48 - Suasana Malam

722 79 1
                                        

"Kaukah anak itu?"

Lucianna terdiam. Bagaimanapun, seharusnya tidak ada orang yang boleh tahu apakah seorang Recht memilih pendidikan Dichornia atau tidak. Itu termasuk dalam rahasia yang tidak boleh dibuka, kecuali jika terjadi kebociran informasi seperti Rucarion yang berhasil mengetahui data Lucianna entah bagaimana caranya.

"Aduh, kenapa aku ini? Aku lupa itu rahasiamu. Aku rasa, aku harus mencari tahu sendiri hm?" ujar Madame Wellifer sambil tersenyum geli.

Lucianna masih diam membisu ketika tiba-tiba saja muncul desiran angin yang terasa lembut, seolah membelainya dengan penuh kasih sayang.

"Tidak apa-apa... Aku tidak bermaksud mengorek identitasmu. Kalau kau mau mengatakan sesuatu, datang saja padaku lain kali. Aku akan membuatkanmu teh lagi," lanjut Madame Wellifer lembut.

"Chamomile..." Lucianna membuka suaranya. "Teh rosela buatan anda memang enak, tapi aku lebih suka teh chamomile yang diseduh lama," lanjut gadis biru itu dengan senyum kaku.

Madame Wellifer tertawa lebar, "Kau memang dari keluarga terhormat ya? Baiklah, akan kubuatkan teh yang enak di kunjunganmu yang berikutnya," ujarnya dengan senyum lebar.

Lucianna pamit kepada Madame Wellifer sebelum pergi dari ruangannya. Setelah itu, Lucianna berjalan ke arah manapun kakinya ingin melangkah, mengikuti jalan setapak yang diterangi lentera. Sampai pada satu titik, gadis itu melewati sebuah taman yang gelap. Hanya ada sebuah lampu taman yang sudah redup di tengah-tengah taman itu. Di sekelilingnya terdapat banyak ayunan, bangku taman, dan meja piknik. Mengingatkan gadis itu akan rumahnya.

Lucianna berjalan lagi, kali ini dia berjalan ke arah tempat yang terang, yang ternyata juga merupakan spot favorit para siswa saat malam. Di sana Lucianna melihat jamur-jamur berukuran besar yang memancarkan cahaya berwarna-warni memperindah suasana malam kompleks Gynx Academy. Suasana riuh dari murid-murid yang berbincang membuat Lucianna merasa senang.

Kakinya kembali berjalan menuntunnya ke arah tempat yang lebih gelap, kawasan hutan Gynx Academy yang disamarkan dengan nama "taman" walaupun tidak ada seorangpun murid yang berniat masuk ke sana kecuali jika sangat amat terpaksa.

Lucianna diam mematung di mulut hutan itu. Tanpa sadar kakinya menuntunnya untuk masuk lebih dalam. Hutan ini terasa berbeda ketika Areos sudah terbenam. Terkesan lebih misterius dan menakutkan. Selangkah demi selangkah Lucianna masuk semakin dalam ke dalam hutan itu.

"Bsaat-bsaat!"
"Koo-koo"

Suara binatang malam mulai terdengar di sekitar Lucianna. Gadis itu mulai merasa takut dan berniat kembali ke taman jamur yang ditemukannya tadi. Namun saat gadis itu berniat membalikkan badannya, muncul suara langkah kaki dari arahnya waktu masuk ke hutan itu tadi.

Lucianna panik dan segera mengambil tongkat sihirnya. Setelah berhasil meraih tongkatnya, Lucianna mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Sebuah sosok berjarak 10 meter di hadapannya, berjalan semakin dekat.

8 meter...
6 meter...

Lucianna menyadari bahwa sosok itu sedikit berpendar. Ciri khas seorang fire bender. Perlahan, sosok itu mendekati cahaya dari Elnos dan Heith yang berhasil menembus kanopi hutan itu. Lucianna merendahkan tongkat sihirnya setelah sosok itu berjarak 4 meter darinya.

Rucarion Greene, dengan surai merah-putih dan sweater hangat berwarna merah gelap dibungkus jubah berwarna putih dan celana panjang berwarna hitam, sedang berdiri di hadapannya.

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang