Rucarion masih bergeming memikirkan perasaan deja vu miliknya yang sangat kuat terhadap liontin biru di hadapannya itu. Laci demi laci di dalam pikirannya dipaksanya untuk membuka. Mencari data demi data yang telah dikumpulkannya selama ini.
"Argh... aku tidak mengerti! Dan aku tidak punya petunjuk apapun!" Geram pemuda itu frustrasi sambil kembali mengacak rambutnya.
"Sesuai perkataannya dulu... aku sudah ditakdirkan untuk mencarinya. Dan aku sudah pernah salah sekali. Aku tidak mau melakukan kesalahan lagi hanya karena aku ceroboh!" Ujar Rucarion sambil menggebrak meja kayu di hadapannya itu.
Rucarion kembali memasukkan liontin biru itu ke dalam sakunya dan berdiri dari tempatnya. "Mungkin saja gadis itu jawabannya... tapi bagaimana aku memastikannya?! Dia bilang akan ada tanda yang membantuku... tapi apa?" Batin Rucarion dengan kesal.
Dengan cepat Rucarion memasukkan kembali liontin biru itu ke dalam saku vestnya kembali. Dengan langkah panjang dia keluar dari rumah pohon rahasianya itu dan kembali ke ruang kesehatan sambil membawa beberapa buah buku mengenai benda-benda magis di planetnya.
※※※
Sementara itu di ruang kesehatan, Lucianna masih asyik mengobrol bersama Rose, Justin, Mark, Xavier dan juga Irene. Saking serunya pembicaraan mereka, sampai-sampai gadis itu lupa bahwa Rucarion Greene tidak ada di sana.
"Hahh..." Mark menghela napasnya dengan berat. Hal itu jelas saja menarik perhatian semua orang di sana. Mark sangat terkenal karena jabatannya sebagai ketua OSIS. Sehingga agak aneh jika pemuda itu menghela napas panjang. Terutama bagi Justin yang menganggap kakaknya sebagai alien yang tidak kenal lelah.
"Kak? Ada apa?" Tanya Justin terheran-heran. Sementara kakaknya hanya menggeleng lemah.
"Greene, dia memintaku membelikan 2 bungkus sandwich. Tapi dia tidak ada di sini." Ujar Mark dengan tatapan malas.
Semua orang di ruangan itu sontak saling memandang, memikirkan mengapa orang seperti Mark mempermasalahkan hal sepele seperti itu. Seolah membaca pikiran mereka, Mark melanjutkan ucapannya.
"Kalian tahu berapa harganya? Sebungkus sandwich ini 30 renn!" Ujar Mark dengan tatapan merendahkan. "Jarang ada yang mau membeli sandwich ini karena harganya yang sangat tidak manusiawi." Sambung Mark.
Renn adalah salah satu mata uang di planet Zenara. Mata uang itu dipakai oleh semua suku Recht di planet itu.
Usai perang Zenara, suku-suku di planet Zenara terpecah-belah dan terpisah-pisah. Salah satu akibatnya adalah pembedaan mata uang untuk setiap suku. Walaupun nilai kurs-nya sama, tapi mata uangnya berbeda. Salah satunya renn untuk mata uang suku Recht.
1 renn senilai dengan Rp 5,000.00
30 renn berarti Rp 150,000.00"Ti-tiga puluh renn?" Ujar Lucianna terbelalak. Mengartikan bahwa Mark menghabiskan 60 renn hanya untuk dua bungkus sandwich itu.
"Itu sebabnya aku mencari Greene sekarang. 60 renn bagiku itu banyak sekali." Ujar Mark lagi.
"Whuush!"
Tepat ketika Mark selesai mengucapkan kalimatnya, muncul sekelebat bayangan berwarna merah melompat dari luar jendela ruangan itu yang sedang terbuka lebar. Terlihat seperti api, tetapi tidak membakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magtera Roranta
FantasyPlanet Zenara, dimana semua penghuninya yang berasal dari 4 suku yang berbeda. Hidup berdampingan dengan damai. Sampai suatu hari, perang terjadi. WARNING : CERITANYA SUPER-DUPER PANJANG Lucianna White, seorang gadis yang mencintai perdamaian semenj...