9 - Hari Pertama (2)

1.2K 111 1
                                    

Bel berdentang 4 kali, pertanda jam istirahat sudah tiba. Seluruh siswa kelas 11-Re bersorak-sorai karena akhirnya bisa melarikan diri dari kelas Mr. Lex yang moodnya sedang tidak baik. Tanpa ba-bi-bu lagi, seluruh murid memburu pintu keluar. Kecuali Lucianna dan Rucarion.

"Mereka kenapa?" Tanya Lucianna dengan nada polos. Entah berbicara dengan siapa.

"Kau bicara dengan siapa?" Ujar Rucarion dingin sambil beranjak dari kursinya, menuju pintu keluar tanpa memperdulikan Lucianna. Membuat gadis itu mendecak sebal, sebelum akhirnya mengikuti langkah Rucarion.

Lucianna berhati-hati mengikuti pemuda itu dari belakang. Sampai akhirnya dia tahu bahwa Rucarion berjalan ke arah kafetaria di sekolah itu.

"Gynxeteria? Nama yang lucu..." gumam Lucianna sambil tersenyum. Dan segera mengambil makanan yang sudah disediakan di hadapannya.

"Lucyy!!" Suara teriakan yang khas terdengar oleh Lucianna. Tanpa menoleh, dia sudah tahu kalau yang memanggilnya itu adalah Rose.

Lucianna berjalan ke arahnya sambil membawa makanannya. Rose segera mengisyaratkan Lucianna untuk duduk di sampingnya. Lucianna hanya bisa menuruti perkataan gadis di sebelahnya ini, dan mulai memakan rotinya.

"Bagaimana Lucy? Apakah kau sudah bertemu dengan Carion? Bagaimana dia menurutmu?" Perkataan Rose sukses membuat Lucianna tersedak. Tentu saja, Lucianna tidak tahu kalau pemuda yang sudah diguyurnya 2 kali dalam 1 jam pelajaran itu adalah teman masa kecil Rose.

"Erh... anu... itu..." sebelum Lucianna mendapat kesempatan untuk menjelaskannya, seorang anak laki-laki datang menghampiri meja mereka. Dengan rambut berwarna coklat tua-coklat muda. Lucianna langsung mengenalnya sebagai Justin.

"Jadi Rose, dia orangnya?" Tanya Justin. Rose hanya mengangguk karena mulutnya sedang sibuk mengunyah roti.

Lucianna mengulurkan tangannya. "Salam kenal, namaku Lucianna White. 16 tahun, dan aku seorang Water Bender." Ujar Lucianna.

Justin membalas uluran tangannya, "Namaku Justin Khliff. 15 tahun, seorang Earth Bender." Ujarnya sambil tersenyum manis.

Tepat setelah itu, 2 orang pemuda datang ke arah meja mereka. Lucianna mengenal mereka, dari foto yang terletak di atas meja Rose, serta kejadian tadi pagi.

"Justin! Bagaimana tesmu tadi heh?" Ujar salah seorang laki-laki yang memakai kacamata, memegang pundak Justin. Wajah Justin mendadak pucat dan bersimbah keringat dingin.

"Ka-kakak? Ta-tahu darimana?" Ujar Justin terbata-bata. Rupanya dia tidak memberitahu kakaknya mengenai tes hari ini. Dan mungkin saja, nilainya merah.

"Aku ketua OSIS di sekolah ini, adikku... jangan coba-coba membohongiku." Ujar pemuda itu dengan sebuah evil smile. Hal itu membuat sang adik menjadi semakin merasa terintimidasi. Justin hanya bisa menunduk dan mengatakan kata 'Maaf' dengan lirih.

"Ah, kau... Lucianna White bukan?" Ujar pemuda itu. "Perkenalkan, namaku Mark Khliff, 17 tahun, kakak Justin, seorang Water Bender." Ujar Mark mengulurkan tangannya. Lucianna hanya mengangguk kecil sambil menyambut uluran tangannya.

Lucianna tidak fokus kepada perkenalan Mark, karena pandangannya tertuju pada pemuda bersurai merah-putih di depan matanya. Yap, siapa lagi kalau bukan Rucarion Greene? Walau sudah berusaha untuk terlihat tenang dan percaya diri, tetap saja dia merasa bersalah.

"Ah, kenalkan... ini teman masa kecil kami bertiga, Ruca-" ucapan Mark terpotong oleh sebuah suara dingin. "Dia sudah tahu, Mark." Ujar Rucarion dengan tatapan sinis kepada Lucianna. Lucianna hanya menundukkan kepalanya, merasa tidak enak dengan tatapan pemuda itu.

"Oh? Kalian sudah saling mengenal rupanya?" Tanya Rose antusias. Rucarion mengangguk sambil memasang pose sok berpikir. "Iya, begitulah... dia satu-satunya gadis yang berani mengguyurku 2 kali di hari pertama dia sekolah." Ujar Rucarion cukup keras yang sukses membuat semua orang-tanpa kecuali-terbelalak.

Bisikan-bisikan halus mulai terdengar dari sekitar meja mereka. Rucarion tersenyum penuh kemenangan karena bisa membalaskan dendamnya kepada gadis aneh ini. Tapi... kenapa reaksinya seperti tidak peduli? Biasanya perempuan akan malu atau kesal jika digosipkan oleh banyak orang.

"Ehem!" Rose mendehem, kemudian memasang tatapan menyidik kepada Rucarion dan Lucianna. "Lucy, kau benar-benar melakukan itu?" Tanya Rose. Lucianna mengangguk mantap dengan wajah polos tanpa dosa.

Rose awalnya menatap Rucarion dari atas ke bawah. Memang terlihat sedikit basah walau sudah tidak sebasah ketika Lucianna mengguyurnya dengan air. Selang beberapa detik, Rose tertawa terpingkal-pingkal. Disusul dengan tawa dari Khliff bersaudara.

"Siapa yang menyangka, pangeran sekolah kita bisa diguyur oleh anak baru!" Ujar Rose tanpa menghentikan tawanya. Tidak berhenti di situ, Mark turut menimpali, "Konyol sekali kau, Greene! Makanya jangan tebar pesona melulu!" Ujarnya sambil terus tertawa.

"Kelihatannya kalimat andalan kak Greene sudah tidak efektif lagi..." ujar Justin berusaha menahan tawanya.

Sementara Lucianna hanya diam, tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Dia melihat Rucarion yang terus saja membuang muka, tidak mau menatap ke arah mereka.

"Asal kau tahu saja Lucy, Carion itu anak paling terkenal di sekolah, nomor 1 sebelum Mark. Kalau kau berhasil mengguyurnya 2 kali, aku akan mengabdi kepadamu sampai lulus nanti!" Ujar Rose mengangkat tangannya. Diikuti oleh Khliff bersaudara.

Rucarion hanya mendecih ria. Ini pertama kali dalam seumur hidupnya dia berhasil dikalahkan oleh seorang perempuan. Sementara biasanya dialah yang menaklukkan seluruh populasi perempuan di sekolahnya. Tapi kali ini, dia kalah dari seorang gadis. Dan gadis itu gila! Gadis itu pasti sudah gila! Begitu rumusan kesimpulan di kepala Rucarion.

Lucianna membelalakkan matanya. Baiklah, jadi... yang pertama, dia sudah mengguyur seseorang sebanyak 2 kali di hari pertamanya. Kedua, orang yang diguyurnya adalah pangeran sekolah merangkap teman masa kecil dari teman sekamarnya.

"Apa aku harus minta maaf padamu?" Tanya Lucianna polos pada Rucarion. Entah karena terlalu tidak peka atau terlalu kesal, Rucarion dengan lantang mengatakan 'Ya' yang sukses membuat Lucianna mendengus kesal.

"Maaf! Puas?" Ujar Lucianna. Nada suaranya meninggi, menyatakan bahwa dia sangat kesal saat ini. Mungkin saja jika Lucianna kehilangan akal sehatnya, dia bisa menenggelamkan pemuda ini dengan kekuatan airnya.

"Tidak, belum." Balas Rucarion dengan nada tak acuh dengan wajah datar andalannya. Lucianna terkejut dengan ungkapan pemuda di hadapannya ini. Oke, jadi telah diputuskan bahwa nama 'Rucarion Greene' sudah menjadi salah satu anggota dari daftar kebenciannya, menemani kata 'Serangga' dan 'Hawa dingin'.

"Apa maumu hah?" Tanya Lucianna mulai menyerah. Seringaian tampak di wajah Rucarion yang terbilang cukup-uhuk-tampan... itu.

"Yang kuinginkan yah? Hmm..." ujar Rucarion pura-pura berpikir sambil terus menyeringai.

"Sebenarnya tidak ada sih..."

Tanpa pikir panjang, ketiga orang di sana-kecuali Lucianna-serentak mengguyurnya dengan lumpur. Siapa yang tidak kesal ketika perlakuan yang menyebalkan diakhiri dengan lebih menyebalkan lagi?

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang