31 - Alasan Membenci

967 86 0
                                    

'Brak!'

Bunyi pintu yang dibuka dengan kasar mengejutkan dua Recht di ruangan itu. Dan di depan pintu tampak sesosok makhluk dengan dua kaki kambing dan dua buah tanduk yang melingkar di atas kepalanya.

"Mr. Dat!" Teriak Lucianna kegirangan dengan senyuman termanis yang dimilikinya. Makhluk yang dipanggil Mr. Dat itu tersenyum lega melihat gadis itu baik-baik saja.

"Demi Zeus... syukurlah kau baik-baik saja." Ujar Mr. Dat sambil membelai kepala Lucianna dengan lembut. Lucianna yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa senang.

Dalam waktu yang singkat, Lucianna sudah bisa menganggap Mr. Dat seperti ayahnya sendiri. Atau mungkin, lebih baik daripada ayahnya sendiri.

"Kukira ada ajaran untuk mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan apapun..." sindir seorang pemuda yang sedari tadi menatap Mr. Dat dengan tatapan tajam dan tidak suka. Ya, Rucarion Greene.

"Dan kukira sekarang 11-Re sedang berada dalam pelajaran Mr. Dumbledore. Dan kenapa pemuda ini bisa berada di depanku? Di ruang kesehatan ini?" Ujar Mr. Dat balik menyindir Rucarion.

"Aku membolos, dan lagipula Mr. Dumb sudah muak denganku. Jadi tidak ada salahnya aku keluar dari pelajaran membosankan miliknya itu." Ujar Rucarion dengan wajah serius.

"Rucarion sudah menjagaku dengan baik, Mr. Dat... setidaknya izinkanlah dia membolos hari ini." Ujar Lucianna melerai perdebatan yang tampak tidak berujung itu.

Mr. Dat menatap kedua Recht itu bergantian. Kemudian menghela napasnya, "Baiklah kalau begitu. Kau beruntung karena nona White menyelamatkanmu, tuan Greene." Ujar Mr. Dat menodongkan tongkat sihirnya bercanda.

"Terserah kau saja. Aku tidak peduli!" Ujar Rucarion dengan kasar. Tapi pemuda itu tidak beranjak dari tempatnya sekarang. Dia tetap berdiri di samping tempat tidur Lucianna.

Mr. Dat tersenyum penuh arti kepada Rucarion, kemudian tatapannya beralih ke gadis biru di hadapannya. "Bagaimana hadiah yang kuberikan tadi nona White? Kau suka?" Tanya Mr. Dat dengan hangat. Dibalas dengan anggukan semangat dari Lucianna.

Pemilik surai merah-putih di samping Lucianna menatap heran dengan tatapan tidak suka. "Hadiah... apa?" Ujar Rucarion penasaran dengan sinis.

Lucianna menyentuh liontinnya. "Ah, hanya hadiah kecil... ini aksesoris sihir yang bisa meningkatkan akurasi dan damage-ku. Mr. Dat bilang benda ini akan berguna untukku." Ujar Lucianna dengan lugu, tanpa menyadari perubahan ekspresi Rucarion.

"Oh begitu..." Ujar Rucarion sekadarnya, tapi tetap memberikan tatapan tajam ke arah kalung yang dikenakan Lucianna di lehernya.

"Gadis bodoh... kenapa dia mau menerima barang yang diberikan oleh orang asing kepadanya?! Terlebih lagi, monster sepertinya!" Batin Rucarion dalam hati.

"Ada apa tuan Greene? Kau terlihat tidak senang." Tanya Mr. Dat menyadari ekspresi wajah Rucarion yang kusut.

"Tidak ada urusannya dengan monster sepertimu!" Bentak Rucarion kasar kepada Mr. Dat. Dengan marah pemuda bersurai merah-putih itu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Aih... tolong maafkan kelakuan kasar tuan Greene ya, nona White. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu membenciku." Ujar Mr. Dat dengan senyum miris kepada Lucianna.

"Tidak apa-apa Mr. Dat, Rucarion anak yang baik. Aku rasa hanya ada kesalahpahaman antara dia dan anda?" Ujar Lucianna menatap pintu yang baru saja dibanting oleh Rucarion.

Mr. Dat mengambil tempat duduk di samping tempat tidur Lucianna, dan duduk di sana. "Yah, dan seandainya aku tahu apa itu. Apa yang menyebabkan dia membenciku sampai seperti itu?" Ujar Mr. Dat sambil memegangi kepalanya yang penuh rambut.

"Kau tahu, nona White? Tuan Greene pernah kutangkap sedang menuliskan catatan yang berisikan kebenciannya terhadapku. Aku tidak mengerti karena dia menuliskan kalimat mengenai 'Orbica Hitam' dan beberapa istilah aneh lainnya. Ada apa dengan anak itu sebenarnya?" Ujar Mr. Dat lagi.

Lucianna menatap Mr. Dat dengan tatapan kasihan. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Karena bahkan dirinya sendiri tidak mengerti apa isi kepala pemuda merah-putih itu.

"Sebagai seorang guru di sini, aku merasa gagal. Bahkan aku tidak bisa melindungi kalian dari bahaya." Ujar Mr. Dat dengan suara lirih.

"Mungkin karena itulah tuan Greene membenciku? Karena aku dinilai tidak punya tanggung jawab terhadap murid-muridku?" Tanya Mr. Dat menatap iris sapphire Lucianna.

"Aku tidak bisa menilai Mr. Dat begitu saja. Terlebih karena aku baru saja bertemu dengan anda. Tapi... alasan itu cukup masuk akal menurutku." Ujar Lucianna ragu, tapi ada secercah keyakinan di dalam matanya.

Mr. Dat menghela napasnya. "Jikalau memang begitu, aku yakin tuan Greene tidak tahu..." Ujar Satyr tua itu dengan pikiran yang menerawang jauh. Sementara Lucianna menatap heran ke arah Mr. Dat, tidak mengerti apa maksudnya.

"Ding-dong"

"Ah, bel pergantian jam... baiklah nona White, sudah saatnya aku pergi sekarang. Jika butuh sesuatu, katakan saja." Ujar Mr. Dat berpamitan. Lucianna hanya mengangguk kecil tanda mengerti.

Mr. Dat keluar dari ruang kesehatan itu. Mendapati sesosok pemuda dengan rambut merah-putih di bagian kiri dan kanan kepalanya. Mr. Dat menghela napasnya, dia sudah tahu itu pasti salah satu anak muridnya. Rucarion Greene.

"Hari yang indah ya, tuan Greene?" Ujar Mr. Dat mencoba berbasa-basi. "Apa yang membuatmu tidak kembali ke kelas?" Tanya Mr. Dat kepada pemuda arogan itu, yang sedari tadi menatapnya tajam.

"Setelah apa yang terjadi hari ini, aku tidak bisa meninggalkan gadis gila itu sendiri di ruangan ini. Jangan samakan aku denganmu atau si pendek itu." Ujar Rucarion dingin sambil melangkah ke arah pintu ruang kesehatan.

"Ah, aku mengerti. Kau masih marah denganku, tuan Greene. Tapi kau tahu? Aku-" ucapan Mr. Dat terpotong.

"Aku akan tetap membencimu, sampai aku menemukan alasan yang benar-benar logis mengenai kejadian hari itu. Kau monster pembunuh!!" Bentak Rucarion dengan wajah merah padam karena amarah.

Mr. Dat terdiam tidak percaya. Dari matanya yang kecil tercerminkan memori tidak mengenakkan yang kembali terputar.

"Dan kau masih bertanya-tanya alasan kenapa aku membencimu?! Apa kejadian itu sangat mudah untuk kau lupakan begitu saja?!" Teriak Rucarion meluapkan amarahnya.

Lidah-lidah api mulai muncul dari tubuh Rucarion, mencerminkan amarah dan emosinya yang meluap-luap. Menyadari hal itu, Rucarion terengah-engah berusaha mengatur emosinya.

"Tuan Greene... kau... baik-baik saja?" Tanya Mr. Dat ragu, namun tidak digubris oleh Rucarion.

Pemilik surai merah-putih itu menatap bengis ke arah Satyr di depannya. "Aku tidak pernah lupa kejadian itu. Juga kenyataan bahwa kau adalah seorang pembunuh!" Bentak Rucarion kasar, sebelum akhirnya masuk kembali ke ruang kesehatan.

Mr. Dat kini sendirian di lorong itu. Kata-kata yang dilontarkan Rucarion barusan membuatnya mengingat kembali kejadian yang seharusnya sudah dia lupakan. Kejadian yang ingin sekali dia lupakan.

"Tuan Greene... masih mengingatnya?" Ujar Mr. Dat di keheningan itu.

"Wajar saja dia ingat... dan kalau itu alasannya, wajar saja kalau dia jadi membenciku seperti itu." Mr. Dat berbicara sendiri sambil menatap gelang manik-manik di pergelangan tangannya.

Dengan langkah gontai, Mr. Dat pergi meninggalkan tempat itu dengan pikiran berat dan kacau.

"Maafkan aku, tuan Greene... jika begini aku rasa kau layak membenciku. Hingga saatnya tiba, aku akan menjelaskan semuanya." Lirih Mr. Dat di sela-sela perjalanannya.

"Juga maafkan aku, nona kecil..."

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang