20 : CHARLOTTA SMITH

420 47 1
                                    

CROWN GARDEN
CHARLOTTA SMITH

Setelah mandi dan mengikuti ritual periasan wajah oleh beberapa pengawalnya seperti biasa, ia berdiri menatap tubuhnya yang berlapis gaun pendek selutut yang berbelit rapi dengan kain-kain satin merah muda itu. Kakinya yang jenjang dipaksakan memakai sepatu tumit tinggi rancangan Sumithaseno, perancang asal Bali yang terkenal dengan busana musim panas. Tadinya ia ingin memprotes, tapi salah satu pengawal itu mengatakan kalau besok, pilihan sepatu kets akan dibawakan.

Tapi, ia tidak buruk juga berdandan seperti ini. Jess benar. Mungkin ia harus memberikan diri untuk waktu ini.

Lagi pula, baik Susan, si pengawal berbadan besar dan Fiona, pengawal bertubuh kecil yang sedikit bodoh dan lambat itu, mereka, berusaha membuatnya benar-benar melakukan 'tugas'.

Tapi, apa yang akan dikatakan Marie jika melihatnya besok datang semobil dengan Karry. . .? Charlotta menghela napas berputar lalu melangkah malas duduk di sofa ruang baca.

Semakin dipikirkan, semakin pusing.

Lebih baik ia menggunakan otaknya untuk berusaha mengingat silsilah akan tradisi nenek moyang keluarga Wang.

Sudah hampir satu jam, tidak ada satupun yang ia mengerti. Susan dan Fiona baru saja memberikan satu buku usang berjudul Silsilah Pewaris Keluarga Wang, tapi bukan langsung mengingat salah satu nama, ia malah mengantuk.

"Ya Tuhan, untuk apa semua ini sebetulnya? Kalau ada calon istri yang sesungguhnya melakukan ini sebelum menikah dengan Karry, hm lebih baik mundur," gumamnya sambil menyibak lembaran halaman ke halaman dengan malas.

Suara pintu diketuk terdengar. Charlotta tidak peduli hingga suara Cindy menyambarnya.

"Charlotta Smith? Kau ada di dalam?"

Cindy mengetuk lagi sekali. Mata Charlotta yang mengantuk seketika terbuka lebar. Ia langsung bangkit berdiri sebelum melicinkan roknya dan berderap membukakan pintu.

"Hai?" sapanya ketika melihat Cindy dengan balutan dress pendek menawan yang simpel. Rambut panjang bergelombangnya di gulung rapi, menyisakan poni pendek di keningnya. Iris hitam yang dikelilingi bulu mata lentik itu sangat membuatnya terlihat seperti boneka barbie. Cantik sekali.

"Hai. Sedang apa?"

Charlotta menahan kerutannya, berbalik tersenyum kaku. "Belajar. . . Eh, silakan masuk," Charlotta membuka pintu kamarnya, mempersilakan Cindy memasuki ruangan sambil berkata terima kasih dengan lembut.

Hm, aneh. Padahal saat minum teh tadi dia seperti nampak sinis sekali padanya. Charlotta mengelus dagu sambil menatap punggung Cindy yang berjalan ke sofa ruang baca penuh selidik.

Jangan-jangan, ini salah satu siasatnya untuk mencuri hati Karry lagi. . .

"Kamarmu terlihat nyaman," ujar Cindy sambil duduk di sofa tanpa dipersilakan. Charlotta terkekeh.

"Terima kasih. Karry yang memilihkannya."

Gadis itu mengamati buku keramat yang tadi habis dibacanya tergeletak di meja. Lalu ia menyentuh buku itu sambil tersenyum.

"Kau sedang belajar silsilah keluarga Wang, ya?" gumam Cindy tertuju pada tulisan di tiap lembaran.

Charlotta duduk dengan kikuk di depan Cindy. Antara menyiapkan jawaban yang tepat dan menerka gelagat gadis itu.

"Y-ya. Karena aku termasuk orang asing, aku harus mempelajari ini untuk tahap pertunangan."

Cindy menghentikan jemarinya, Charlotta merapatkan bibir.

Astaga, kenapa kata-kata itu meluncur tanpa dipikirkan?!

Dari depan, Cindy menatapnya penuh kernyitan.

"Karry sudah mengajukan pertunangan padamu?" tanyanya pelan tapi terbaca sekali kalau ia terkejut.

Charlotta mengendikkan bahu lalu melemaskan lehernya yang tegang. "Yah... tidak, sih. Tapi kami pernah membicarakan itu," kilahnya cerdik.

Terdengar Cindy tertawa pelan, kembali membaca buku. "Kalian kan belum lulus, apakah tunangan bukan hal yang terlalu cepat dalam sebuah hubungan? Terlebih, kau harus tahu kalau kau berhubungan dengan Karry..."

"Oh tidak masalah. Sebenarnya aku sudah memahami masalah kelarganya ini," jawab Charlotta lancar, tapi ujung lidahnya sedikit kelu karena bumbu tipuan itu.

Cindy memangku kakinya lalu menatapnya lurus-lurus.

"Sudah berapa lama kau mengenalnya?"

Tenggorokan Charlotta tercekat.

Sial, Cindy tidak memberikannya sela untuk bernapas dari kejujuran.

"Cukup lama. Aku dan Karry sekelas." Charlotta mulai berkeringat. Tapi ia harus menutupi itu. Cindy adalah seseorang yang cerdas. Mana tahu kalau dia sudah mempelajari gelagat seseorang yang menipu? Kalau iya, ia harus bertindak lebih cerdas dibanding gadis itu.

"Karry baru pindah ke sini saat kelas dua bukan?" selidik Cindy.

"Ya. Kebetulan juga, dia dan aku ditempatkan di kelas yang sama. Kau ingin bertanya bagaimana kami bisa kenal? Atau ada pertanyaan lain yang kau masih rasa janggal?" Charlotta balik menyipitkan mata. Strategi ini untuk menelan rasa grogi luar biasanya.

"Pintar. Kau bisa menerka, ya," baru mengatakan itu, wajah lembut Cindy tadi seketika sirna. Berubah menjadi tatapan tegas yang angkuh. Tengkuk Charlotta meremang, siasat yang baik.

"Baiklah kalau begitu, aku tidak akan basa-basi lagi," Cindy membenarkan posisi kakinya, "aku kemari ingin memberitahumu atau mungkin menyadarkanmu." Kata-kata Cindy yang lembut berangsur-angsur terasa mencekik tenggorokannya.

"Sedari awal, Karry adalah milikku. Sepuluh tahun kami sudah mengenal, dan aku yakin, Karry melakukan ini hanya untuk mempermainkan ibunya."

Charlotta mengernyit cukup dalam, tapi ia tertawa tak menyangka Cindy akan sepede itu.

"Seberapa ingin kau menjadi pacarnya, Cindy?" tanya Charlotta penuh dengan nada tantangan.

Tapi Cindy tertawa rendah sambil bangkit berdiri. "Kau salah. Tapi seharusnya kau bertanya pada Karry seberapa ingin dia menjadi pacarku."

***

Muup yah baru apdet sayah :') moga masih ada yang baca cerita ini hiks. Sepi kali di sini...

Oiya gara gara scroll ig dan pinterest jadi betah nih wkwk. Tapi tak apa saya sudah muncul di sini hehe.

Makasih ya buat pembaca yang masih nunggu terus, yah walaupun cuma satu dua, saya ttep senang. Toh, kembali lagi saya menulis karna saya ingin menulis, bukan karena ingin dibaca. Kalian adalah bonus untuk saya, kalau kalian suka, itu malah semacam kekuatan lagi untuk saya. Hehe. Baiklah, selamat membaca dan menunggu part selanjutnya ya.

See ya^^

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang