36 - Batuan Sihir

822 85 1
                                    

Ruang kesehatan menjadi hening untuk beberapa saat. Hanya suara kunyahan tertahan dan desiran angin sepoi-sepoi yang menemani kedua Recht di tempat itu. Suara gesekan antara jemari Rucarion dan lembaran buku beberapa kali terdengar jelas.

Lucianna yang sudah selesai menghabiskan sandwich bagiannya melongokkan kepalanya ke arah pemuda merah-putih itu.

"Pangeran palsu, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Lucianna dengan wajah polos. Hal itu mengundang tatapan sebal dan mengintimidasi dari seorang pemuda yang tadi dipanggilnya sebagai 'Pangeran palsu.'

Rucarion Greene, nama pemuda itu,  memutar bola matanya bosan, dan kembali membolak-balik halaman buku yang sedari tadi tak lepas dari pandangannya. Pemuda itu menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan gadis biru di hadapannya itu.

"Mencari informasi mengenai liontin bodohmu itu." Jawab Rucarion sekadarnya tanpa menoleh sedikitpun. Pandangan matanya tetap tertuju pada baris-baris kalimat yang tercetak rapi di lembaran-lembaran kertas itu.

Lucianna tidak lagi menjawab, dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian mengikuti Rucarion untuk mencari informasi mengenai liontin biru itu.

"Rucarion, liontin ini berwarna biru, apa ini liontinku?" Tanya Lucianna bersemangat.

"Bukan," jawab Rucarion singkat. "Itu Aozuri, batu kekuatan untuk menambah status intelejensi-mu. Kau tidak butuh itu kan?" Sambungnya lagi, seraya jemarinya mulai membalik halaman buku itu.

Lucianna memperbaiki posisi barbaringnya dan menarik selimutnya semakin tinggi, secara angin dingin mulai muncul dan cuaca sudah tidak secerah tadi. Lagipula gadis itu menyadari bahwa dia masih mengenakan rok sekolah dan hal ini akan memakan waktu lama dan membosankan.

"Bagaimana dengan yang ini?" Tanya Lucianna lagi.

"Tidak, warna birunya berbeda. Ini Dolzure, batu pertahanan untuk menangkal penyakit. Kau butuh ini? Kurasa tidak." Balas Rucarion.

"Kau benar, aku tidak butuh itu."

"Ya, penyakitlah yang butuh itu untuk menangkalmu." Ujar Rucarion dengan tatapan datar.

"Apa maksudmu?!" Nada bicara Lucianna mulai meninggi.

"Baiklah, maaf! Jangan siram aku lagi, mengerti?!" Rucarion sontak membentuk posisi defense.

Bab demi bab telah dibuka dan dibaca dengan seksama oleh kedua Recht itu. Mulai dari bab yang berisi batu kekuatan, batu pertahanan, batu jimat kepercayaan, dan sekarang mereka sedang membuka bab mengenai batu aksesoris.

"Batu aksesoris??" Tanya Lucianna tidak percaya.

"E-entahlah... kenapa buku ini menuliskan hal seperti ini juga?" Ujar Rucarion lirih. Karena judul buku yang sedang dibacanya itu adalah 'Zenara kre Magix Thones', atau diterjemahkan menjadi 'Batuan Sihir Planet Zenara'

"Batu aksesoris merupakan batu yang tidak bernilai magis apapun, atau merupakan batu sihir yang kehilangan sifat magisnya secara total." Ujar Lucianna membacakan kalimat singkat itu dengan lancar.

"Aku cukup kagum dengan kemampuan menerjemahkan aksara Zena milikmu, Niss White. Cepat dan lancar." Ujar Rucarion memuji, namun raut wajahnya tetap terkesan datar.

"Terima kasih atas pujianmu, walau aku tidak mengharapkannya." Ketus Lucianna sambil menonton Rucarion membalikkan halaman buku dengan cepat.

Banyak batu-batu aksesoris yang tercantum di buku itu. Karena itu, Rucarion berniat mengabaikan semua itu karena bukan itu yang mereka cari. Hingga tiba-tiba.

"Tunggu!" Sergahan tangan Lucianna membuat Rucarion menghentikan aktivitas membalik halamannya.

"Apa?" Tanya Rucarion kesal karena Lucianna dianggap hanya akan membuang waktunya. Tapi pertanyaan dan kekesalan itu lenyap ketika dia melihat gambar sebuah batu. Bentuknya berbeda, tetapi memiliki warna yang sama persis dengan liontin milik gadis biru itu.

"I-ini..." Rucarion terbata tidak percaya. "Glauzura. Batu aksesoris biasa yang melambangkan ketenangan pikiran dan konsentrasi." Ujar Lucianna membaca kalimat singkat yang tertera di sana.

"Bersambung ke halaman 511, Batu Segel?" Ujar Rucarion membaca kalimat berikutnya yang dicetak dengan ukuran kecil di ujung gambar batu biru indah itu.

Sejenak kedua Recht itu saling memandang, dan sedetik kemudian, mereka sudah berada di halaman 511 yang bermasalah itu. Dan ini yang mereka temukan.

✡✡✡✡✡✡✡

Glauzura

Batu sihir yang sangat jarang ditemukan dalam kondisi 'magica (bersifat magis)' dikarenakan sifat magis benda ini yang labil dan mudah hilang.

Batu ini sendiri bersifat fleksibel, dengan artian bisa dibuat menjadi batu sihir apapun. Baik itu kekuatan, pertahanan, dan lainnya. Namun, kekuatan terbesar batu ini ada pada kekuatan 'segel' miliknya. Glauzura itu sendiri adalah batu segel terkuat.

Kekuatan batu ini sangat tinggi bila orang yang menggunakannya memiliki kemampuan yang tinggi pula. Biasanya mereka menggunakan Glauzura untuk menyegel kekuatan jahat, atau kekuatan yang mereka anggap merugikan mereka. Glauzura yang digunakan haruslah saat batu ini berwarna biru gelap pekat karena ketiadaan sinar bulan pada 'Hari Seribu Malam' yaitu hari ketika Elnos dan Heith (satelit alami Zenara) tidak bersinar sama sekali saat malam hari tiba. Di mana hal ini hanya terjadi sekali dalam seribu dua ratus malam. Saat hari itu tiba, sang penyihir akan menghancurkan Glauzura dan memasukkan debunya ke dalam objek segel.

Selain menjadi batu pencipta segel yang sangat kuat, Glauzura juga merupakan kunci satu-satunya bagi segel miliknya sendiri. Sebuah batu Glauzura akan terpecah menjadi beberapa kepingan saat dijadikan segel. Dan pecahan Glauzura dengan warna paling terang akan menjadi kunci yang bisa membuka segel tersebut. Oleh karena itu, setelah menyegel, para penyihir akan menyembunyikan pecahan terakhir yang berwarna paling terang.

✡✡✡✡✡✡✡

Lucianna tidak berkedip sama sekali saat membaca keterangan Glauzura dalam buku itu. Begitu pula dengan Rucarion. Mereka berdua bagaikan sudah terkena sihir buku tua tersebut.

"Hei, gadis gila.... Apakah kau membutuhkan hal ini? Maksudku, segel?" Tanya Rucarion ketika dia selesai membaca paragraf singkat tersebut.

"Aku... aku tidak yakin. Apa yang mau mereka segel dari aku yang seperti ini?" Tanya Lucianna keheranan.

Rucarion menatap lekat gadis biru di hadapannya itu dengan seksama sambil berpikir keras. Ucapan Lucianna benar, apa yang mau disegel dari dirinya?

Sedetik kemudian Rucarion tersentak. Pertanyaannya sendiri membuatnya mengetahui jawaban dari pertanyaanya itu. Apa yang bisa disegel dari Lucianna? Seharusnya dirinya sudah mengetahui hal itu.

"Niss White, apakah-" perkataan Rucarion terpotong oleh tatapan kesal dari Lucianna.  Seolah sudah memahami apa maksudnya, pemuda itu menghela napasnya, dan mengulangi kalimatnya.

"Lucianna White. Apakah kau pernah mengalami gejolak kekuatan sebesar itu hingga sekarang? Maksudku, sampai kau pingsan seperti pagi tadi?" Tanya Rucarion serius.

Lucianna tersentak mendengarnya. Gadis itu mencoba mengingat sejauh yang dia bisa. Kemudian dengan tatapan sendu, dia menatap Rucarion.

"Rucarion.... Aku...-"

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang