39 - Serang, jangan?

779 73 1
                                    

"Apakah Scarlet itu adalah kekasih Rucarion?"

Lucianna melontarkan kalimat itu dengan santai tanpa beban kepada Xavier dan Irene. Wajah mereka langsung berubah, menatapnya dengan tatapan aneh. Ada unsur rasa geli dan merendahkan di mata mereka.

"Seorang Nr. Greene?" Ujar Xavier dengan tatapan merendahkan dan tidak percaya. "Kalimatmu tadi akan terdengar lebih baik jika dibalik menjadi 'Rucarion adalah kekasih Scarlet?' Begitu." Lanjut Xavier lagi.

"Banyak gadis-gadis yang suka berhalusinasi di sini." Ujar Irene menimpali percakapan mereka. "Mungkin efek dari fase ralvanse mereka." Lanjut gadis bersurai pirang-hijau itu lagi.

"Iya... mereka beranggapan bahwa Rucarion akan menaruh hati kepada mereka jika mereka bisa mendekatinya. Tapi yah... kau sudah lihat sendiri, pemuda itu tidak punya hati nurani." Ujar Xavier sambil mengalihkan pandangannya dari pintu.

"Hee... begitukah? Habisnya aku melihat Scarlet dengan santainya bisa merangkul tangan Rucarion begitu." Ujar Lucianna menjelaskan sambil menatap pemandangan itu dengan seksama.

"Jika ada gadis yang nekat mendekati Rucarion sampai melakukan kontak fisik berlebihan dengannya.... Kau sedang melihat Scarlet Hart." Ujar Xavier sambil turun dari mejanya.

"Xavier, kau mau ke mana?" Tanya Lucianna melihat teman barunya yang merupakan lightning bender sekaligus earth bender  itu meninggalkan tempatnya.

"Membereskan sesuatu yang tidak pada tempatnya." Ujar pemuda itu santai. Irene menarik senyum di wajahnya menatap punggung pemuda itu.

"Apa maksudnya?" Tanya Lucianna terheran-heran. Irene tersenyum semakin lebar, dan menunjuk ke arah pintu masuk.

Xavier tidak setinggi dan setegap Rucarion yang tinggi badannya mencapai 177 cm. Xavier hanya setinggi 160 cm dan tidak terlalu memungkinan untuknya bertambah tinggi lagi. Mimpi kecil dual-element bender ini hanya sebatas menemukan mantra penambah tinggi badan.

Xavier berusaha menembus kerumunan itu dengan mempertahankan sikap cool miliknya. Karena dia tahu Irene sedang menatap ke arahnya. Walau dia sendiri kesulitan, akhirnya dia berhasil berdiri di hadapan Scarlet dan Rucarion.

"Xavier Drakens." Ujar pemuda bersurai coklat-kuning itu santai sambil memperkenalkan dirinya. Di posisi itu, Xavier mendapati bahwa Scarlet menahan Rucarion dengan memeluk lengan pemuda arogan itu di depan umum. Hal itu menghalangi Rucarion untuk mengambil tongkat sihirnya.

"Tch... kenapa si kepala belang ini bisa setenar ini sih?" Gerutu Xavier dalam hati secara diam-diam.

"Siapa kau?" Suara melengking khas milik gadis berambut pirang-merah yang sedang sibuk bergelayut di lengan Rucarion terdengar.

"Maaf, nona... tapi sepertinya TEMANku ini butuh bantuanku." Ujar Xavier sambil memaksakan senyum dan raut wajahnya ketika dia menekankan kata "teman" di hadapan Rucarion. Entah mengapa rasanya menggelikan bagi pemuda berpostur mungil itu mengatakan hal demikian.

"Rucary... dia temanmu? Bahkan aku lebih tinggi darinya. Rucary berteman dengan orang sepertinya?" Ujar Scarlet dengan nada manja yang memuakkan bagi Xavier, dan apalagi di telinga Rucarion yang membenci hal itu.

"Berhenti memanggilku dengan nama menjijikkan itu! Lalu, kau! Apa maumu, Pendek?" Ujar Rucarion dengan nada pedas.

"Aku mungkin tidak tinggi. Tapi mungkin karena itulah gengsiku tidak setinggi milikmu." Ujar Xavier menahan malunya sambil mengambilkan tongkat sihir Rucarion yang sedari tadi tidak berhasil diraih olehnya.

"Nanti saja kau ucapkan terima kasih itu. Sebagai pemimpin, aku tidak akan membiarkan cecunguk sepertimu mengganggu ketertiban kelas ini." Seusai Xavier mengucapkan hal itu, tongkat sihirnya yang berbentuk seperti petir digenggamnya seolah dia siap menyetrum siapapun yang menghalau pintu masuk. Para murid secara serentak membubarkan diri.

"Hal ini juga berlaku padamu, Niss Hart." Ujar Xavier sambil memicingkan matanya. Memberikan tatapan mengancam pada Scarlet. Tapi, sudah barang tentu mengenai tatapan dingin yang mengintimidasi, Rucarion Greene adalah juara bertahan di Gynx Academy.

"Hei, ketua kelas! Kau.... Ja-jangan kasar dengan Scarlet kami!"
"Be-benar! Nona Scarlet itu perempuan!"

Xavier tahu para laki-laki di kelasnya adalah pemuja Scarlet. Dia tahu hal seperti ini akan terjadi.

"Berhenti mengoceh kalau tidak ingin kulit kalian menghitam dan rambut kalian berdiri." Ujarnya dengan santai sambil kembali ke tempat duduknya. "Gadis itu jatahmu saja, kepala belang." Ujar Xavier sesaat sebelum beranjak dari tempatnya.

"Aku terima kalau kau yang bertanggung jawab." Balas Rucarion ketus dengan tatapan mengejek. Dibalas dengan dengusan Xavier. "Lengkapi saja catatan dosamu minggu ini dengan kalimat 'menyerang murid lain' agar lebih beragam." Ujar Xavier sarkas.

"Hmph... waktu kulihat tubuhmu yang pendek, aku mengira akalmu juga demikian. Ternyata tidak juga." Ujar Rucarion tersenyum miring sambil kemudian menatap Scarlet yang masih memeluk lengannya.

"Ru-Rucary... kamu tidak akan menyerangku kan? Aku tahu kamu anak yang baik.... Iya kan?" Ujar Scarlet dengan nada manja yang dimanis-maniskan.

"Reif rabx!"

Sesaat setelah mantra itu berhasil dilontarkan, dari tongkat kelas S milik Rucarion yang diarahkan ke arah tangan Scarlet yang bergelayut di lengan pemuda itu mengeluarkan panas luar biasa di tangan Scarlet. Sehingga secara refleks gadis itu melepaskan tangannya dari sana.

Teman-teman Scarlet, yang berada tidak jauh dari gadis itu, panik dan dengan cepat menghampiri Scarlet yang sedang kesakitan.

"Rucary! Teganya kau!" Ujar Scarlet dengan wajah kesakitan dan memelas. Tapi... siapapun tahu bahwa raut wajah seperti apapun tidak akan mengundang belas kasihan dari pemuda arogan berhati dingin itu.

"Ya, tentu saja. Kau tidak penting dan tidak berarti sama sekali untukku. Namaku Rucarion Greene. Bukan Rucary atau nama menjijikkan yang kau ucapkan itu!" Bentak Rucarion kasar kepada Scarlet.

"Berani... berani sekali kau bersikap seperti itu padaku, tuan putri akademi ini!" Ujar Scarlet dengan nada tinggi dan wajah dramatis.

"Kau tuan putri? Jangan membuatku tertawa! Tentu saja aku berani bersikap demikian padamu. Kau hanya seorang putri palsu!" Bentak pemuda itu lagi, masih dengan suara rendah.

"Kau... lelaki macam apa kau ini?! Mana ada pemuda yang bersikap kasar pada seorang gadis?!" Ujar salah seorang gadis yang memapah tubuh Scarlet.

"Kasar?" Ujar Rucarion berjalan mendekati para gadis di hadapannya itu. "Hei, dengar." Ujarnya dengan tatapan merendahkan dan mengintimidasi. "Itu sudah standar yang sepantasnya untuk seorang gadis yang tidak tahu diri dan etika dalam publik." Ujarnya dengan tajam.

Scarlet perlahan mengeluarkan tongkat sihirnya, tanpa diketahui oleh Rucarion. Dengan cepat dia membisikkan mantra, dan bola api dengan kecepatan tinggi muncul dari segala arah menargetkan Rucarion.

"Rucary... kau milikku..."

Ketika Rucarion menyadari hal itu, sudah terlambat baginya untuk menghindar.

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang