28 - Bantuan!

994 88 0
                                    

"HUAAAAH!!!" Jerit Lucianna sambil memegang kepalanya. Singkatnya, setelah berusaha mengingat kembali, gadis itu kembali histeris. Dia meringkuk sambil menjerit memegang kepalanya, dan menangis histeris.

"Hei, sadarlah! Tenangkan dirimu!" Teriak Rucarion menahan tubuh gadis itu. Namun Lucianna memberontak, dia melakukan segala cara untuk melepaskan tangan Rucarion yang menahannya. Memukul, mencakar, menendang, dan sebagainya.

"Mati! Mati! Semuanya!" Teriak Lucianna di sela-sela tangisan dan jeritannya. Tanpa menyisakan sedetikpun bagi Rucarion untuk membiusnya lagi.

"Tenangkan dirimu, gadis gila! Atau kau akan mati!" Bentak Rucarion kepada gadis itu. Tentu saja Lucianna yang sedang histeris tidak akan bisa mendengarnya.

'Brak!'

Pintu ruang kesehatan terbuka. Di depan pintu terlihat pemuda dengan rambut berwarna coklat-kuning dan gadis berambut pirang-hijau. Ya, Xavier Drakens dan Irene Evergreen. Teman sekelas Rucarion dan Lucianna.

"A-apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan kepada Lucianna?!" Bentak Xavier kasar kepada Rucarion. Tanpa aba-aba pemuda itu langsung berlari ke arah tempat tidur Lucianna.

"Dia histeris! Dan mana aku tahu apa alasannya! Aku bisa saja membiusnya dengan mantra, tapi dia memberontak begini!" Bentak Rucarion tidak kalah kasarnya.

"Dia tidak perlu mantra penenang..." ujar sebuah suara telepati. Yang tidak lain tidak bukan adalah Irene. Dia berjalan ke arah Lucianna yang masih histeris, tapi tetap ditahan oleh Rucarion.

Irene menatap Lucianna yang histeris memegang kepalanya. Gadis itu menangis, menjerit, memberontak, bahkan tidak segan-segan melukai Rucarion yang menahannya. Irene mengangkat tongkat sihir miliknya, mengucapkan sebuah mantra.

"Revittae"

Setelah mantra itu selesai diucapkan, tubuh Lucianna melayang di udara. Lucianna yang panik kehilangan kendali tubuhnya dan...

'Bzztt!'

Gadis manis berelemen air itu berubah menjadi gadis berelemen api yang dijumpai Rucarion tadi. Dengan setelan seragam yang sama, dan dengan kekuatan yang sama. Hal ini berada di luar perhitungan Irene.

"A-apa yang..." ujar Irene ketakutan dengan Lucianna yang mendadak berubah drastis. Rucarion menggeram, "Akan kujelaskan nanti. Sekarang tenangkan dia!" Bentaknya tegas.

"LEPASKAN AKU!!" Teriak Lucianna dalam wujud gadis hitam-merah miliknya matanya tidak lagi teduh dan lembut seperti Lucianna yang mereka kenal. Namun terkesan beringas dan menyeramkan.

Rucarion menggeram, "SIAPA KAU?!" Bentaknya. Namun tidak ada jawaban dari gadis itu. Rucarion mulai kehabisan kesabarannya jika saja Irene tidak menyuruhnya untuk mundur.

"Rion, serahkan ini padaku." Ujar gadis bersurai pirang-hijau itu sambil tersenyum pasti. Dengan langkah ringan dia menghampiri Lucianna dalam wujud merahnya.

3 meter, 2 meter, 1 meter, jarak mereka semakin dekat. Irene tanpa ragu melangkahkan kaki ke depan Lucianna yang sedang terperangkap dalam mantra melayang miliknya.

"Lucianna, ini aku Irene... kau ingat?" Ujar Irene dengan telepatinya sambil tersenyum. Lucianna dengan tatapan berang berteriak ke arah Irene, "LEPASKAN AKU!! ATAU KUBAKAR KAU HIDUP-HIDUP!"

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang