59 - Kunjungan

592 69 8
                                    

Suasana gelap mulai naik menyelimuti lingkungan komplek Gynx Academy. Lentera-lentera mulai dinyalakan, taman jamur yang berpendar menjadi tempat para Recht untuk berkumpul dan membahas tentang hari mereka. Ada yang sibuk dengan pekerjaan sekolah, dan ada yang sibuk dengan urusan pribadi.

Di sisi lain, di sebuah taman yang berada tepat di tengah residen para murid, memisahkan asrama putra dan putri, terlihat dua Recht yang duduk berhadapan, terpisah oleh sebuah meja piknik. Mereka berdua termenung menunggu waktu yang telah dijanjikan.

"Bagaimana penampilanku?" sebuah suara berat berujar.

"Tidak buruk," jawab sebuah suara lembut.

Lucianna dan Rucarion, dengan penampilan rapi seolah akan dihadapkan kepada seorang penguasa, tengah duduk manis di taman itu.

"Niss White dan Nister Greene?" sebuah suara mendadak muncul dan mengejutkan mereka. "Aih, kalian awal sekali.... Ayo, kuantar kalian ke ruanganku."

"Madame Wellifer, anda mengejutkanku..." ujar Lucianna cengengesan, dan beranjak dari tempatnya mengikuti Wellifer. Rucarion melakukan hal yang sama.

※※※

Di ruangannya, Wellifer menuangkan teh untuk kedua tamunya. Tamu yang sangat spesial, karena wanita itu tidak pernah sekalipun mengundang murid untuk berkunjung ke tempatnya. Sekalipun Rose yang sangat dekat dengannya.

"Maaf jika kalian menunggu terlalu lama. Aku baru saja-"

"Tidak apa-apa!" potong Lucianna dengan nada canggung. "Kami tidak menunggu selama itu."

Rucarion menyikut pelan lengan gadis itu, "Jangan memotong!" geramnya pelan.

Wellifer yang sudah meletakkan poci teh kacanya tertawa kecil. "Tidak apa-apa, Nister Greene," ujarnya lembut. Rucarion menunduk sambil tetap memberikan tatapan tajam ke arah Lucianna. Seolah berkata 'Diam jika kau tidak ingin mati.' Seakan mengerti, Lucianna memutar bola matanya malas.

"Madame Wellifer, maaf jika aku lancang, tapi kenapa orang seperti anda mengundang kami ke sini?" tanya Rucarion hati-hati dengan sopan. Lucianna terbelalak mendengarnya. Tidak pernah sekalipun pemuda di sampingnya berbicara dengan begitu formal dan sopan kepada orang lain.

Dengan kedua matanya yang sudah tidak bisa banyak membantunya, Wellifer menyiratkan tatapan lembut dan keibuan, tapi juga terkesan misterius.

"Angin memberitahuku banyak hal, dari dalam maupun luar akademi, kabar gembira ataupun kabar duka. Aku mendapatkan kemampuan untuk mengerti dirinya, setelah aku menajamkan bakatku sebagai senser. Lebih tepatnya, setelah aku tidak lagi bisa melihat," ujar Wellifer dengan senyum misterius.

"Apa yang membuatmu tidak bisa melihat?" tanya Rucarion. Pemuda itu berusaha mengorek informasi sedalam yang dia bisa.

Dengan seulas senyum kecut, Wellifer melanjutkan kalimatnya. "Ujian Dichornia, hanya itu yang menjadi alasan hilangnya penglihatanku. Tapi aku tahu bahwa aku harus bersyukur karena aku tidak binasa, atau kehilangan tangan dan kaki."

"Apa yang terjadi saat ujian anda berlangsung?" tanya Lucianna hati-hati, menyadari bahwa ini adalah poin penting dari perintah Rucarion padanya.

Wellifer memancarkan sorot mata misterius, "Kalian berdua ingin mengikuti ujian itu?" tanya wanita itu lembut dengan seulas senyum.

Lucianna dan Rucarion mematung mendengar pertanyaan itu dari mulut Madame Wellifer.

Wellifer memperbaiki posisi duduknya, "Kalian tahu? Alasan aku memilih program Dichornia?" tanya wanita itu dengan tatapan datar. Butuh beberapa detik bagi Rucarion dan Lucianna untuk berpikir, tapi pada akhirnya mereka tidak menjawab.

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang