang, kau mau memberitahuku?"
"Hyesun, mianhae." (Maafkan aku)
Sial. Bila ia terus-menerus hanya mengatakan hal ini, bagaimana bisa aku tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya dan mengapa ia terus menerus meminta maaf?
"Aku memaafkanmu Hara, bisakah kau memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Aku menarik napas, mengusap surainya lembut.
Ia sepertinya tengah memikirkan jawaban atas pertanyaanku dan menimang-nimang apakah ia harus menjawabnya atau tidak.
"Ia melakukannya lagi padaku."
Aku sungguh muak mendengar kalimat sialan ini.
"Beritahu aku siapa dia." Aku berdesis setengah frustasi, berharap dia memberikan jawaban yang memuaskan.
"Geu namja-da." (Lelaki itu) []

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...