Bel masuk berbunyi. Mau tidak mau, suka tidak suka, para siswa harus kembali ke kelas mereka. Lucianna menghela napas berat. Pada akhirnya dia akan tetap bertemu pemuda tak beretika itu. Dengan langkah berat dia memasuki kelasnya.
Baiklah, kali ini dia tidak terlambat. Lucianna mempercepat langkahnya menuju tempat duduknya. Yah, ini hari pertama, tapi sudah menguras semua tenaganya. Hari yang sangat kacau.
Belum juga sampai ke tempat duduknya, seorang gadis menjerit tepat di samping telinganya. Lucianna mencoba menenangkan diri, tapi dia sudah mengetahui alasan mengapa gadis itu tiba-tiba menjerit.
Ya, Rucarion Greene, sang 'Pangeran Sekolah' sudah tiba. Walau dibilang pangeran, di mata Lucianna dia sudah tampak seperti pemuda yang tidak beretika, kasar, arogan, dingin, dan menyebalkan.
Lucianna memutar bola matanya dan melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya.
"Hei, gadis gila!" Sebuah suara terdengar oleh Lucianna dari mulut pemuda itu. Lucianna tidak mau mengacuhkannya, dan terus melanjutkan langkahnya. Tidak ingin semakin menghancurkan hari yang sudah hancur ini.
Akhirnya Lucianna sudah berada di samping mejanya. Barulah dia menghadapkan tubuhnya ke arah Rucarion.
"Ada apa?" Hanya itu kata yang keluar dari mulut Lucianna. Yah, yang tentu saja memicu amarah dan emosi dari fans-fans Rucarion yang mudah sekali diledakkan.
"Buka tasmu dan nikmati kejutan dariku." Ujar Rucarion menyeringai.
Lucianna menatapnya heran, kejutan? Demi dewa Zeus sang penguasa Olimpus. Mana mungkin pemuda tanpa etika sepertinya memberikan kejutan untuknya? Ini gila. Tapi karena saking penasarannya, Lucianna membuka tasnya.
Lucianna menjerit ketakutan, ketika dibuka, dari dalam tasnya merayap keluar beberapa ekor serangga. Ketika yakin bahwa semuanya sudah terbang pergi, Lucianna memberanikan diri mengecek tasnya lagi. Untungnya sudah tidak ada lagi yang tersisa, dan tidak ada yang hilang dari tasnya.
Lucianna menatap Rucarion dengan tatapan garang. Tidak, dia tidak boleh menyia-nyiakan air matanya untuk kelakuan pemuda ini. Dia bukan gadis lemah.
Rucarion yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu tidak menghiraukan tatapan membunuh dari Lucianna. Dia malah semakin menjadi mengejeknya.
Lucianna kehilangan kesabarannya, berniat mengguyur Rucarion sekali lagi, kalau saja guru pelajaran berikutnya tidak muncul. Lucianna hanya bisa diam dan bersabar. Dalam hatinya, dia bersumpah akan membalas kelakuan Rucarion yang keterlaluan tadi.
Rucarion sudah duduk manis di sampingnya sambil menatap kosong ke arah papan tulis. Mana mungkin anak sepertinya berniat belajar di sekolah seperti ini?
Pluk!
Secarik kertas terjatuh di atas buku Lucianna. Tentu saja Lucianna tahu siapa yang melakukannya, Rucarion Greene.
Mata elang Lucianna menatap tajam Rucarion. Sementara Rucarion hanya membalas tatapannya dengan tatapan bosan.
Rucarion mengulurkan tangannya, mengambil secarik kertas itu, dan memberikannya langsung kepada Lucianna. Seolah-olah memaksa Lucianna untuk membaca surat itu.
Lucianna menerima surat itu dengan kasar. Membukanya dan membacanya perlahan-lahan.
"Maaf."
Itu kata pertama yang dibaca Lucianna. Lucianna membelalakkan matanya terkejut. Kemudian melanjutkan membaca surat itu.
"Maaf soal tadi, kelihatannya sudah sedikit keterlaluan menakuti gadis sepertimu.
Temui aku di taman sekolah nanti.
Ada yang ingin kubicarakan.Rucarion Greene"
Oke, ini gila, seorang Rucarion Greene? Yang angkuh, egois, dan suka membuat onar? Meminta maaf? Rupanya gengsi pemuda ini tidak begitu tinggi. Atau, semua laki-laki memang lemah terhadap air mata seorang gadis?
Lucianna memalingkan wajahnya menatap Rucarion. Walau ekspresi wajahnya datar, Lucianna bisa melihat kalau dia menunggu jawaban. Bukan Lucianna White namanya kalau tidak bergengsi tinggi. Terutama kepada orang yang sudah membuatnya kesal di hari pertamanya ini.
Dengan tatapan tajam, Lucianna menatap wajah pemuda itu. Tetap tampak datar tanpa beban. Bisa saja surat itu merupakan tipuan lagi. Tapi, apakah Lucianna adalah gadis yang penakut? Tidak, bukan. Dia gadis yang sanggup tertawa dalam bahaya, dan malah senang berlari ke arah bahaya itu.
Lucianna melempar kertas itu ke arah Rucarion. Kertas itu mendarat dengan mulus dan tepat di wajah pemuda itu. Setelah membaca balasan Lucianna. Pemuda itu membelalakkan matanya sambil mendengus kesal. Kemudian segera mengecek tasnya.
Lucianna tersenyum penuh kemenangan melihat pemuda itu kalang kabut memeriksa isi tasnya. Apa yang ditulis Lucianna di sana? Hingga sukses membuat Rucarion kalang kabut?
"Aku terima permintaanmu, tuan Greene. Tapi kau terlalu lamban. Buku-buku dalam tasmu mungkin sudah hancur karena tidak sengaja kuguyur dengan air tadi.
Lucianna White"
Kalau Rucarion boleh memanggilnya "Gadis Gila" mengapa tidak memberikan julukan untuk pemuda tak beretika, dingin, egois, dan tak berperasaan di depannya ini? "Pangeran Palsu" sangat cocok untuknya.
"Berhentilah melakukan hal seperti ini!! Dasar kau gadis gila!" Bentak Rucarion tajam kepada Lucianna. Sementara yang dibentak hanya bisa tersenyum puas penuh kemenangan.
"Kau marah? Ahh... kasihan sekali... bukumu basah ya? Sini biar kukeringkan." Ujar Lucianna dengan nada dan tatapan mengejek. Wajah Rucarion semakin merah padam.
"Enyah kau dari sini!!" Teriak Rucarion keras. Lucianna tersenyum semakin lebar. Puas akan reaksi pemuda angkuh di hadapannya ini. Siapapun ternyata lemah jika langsung diberikan makanan utamanya.
"Terima kasih, tapi aku suka di sini... aku tidak akan enyah." Ujar Lucianna santai, kembali memancing emosi Rucarion.
Rucarion menatap Lucianna dengan pandangan geram, seolah siap menerkamnya saat itu juga. Tapi mengingat bahwa dia perempuan, Rucarion mengurungkan niatnya saat itu juga.
Sementara Lucianna? Dia tidak takut atau gentar sedikitpun dengan tatapan beringas Rucarion. Malah dia semakin senang karena Rucarion bisa dia taklukkan.
"TUAN GREENE, NONA WHITE!!" Teriakan parau terdengar dari depan kelas. Ah, iya... mereka lupa kalau sekarang sedang jam belajar, dan guru yang mengajar sudah merasa diabaikan sejak awal pertengkaran mereka.
"KALIAN TAHU SUDAH BERAPA LAMA SAYA DIAM MENATAP KALIAN YANG BERTENGKAR DI BELAKANG KELAS ITU?" Bentak guru itu kepada mereka berdua.
Beda dengan Lucianna yang ketakutan setengah mati, Rucarion malah lebih santai. "Kalau kami tahu, kami akan diam sedari tadi, Miss Fleece. Lagipula, kau itu Elf bukan? Bersuaralah seperti ukuran tubuhmu." Ujar Rucarion santai.
"KELUAR KALIAN BERDUA! KALIAN SAYA HUKUM!" Teriak Miss Fleece geram.
"Lagi-lagi... hari pertamaku hancur..." batin Lucianna dengan perasaan campur aduk antara pasrah, kecewa, marah, kesal, dan sedih. Sementara Rucarion? Dia hanya mengeluarkan cengirannya dan berjalan santai ke arah pintu.
Ah, ingin sekali rasanya Lucianna mengguyur pangeran palsu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magtera Roranta
FantasyPlanet Zenara, dimana semua penghuninya yang berasal dari 4 suku yang berbeda. Hidup berdampingan dengan damai. Sampai suatu hari, perang terjadi. WARNING : CERITANYA SUPER-DUPER PANJANG Lucianna White, seorang gadis yang mencintai perdamaian semenj...