Mark segera memapah Rucarion setelah mendapat informasi mengenai kondisinya. Dengan cekatan dan hati-hati, kedua pemuda itu berniat dibawa kembali ke asrama dengan kendaraan Gynx Academy.
"Tidak, jangan ke asrama, kondisinya parah, aku rasa kita sebaiknya pergi ke klinik," usul Mark kepada Mr. Lex yang juga berada di sana.
"Aku... aku ikut!" seru Lucianna mengajukan diri, tapi dijawab dengan tatapan tajam oleh Mr. Lex.
"Baiklah, bawa dia ke klinik! Lalu kau, nilai A, jenguk dia selepas sekolah. Saat ini, kembalilah ke kelasmu!" seru Mr. Lex tegas. Lucianna tidak punya pilihan selain mengiyakan dan kemudian meninggalkan tempat itu.
Di sepanjang koridor, Lucianna sibuk mencari batu sihir miliknya. Memang tidak ada masalah karena kekuatan sihir gadis itu tetap bisa keluar tanpa adanya penyalur dari batu sihir. Tapi hal itu akan menimbulkan pertanyaan dari seisi akademi.
"Aku yakin tadi tongkatku jatuh di sekitar sini," batin gadis itu. Tapi tetap saja, dia tidak menemukan apapun. Karena sudah sangat terlambat, Lucianna akhirnya memutuskan untuk mencari batu sihirnya setelah kelasnya selesai.
※※※
"Aku di mana?"
"Lelah sekali..."
Rucarion membuka matanya dan hanya melihat kegelapan menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa melayang, dia tidak apa-apa.
"Ini... mimpi?" tanya pemuda itu pada dirinya sendiri.
Bayang-bayang memori berdatangan menyerangnya. Tapi Rucarion berhasil mengacuhkan semua itu. Hanya ada dua kepingan memori yang ditatapnya lama. Satu memori yang menggambarkan seorang wanita dewasa, sementara kepingan yang lain menggambarkan seorang gadis kecil.
"Ibu..."
"Thalia..."
"Aku... aku akan menemukan kalian.... Aku janji, sebentar lagi..." lirih pemuda itu dengan pilu.
Sejenak, Rucarion terdiam dalam kegelapan itu bersama dengan dua kepingan memori yang setia menemaninya. Namun tiba-tiba ada sekilat cahaya biru yang bersinar terang di dekatnya. Menampilkan video-video memori di dalamnya.
"Rucarion!"
Seorang gadis kecil berambut sebahu berwarna hitam muncul di dalam cahaya itu.
Rucarion hanya menatap memori yang berputar seperti tayangan video itu dengan datar.
"Bodoh! Kenapa kau selalu mengikutiku?!" seorang bocah berambut merah-putih yang terpisah di bagian kanan dan kiri berusaha menghindari gadis kecil itu.
"Kau hebat! Bisa membuat api!" ujar gadis kecil dalam memori itu dengan tatapan polos.
"Berhenti mengikutiku!" bentak bocah itu dengan kasar. "Atau kubakar kau!" lanjutnya dengan ragu-ragu sambil mengayunkan tongkat sihirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magtera Roranta
FantasyPlanet Zenara, dimana semua penghuninya yang berasal dari 4 suku yang berbeda. Hidup berdampingan dengan damai. Sampai suatu hari, perang terjadi. WARNING : CERITANYA SUPER-DUPER PANJANG Lucianna White, seorang gadis yang mencintai perdamaian semenj...