10 - Hari Pertama (3)

1.2K 102 3
                                    

"Apa-apaan kalian?!" Teriak Rucarion dengan wajah yang memerah karena kesal bercampur malu. Sungguh, ini adalah hari yang tersial dalam hidupnya.

"Oh, tenanglah Carion... kami hanya ingin melampiaskan kekesalan kami." Ujar Rose memutar bola matanya bosan. "Lagipula, apa-apaan tingkahmu tadi itu?"

"Saat ini, aku memang belum menginginkan apa-apa. Tapi bukan berarti aku akan tetap tidak menginginkan apa-apa dari gadis gila itu." Ujar Rucarion sambil membersihkan dirinya.

"Gadis gila ya?" Ujar Lucianna bergumam. "Julukan itu masih jauh lebih baik daripada monster tak beretika sepertimu!" Bentak Lucianna tegas.

"Siapa yang peduli?" Ujar Rucarion acuh tak acuh, membuat Lucianna menahan diri untuk tidak mengguyurnya lagi. Amarahnya dia lampiaskan dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

"Aku membencimu!!" Teriak Lucianna sekencang yang dia bisa tepat di hadapan Rucarion. Membuat seluruh siswa di kantin menyaksikan hal itu. Dan membuat mereka bergosip lebih parah lagi dari sebelumnya.

"Siapa gadis itu?"
"Berani sekali dia membentak Rucarion"
"Dia tidak punya otak ya?"
"Siapa dia berani berkata seperti itu?"
"Kasihan Rucarion..."
Dan banyak bisikan-bisikan lainnya.

Rucarion terdiam mematung di tempat. Dia terbelalak, matanya menggambarkan ekspresi terkejut dan kekesalan yang luar biasa. Seorang Rucarion Greene, dipermalukan seperti ini. Oleh seorang gadis, dan gadis itu adalah anak baru.

"Apa kata dunia?"
Batin Rucarion dalam hati.

Lucianna kembali duduk di samping Rose yang masih shock atas kejadian barusan. Tidak menghiraukan bisikan-bisikan orang lain. Dia melanjutkan makan siangnya. Dia sudah tidak mau perduli lagi dengan status pemuda itu.

"Sekali bersalah, tetap bersalah. Tidak peduli siapapun dia." Begitulah yang diajarkan oleh kedua kakaknya dulu.

Rucarion mendengus kesal. Mengambil kursi yang berada tepat di hadapan Lucianna dan duduk di sana. Alasannya? Hanya satu, yaitu "Tidak ada lagi tempat yang masih kosong."

Lucianna tidak mau meperdulikankan pemuda itu lagi. Begitu pula sebaliknya, Rucarion tidak mau memperdulikankan Lucianna.

Suasana meja itu hening untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Mark mengalah dan membuka suara. Dia tahu kedua adik kelasnya ini terlalu takut untuk memulai percakapan.

"Hei, Greene! Aku tidak lihat kau berbuat onar pagi ini? Kemana tongkat sihir kelas S, andalanmu itu?" Tanya Mark, berusaha menyembunyikan kekakuan dan kegugupannya.

"Aku tidak bisa... tongkatku dikunci oleh monster itu." Ujar Rucarion dengan nada kesal.

"Apa lagi yang kau lakukan Carion?" Tanya Rose dengan tatapan menyidik.

Rucarion menghela napasnya sebelum akhirnya berkomentar. "Rose, jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Aku sudah muak, mengerti?" Ujarnya dingin. Rose menganggukkan kepalanya cepat.

"Baiklah... aku minta maaf, Greene." Ujar Rose. Rucarion menganggukkan kepalanya. "Kemarin, aku mencoba untuk membunuh monster itu... tapi lagi-lagi gagal. Dan dia mengunci tongkatku."

"Seorang pembuat onar, dan pelaku percobaan pembunuhan, juga memiliki sikap yang egois dan pengatur. Cocok sekali dengan kelakuanmu itu, Rucarion Greene." Ujar Lucianna dengan nada menyindir.

Rucarion mencoba untuk tidak mengacuhkan perkataan Lucianna. Jadi dia membalasnya dengan senyuman sinis. "Bagaimana denganmu heh? Gadis gila? Kau kira hidupmu sudah sempurna sampai mau mengomentari hidupku?" Ujarnya ketus. Kemudian berdiri dan meninggalkan mereka semua.

Beberapa menit setelah Rucarion pergi, akhirnya Justin membuka suaranya. "Kak Lucy, maaf atas perilaku kak Greene tadi." Ujar Justin dengan tatapan sedih..

"Tidak apa, begitulah perilaku seorang pembuat onar." Ujar Lucianna dengan nada dingin. "Kalian juga jadi benci padaku kan? Lakukanlah."

"Lucianna, dengar... kau sebenarnya beruntung. Kau membuatnya sekesal itu ketika kekuatannya dikunci oleh Mr. Dat. Kalau tidak, mungkin dia sudah membakarmu hidup-hidup." Ujar Mark dengan nada serius.

"Tunggu... membakar? Berarti dia Fire Bender?" Tanya Lucianna hati-hati. Disambut dengan anggukan kepala dari 3 orang di depannya.

Kabar buruk lainnya untuk Lucianna.

"Sebentar... kalau 'Monster' yang dia sebut tadi itu adalah Mr. Dat... apa ada alasannya dia memanggil guru dengan sebutan begitu?" Tanya Lucianna lagi.

"Greene adalah anak yang paling populer dan paling misterius di sekolah ini. Tidak ada seorangpun yang mengetahui alasannya melakukan hal apapun itu." Ujar Mark lagi.

"Jadi pasti Greene mempunyai alasan pribadi mengapa dia begitu membenci Mr. Dat sampai ingin membunuhnya. Dan juga dia pasti ada alasan membuatmu membencinya." Sambung Mark.

"Tunggu dulu, dia... membuatku... membencinya?!" Tanya Lucianna tidak percaya.

"Greene sebelumnya tidak pernah kasar kepada sesama siswa. Itulah hal yang membuat dia bisa populer selain ketampanannya. Tapi kalau dia memperlakukanmu dengan cara yang berbeda, pasti ada alasannya." Ujar Rose tiba-tiba.

"Alasan... apa?" Tanya Lucianna semakin terkejut. Mereka bertiga tersenyum simpul. "Tapi ingat, itu baru analisa. Dan Greene adalah Recht yang paling sulit ditebak pikirannya. Kemungkinan dia memang membencimu. Atau dia punya alasan sendiri." Ujar Mark.

Kata-kata Mark membuat Lucianna tidak terkejut lagi. Yah, untuk membenci seseorang yang membenci diri sendiri itu tidak mustahil dan tidak memerlukan alasan. Apalagi jika orang itu adalah Rucarion Greene sang pembuat onar yang egois.

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang