70ㅡDestiny

12.1K 1.3K 421
                                        

Di satu ruangan yang dipisahkan oleh meja serta kaca, Hyesun duduk di salah satu sisinya. Ia mengenggam erat tali tas yang ia bawa, rasanya ia sudah tahu tentang apa yang akan terjadi setelah ini. Maka dari itu, ia sudah menyiapkan dirinya.

Seorang pemuda yang sedari tadi ia tunggu masuk ke dalam ruangan setelah salah satu petugas membuka borgol di tangannya, Taehyung benar-benar tidak menyangka bahwa Hyesun akan datang untuk membesuknya.

Ia duduk di kursi yang telah disediakan, menatap lekat-lekat wajah gadis yang berada di hadapannya. Walau kenyataannya mereka berdua terhalang oleh sebuah kaca transparan.

"Apa kabar?" tanya Taehyung dengan suara khas miliknya, suara yang sukses membuat mata Hyesun kembali memanas.

"Apa kabar? Apa itu satu-satunya yang ingin kau tanyakan setelah semua yang terjadi?" sambar Hyesun.

Taehyung terdiam sejenak, mata mereka beradu pandang dan terpaku dalam waktu yang cukup lama hingga akhirnya Taehyung kembali berujar, "maaf, maafkan aku."

"Jangan meminta maaf, itu membuatku nampak menyedihkan."

Pemuda itu tersenyum, ia menunduk. "Ini semua salahku, keegoisanku mencintaimu dan takut akan kehilanganmu berubah menjadi sebuah obsesi yang membuatmu takut."

Hyesun merasa matanya benar-benar memanas, hingga akhirnya air mata yang sedari tadi menumpuk benar-benar jatuh dan membasahi pipi kirinya. "Mengapa kau melakukan ini semua, Tae? Jawab aku."

"Karena aku mencintaimu, tidakkah semuanya jelas? Aku ingin melihatmu baik-baik saja."

"Kau sudah tahu bahwa sejak awal aku tidak terlihat baik-baik saja, lantas mengapa kau tidak menjelaskan perihal Hara padaku?" Nada suara Hyesun meninggi, ia tidak peduli bahwa saat ini Taehyung bahkan menatapnya dengan dipenuhi rasa bersalah.

"Karena kau tidak memberiku kesempatan, karena kau tampak bahagia bersama Jimin, dan karena aku adalah seorang pengecut yang lari dari takdir buruk," jawab Taehyung.

"Kau tahu bahwa kau ini bodoh, bukan?" tanya Hyesun dengan iris matanya yang masih mencoba bertahan menatap Taehyung. Ia menghela napas, "namun aku jauh lebih bodoh."

"Aku mencintaimu, Taehyung."

Kalimat yang dilontarkan Hyesun barusan sukses membuat Taehyung merasa matanya memanas, untuk pertama kalinya ia mendengarkan kalimat tersebut dari Hyesun secara langsung.

Selanjutnya, ia terdiam dan menatap Hyesun yang tengah menangis terisak di hadapannya.

"Tapi kisah cinta kita begitu lucu. Layaknya terbakar api, kita terbakar dan hancur. Rasa egois serta obsesi cinta membuat kita berdua tampak menyedihkan." Ada jeda sebelum Hyesun kembali melanjutkan, "Tae, semuanya begitu menyakitkan untukku."

"Semuanya akan baik-baik saja," desis Taehyung.

"Dan kau tahu bahwa kalimat 'semuanya akan baik-baik saja' tidak berlaku sama sekali untuk kita berdua," balas Hyesun.

"Apakah kau percaya takdir?" Entah bagaimana, Taehyung melontarkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang ia ajukan pada Hyesun saat mereka pertama kali bertemu, di UKS.

"Sekarang, aku percaya," jawab Hyesun. "Kita bertemu di UKS, jatuh cinta satu sama lain hingga terlibat seluruh masalah ini karena takdir, bukan?"

Taehyung mengulas senyumnya walau air mata menumpuk di pelupuk matanya. Pada akhirnya, air matanya jatuh kala Hyesun melanjutkan kalimatnya, ia merasa sesak.

"Tae, aku lelah. Apa aku boleh lari dari takdir buruk kali ini?"

Keduanya menangis, hanyut dalam pikiran serta perasaan masing-masing. Mereka takut akan masa depan, dan tentang apakah mereka sanggup menghadapi semuanya atau tidak. Kesamaan mereka hanya satu, keduanya adalah si lemah yang berpura-pura kuat.

Fall Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang