6 - Tes Masuk (2)

1.3K 114 1
                                    

"Reif laeb!"

Tepat setelah sebuah suara misterius itu selesai mengucapkannya, sebuah bola api terbang dengan kecepatan penuh, hendak membakar Mr. Dat. Untungnya, Mr. Dat bukanlah makhluk yang lemah dan serampangan, dia selalu waspada. Sehingga serangan itu dengan mudah bisa dia hindari.

"Usaha yang bagus... tapi tidak cukup. Leptan Aero!" Ujar Mr. Dat mengeluarkan mantranya. Membuat orang misterius itu terpental dengan elemen angin miliknya.

"Tch, dasar kau monster..." anak laki-laki itu mendengus kesal. Mr. Dat sudah berdiri di hadapannya dengan sebuah seringaian menghiasi wajahnya.

"Gagal lagi ya? Tuan Muda Greene?" Ujar Mr. Dat dengan nada suara meremehkan. "Sebagai hadiah karena kau berani bolos kelas lagi demi membunuhku, kau mendapat peringatan terakhirmu. Dan lagi kali ini, tongkat sihirmu tidak akan berfungsi selama 3 hari." Ujar Mr. Dat sambil menyihir tongkat sihir anak laki-laki itu.

"Kau... monster..." ujar anak itu sambil menggertakkan giginya. Menatap tajam ke arah tongkat sihirnya yang sudah selesai disihir oleh Mr. Dat.

"Kelihatannya kau sangat membenciku, Tuan Greene? Apa ada alasan dibalik itu? Kalau begini terus, aku sendiri tidak merasa nyaman" Tanya Mr. Dat dengan nada serius.

"Siapa yang peduli denganmu?" Ujar anak itu ketus. "Aku hanya ingin menyingkirkanmu dari sekolah ini. Itu saja! Aku tidak suka padamu!" Bentak anak itu pada Mr. Dat.

"Begitukah? Tapi tidak akan semudah itu untuk bisa menyingkirkan aku. Karena seperti yang kau tahu, aku memiliki pangkat yang lebih tinggi dari Mr. Wilde. Kalau aku tidak ada, sekolah ini akan hancur." Ujar Mr. Dat dengan pandangan sayu.

"Kau... monster... aku benci padamu!" Teriak anak itu sambil berlari pergi meninggalkan Mr. Dat yang berdiri mematung.

"Aah... kalau saja aku tahu alasan kenapa dia membenciku. Maafkan aku, Tuan Greene..." ujar Mr. Dat lirih.

-Di tempat Lucianna-

Saat ini sudah saatnya tes fisik. Lucianna yang sebelumnya memperoleh nilai-nilai yang baik harus berhenti sampai di sini. Karena dia sama sekali tidak bisa olahraga. Ayahnya mungkin kuat, tetapi ibunya bisa dibilang cukup lemah. Sehingga hal ini menurun kepada Lucianna.

Dia berkali-kali terjatuh saat melompati rintangan, dan selalu menjadi yang terakhir setiap berlari. Tapi untungnya dia masih bisa melewati itu semua.

Mr. Vauxhall, guru olahraga mereka memaklumi keadaan Lucianna dan beberapa orang yang senasib dengannya. Dan mereka masih diberi toleransi asalkan dapat mengikuti tes sampai selesai. Karena memang tidak banyak kaum Recht yang memiliki fisik yang kuat. Sehingga kadang penilaian terhadap 'Tekad' jauh lebih diperhitungkan.

Akhirnya 3 ujian itu selesai juga. Lucianna dan 10 orang yang lainnya berkumpul kembali di lapangan. Tempat dimana Mr. Wilde akan mengumumkan kelas dan tingkatan mereka.

Alhasil, untuk Lucianna White, dia mendapatkan nilai A+ untuk tes pengetahuan dan praktik sihir. Tetapi untuk tes fisik, dia hanya mendapat nilai B. Dan Lucianna ditetapkan lulus tes, dan akan memasuki kelas 2-Re mulai besok. Lucianna masuk ke strata kelas A.

Mr. Wilde memberikan seragam baru untuk Lucianna. Ada 2 jenis seragam di Gynx Academy dan beberapa aksesoris untuk para siswi. Dan warna aksesoris disesuaikan dengan warna elemen yang mereka miliki.

"Ada 2 jenis seragam yang kalian dapatkan. Yang pertama adalah seragam formal Gynx Academy. Yang wajib dipakai jika ada acara resmi dan sesuai dengan pemberitahuan. Dan seragam yang berikutnya adalah seragam yang bisa kalian desain dan modifikasi sesuka hati kalian. Bisa disesuaikan dengan musim, dan keadaan hati kalian." Jelas Mr. Wilde memberi petunjuk.

Lucianna cekikikan mendengarnya. Siapa sangka ternyata Gynx Academy juga memperhatikan mengenai selera fashion para siswanya. Kemudian masing-masing dari mereka diberikan 1 buah buku yang cukup tebal. Berisikan petunjuk, kumpulan mantra, dan masih banyak lagi.

Akhir kata dari Mr. Wilde adalah, untuk menyuruh mereka agar tetap rajin belajar dan menjadi yang terbaik. Bahkan untuk gelar Dichornia yang mereka inginkan.

Selepas acara, Lucianna diantarkan menuju gedung asramanya. Disana dia akan mendapatkan seorang teman sekamar. Bisa saja junior ataupun seniornya. Jantung Lucianna berdegup kencang. Merasa gugup, karena bisa dibilang dia akan mendapatkan teman pertamanya.

Sejujurnya Lucianna belum pernah berteman dengan siapapun. Jadi mencari teman bukanlah keahliannya. Jadi hal ini membuatnya cukup merasa gugup.

"Ini kamarmu, Nak..." ujar seorang wanita yang mengantarnya. Lucianna mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Setelah wanita itu berlalu, Lucianna masih mematung di depan pintu kamarnya. Angka 272 terpampang dengan sangat jelas di depan matanya.

Dengan hati yang sangat tegang dan penuh keraguan, Lucianna meraih gagang pintunya.

"Cklek"

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang