44 - Roseanne

745 71 0
                                    

Rucarion kembali ke kamar asramanya dan merebahkan dirinya ke atas tempat tidurnya, dan menutupi kedua matanya dengan lengannya. Sesekali melirik ke arah samping tempat tidurnya, yang terkesan rapi. Saat ini penghuni tempat tidur itu adalah Mark. Sementara Justin sekamar dengan salah seorang temannya.

"Bocah tengil yang menyusahkan..." bisiknya dalam keheningan malam.

Bagi Rucarion, Rose adalah seorang air bender yang sangat kuat, mungkin air bender paling kuat yang pernah dia temui. Skill terkuat milik Rose saat ini adalah skill tornado miliknya. Memang tidak memunculkan efek skill yang keren, tapi dampak yang ditimbulkannya sangat besar. Rose punya bakat menjadi air bender yang kuat.

Namun, sayangnya keluarga dan orang tua Rose enggan menyuruh anak gadis mereka untuk pergi keluar sendirian. Mereka meminta banyak bodyguard untuk menjaga putri mereka agar tidak perlu sembarangan menggunakan sihirnya. Keluarga Rose memang bukan keluarga yang berhubungan dengan politik, tapi keberadaan keluarga Parkson cukup berpengaruh di planet Zenara.

Apalagi ketika Rose adalah satu-satunya putri penerus keluarga itu.

Rose tidak pergi ke sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Semua pendidikan yang ditempuh gadis itu berlangsung di dalam lingkungan rumahnya. Sejenis homeschooling di dunia manusia. Tapi Rose diajarkan cara mengendalikan sihirnya.

Karena merasa bahwa sang putri butuh teman, ayah dan ibu Rose mulai mencari anak-anak yang sebaya dengan gadis itu. Mulai dari anak-anak para pembantu yang dekat dengan mereka, anak dari keluarga konglomerat yang terhormat, dan banyak lagi. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang disukai oleh Rose. Sampai suatu hari Rose bertemu dengan Mark dan Justin.

Dua kakak beradik yang tinggal di sebelah rumah keluarga Parkson. Mereka sederhana, dan Rose tertarik pada mereka berdua. Sehingga mau tidak mau, keluarga Parkson pun mengizinkan putri kecil mereka untuk bermain dengan mereka setiap hari. Diam-diam, Justin dan Mark dibayar oleh keluarga Parkson untuk terus bersama-sama dengan putri mereka.

Kemudian ketika Mark melanjutkan sekolah di Gynx Academy, Mark meninggalkan Justin untuk menemani Rose di rumahnya. Rose yang melihat Mark pergipun bersikeras untuk menyusul pemuda yang sudah seperti kakaknya sendiri itu. Tapi tentu saja hal itu menimbulkan pertentangan di keluarganya.

Rose yang memendam kekesalannya sejak lama akhirnya memutuskan untuk kabur, dengan bantuan pengasuhnya yang memang sangat dekat dengannya sejak dia masih bayi, Lyra.

Lyra membantu Rose dan Justin untuk kabur ke Gynx Academy, berperan sebagai walinya, dan mengizinkan Rose untuk tinggal di asrama. Lyra jugalah yang menyaksikan pertemuan antara Rose, Justin, dan Mark di depan gerbang Gynx Academy. Sekaligus orang yang mengambilkan fotonya. Foto yang sampai sekarang dijaga dengan baik oleh Rose.

Bagaimana dengan Rucarion? Bukankah Rucarion juga ada di dalam foto itu?

Semenjak kepergian Mark, Rose kehilangan sosok seorang kakak yang senantiasa menyayangi dan melindunginya. Walaupun Mark adalah kakak kandung Justin, Mark tetap menyayangi Rose seperti adiknya sendiri. Sehingga kepergian Mark meninggalkan luka yang mendalam bagi Rose dan Justin.

Di kota Harrath saat itu ada seorang Recht yang terbilang cukup kuat di sekitar kompleks tempat keluarga Parkson tinggal. Recht itu laki-laki, memiliki 2 warna rambut yang terpisah di bagian kiri dan kanan kepalanya, dan dua warna mata yang berbeda. Ya, Rucarion Greene.

Keluarga Parkson tertarik dan mencoba membayar anak itu, yang 1 tahun lebih tua dari putri mereka untuk menjadi sosok pengganti Mark. Rucarion yang mendapat tawaran itu menerimanya dengan syarat sejumlah uang harus dibayarkan kepadanya. Saat itulah Rose mendapatkan teman baru, Rucarion Greene.

Walaupun perlakuan dan watak Rucarion jauh berbeda dari Mark yang lembut, Rose dan Justin bisa lebih mengatasi kerinduan mereka terhadap sang kakak, dengan tetap senang bermain dengan Rucarion yang seringkali berlaku dingin kepada mereka.

Saat Rucarion berangkat ke Gynx Academy, Rose dan Justin disibukkan oleh persiapan ujian masuk agar bisa masuk ke akademi yang sama dengan mereka berdua.

Sampai saat ini, Rucarion masih terus menerima bayaran dari keluarga Parkson. Karena itulah dia tidak perlu bergantung kepada ayahnya untuk memberinya uang. Keluarga itu meminta Rucarion yang mereka anggap kuat untuk melindungi dan menjaga Rose dengan baik.

"Rrrrrrr...!" telepon kamar asrama itu berbunyi. Rucarion dengan malas beranjak dari posisi berbaringnya dan mengangkat telepon itu.

"Halve? Maksudku, halo?" ujarnya singkat.

"Rion! Apa ini kamu?" balas sebuah suara di balik telepon itu.

"Lyra? Lama tidak berjumpa, sejak foto itu ya?" ujar Rucarion mencoba ramah. Bagaimanapun, Rucarion berhutang budi pada keluarga Parkson yang sudah membayarnya. Termasuk kepada pelayan-pelayan keluarga itu.

"Bagaimana keadaan nona besar saat ini?" balas suara yang disebut 'Lyra' oleh Rucarion.

"Dia baru saja tidur setelah menangis, setidaknya itu yang dikatakan Mark," balasnya lagi.

"Oh tidak, tadi tuan besar menelepon mencari keberadaan nona. Saya... saya hanya bisa diam karena saya sudah berjanji kepada nona besar untuk merahasiakan hal ini. Tapi tuan besar menanyakan tentang nona ke tuan dan nyonya Khliff. Jadi... jadi..." isak tangis pengasuh muda itu mulai pecah.

"Jadi orang tua Mark memberitahukan soal akademi ini, dan sekarang mereka ingin dia pulang? Seenaknya saja!" batin pemuda itu dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

"Saya... saya tidak tahu harus bagaimana, Rion..." Lyra terisak dari balik telepon, Rucarion yang mendengarnya hanya bisa menarik napas panjang diam-diam.

"Kalau kau terus mengurung elang kecil di dalam sangkar, elang itu akan tumbuh dengan berpikir bahwa dia hanya bisa terbang rendah," balas Rucarion dengan nada rendah.

"Sejak berada di sini dia sudah bisa mengendalikan elemennya dengan lebih baik, dia sudah menjadi lebih kuat. Dia baik-baik saja di sini. Beritahukan hal itu kepada tuan Parkson. Kami akan mejaganya dengan baik," ujar Rucarion dengan lembut menenangkan gadis muda di seberang telepon.

"A-akan aku coba. Terima kasih ya, Rion..." ujar Lyra sambil menutup teleponnya.

Rucarion masih bertahan pada posisinya, masih belum menutup teleponnya. Hanya terngiang nada sibuk di pendengarannya.

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang