8 - Hari Pertama (1)

1.3K 120 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama Lucianna di Gynx Academy. Sayangnya dia harus melewatkan acara perkenalannya di kelas pagi hari ini. Kalau saja saat makan malam kemarin Rose tidak memberinya kopi. Akibatnya Lucianna tidak bisa tidur semalam suntuk. Dan pagi ini, dia terlambat bangun.

Tanpa pikir panjang, Lucianna melesat ke kamar mandi dan berganti pakaian secepat yang dia bisa. Dia tidak perlu memodel pakaiannya lagi karena sudah dilakukannya sejak malam tadi. Kemudian mengambil peralatan sekolahnya dan segera berlari ke gedung sekolah.

Sepanjang jalan, entah berapa banyak orang yang ditabrak oleh Lucianna. Tapi dia tidak peduli, hari pertamanya harus memberikan kesan yang baik bagi semua orang, begitu pikirnya.

Akhirnya papan kelas 11-Re terlihat. Lucianna segera membuka pintu kelasnya. "Masih ada 5 menit sebelum kelas dimulai..." pikirnya sambil merapikan penampilannya.

Namun naas... tepat ketika pintu terbuka lebar, sebuah bola api melesat dan berhenti tepat di depan mata Lucianna. Semua orang di kelas itu terbelalak. Terutama Lucianna.

"Kau terlambat!" Bentak seorang pria yang duduk di meja guru. Aku ulangi, dia duduk di meja guru. "Sebutkan apa alasanmu terlambat, atau ucapkan selamat tinggal pada rambut indahmu itu." Ujarnya dingin dan sadis.

"Terlambat?" Jawab Lucianna memberanikan dirinya. "Maafkan aku, tapi bukankah masih ada 5 menit sebelum bel berbunyi?" Tanya Lucianna heran.

"Aarghh!! Anak baru kau rupanya!" Raung pria itu sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi. Membuat Lucianna terheran-heran. Hanya 1 kalimat yang terlintas di kepalanya saat ini, "Apakah makhluk yang satu ini masih waras?"

"Apa stratamu?" Tanya pria itu dingin. Lucianna tidak mau memperpanjang masalah, jadi dia menunjuk ke arah dadanya, yang tersemat huruf 'A' di sakunya. Pria itu manggut-manggut melihatnya.

"Namaku Alex Dumbledore. Panggil aku Mr. Lex." Ujarnya dingin. Tiba-tiba saja seorang murid menyeletuk. "Kau juga boleh memanggilnya Mr. Dumb!!" Teriaknya cukup keras. Seisi kelas tertawa terbahak-bahak mendengar lawakan itu. Walaupun kata 'Dumb' yang berarti 'bisu' atau 'bodoh' itu tidak cocok dengan kepribadian guru satu itu.

"Nr. Greene!!" Teriak Mr. Dumb, maksudku, Mr. Lex menyebut nama pembuat onar itu. Sementara yang namanya dipanggil hanya memasang wajah datar.

Di Planet Zenara, terutama kaum Recht memiliki tingkatan tertentu dalam memberi sapaan kepada orang lain sebagai bentuk kesopanan dan rasa hormat. Untuk kaum pria yang sudah dewasa dan sudah menikah, mereka memanggilnya dengan sebutan Mister (Mr.) dan Sir (Sr.) jika belum menikah. Sementara untuk kaum wanita yang sudah dewasa, mereka memanggilnya Misstress (Mrs.) jika sudah menikah, dan Miss (Ms.) Jika belum menikah.

Itu panggilan jika orang yang lebih muda ingin memberikan bentuk rasa hormat kepada yang lebih tua. Jika yang terjadi adalah sebaliknya maka, sebutan untuk kaum pria yang lebih muda/masih anak-anak adalah Nister (Nr.). Sementara kaum perempuan yang masih muda/masih anak-anak akan dipanggil Niss (Ns.).

Walaupun terkadang ada beberapa kondisi dimana hubungan antara guru dengan murid, murid dengan guru, antar guru, dan antar murid, tidak selalu menggunakan panggilan-panggilan itu.

Kembali ke kondisi Lucianna... saat ini anak laki-laki yang dipanggil 'Nr. Greene' tadi menghebohkan seisi kelas dengan cara menghindari serangan bola api dari Mr. Lex.

Setelah dirasa cukup, barulah dia duduk kembali dengan tenang. Dan Mr. Lex kembali mengurusi kedatangan Lucianna. "Panggil aku Mr. Lex." Ujarnya dengan nada dan wajah datar. Lucianna mengangguk sambil menahan tawanya. Begitu pula seisi kelas.

"Namaku Lu-" ucapan Lucianna terpotong kembali oleh sebuah bola api. Mr. Lex segera menyuruhnya untuk duduk. "Anak baru, kelasku selalu dimulai 15 menit lebih awal. Pastikan ini menjadi keterlambatanmu yang pertama dan terakhir." Ujarnya sinis. "Dan satu lagi, aku tidak perlu tahu namamu."

Lucianna menghela nafasnya. Satu-satunya bangku yang kosong di kelas ini hanya ada di samping Nr. Greene. Mau tidak mau, dia menghampiri tempat itu.

"Mau apa kau ke sini?" Tanya pemuda itu dingin. Lucianna terbelalak, "Maaf, tapi satu-satunya tempat yang masih kosong hanya di sini." Ujarnya mencoba berani menghadapi pemuda di hadapannya ini.

"Kau mau duduk di sini?" Tanya pemuda itu dengan senyuman sinis. Dijawab dengan anggukan dan tatapan aneh dari Lucianna.

"Kalau begitu... kau harus membayar!" Ujar pemuda itu lembut, tapi terdengar seperti perintah yang tidak boleh dibantah. "Apa bayarannya?" Tanya Lucianna. Nada suaranya mulai terdengar dingin.

"Jadi budakku selama kau bersekolah di sini!" Ujar pemuda itu. Lucianna terbelalak kaget dan marah. Tidak pernah dia diperlakukan seperti ini. Perlakuan pemuda ini terdengar seperti meremehkan harga diri Lucianna sebagai kaum Recht.

Dengan kemarahan yang mulai memuncak, tanpa sadar Lucianna mengontrol kekuatan air miliknya. Membuat sebuah gumpalan kecil, dan...

"Splashh!"

Air itu mendarat dengan mulus di tubuh pemuda itu. Membasahi tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Sang pemuda terbelalak dengan aksi Lucianna yang tiba-tiba dan tanpa keraguan sedikitpun.

Tanpa basa-basi, Lucianna menarik kursi di depannya, tepat di samping pemuda itu. Sambil tersenyum, senyuman yang manis tapi mengandung beribu kemarahan. "Namaku Lucianna White, mohon bantuannya ya, tuan Greene~"

Raut wajah Nr. Greene mungkin tampak tenang, tapi pikiran dan hatinya sedang kacau. Akhirnya dengan senyuman dingin dia membalas perkataan Lucianna, "Salam kenal, namaku Rucarion Greene. Aku harap kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Dan kau mempertimbangkan tawaranku tadi."

"Splashh!"

Tanpa menatap wajah basah kuyup pemuda itu, Lucianna kembali meyiramkan air kepadanya. Tindakannya sungguh membuat Lucianna merasa kesal. Walau terlihat seperti anak yang manis dan penurut, Lucianna tetap membenci hal bernama 'Persetujuan sepihak'. Terutama ketika menyangkut harga dirinya.

Dengan malas, Lucianna kembali menatap pemuda itu dengan senyuman yang manis. "Kelihatannya mereka menolaknya... maaf, aku tidak bisa." Jawabnya dengan nada sinis dan menyindir.

Rucarion terdiam dan memberikan sebuah senyuman lagi untuk Lucianna. Kemudian menatap ke papan tulis di depan. Wajahnya tenang, namun pikirannya sedang sibuk menyumpahi gadis iblis di sampingnya ini.

"Apakah dia itu jelmaan dari istri Hades? Keturunan Cerberus? Apakah neraka kehilangan puteri iblisnya? Apakah penjara bawah tanah mulai melemah?"
Batinnya dalam hati. Terus mengutuknya

Sementara Lucianna? Percayalah. Walau tindakannya tadi itu sangat berani, keren, dan heroik. Serta dilakukannya dengan tatapan bangga dan diakhiri dengan penuh percaya diri, dia sedang gugup dan merutuki dirinya sendiri.

"Kerja bagus Lucianna... ini hari pertamamu, dan kau menyiram seorang pemuda sebanyak 2 kali. Dan orang itu adalah Rucarion Greene... kerja bagus Lucianna, sangat bagus..."

Magtera RorantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang