70 : JESS DAN CHARLOTTA

387 41 2
                                    

CENTRAL PARK
JESS DAN CHARLOTTA

Jess yang sedang mengelap meja menghela napas rendah, memandang gadis di depannya dengan wajah prihatin.

"Sudah kuduga permainan kalian akan berujung seperti ini," kata Jess sambil melemparkan lap meja ke sisi ember tempat untuk cuci piring.

McD di tengah keramaian Central Park sudah tutup. Hanya bagian Drive Thru yang masih buka. Kafetaria yang luas itu sudah separuh lampunya di matikan. Tersisa lampu-lampu spot di beberapa area. Ada beberapa pekerja yang masih mengepel, tak sebagian juga yang sudah keluar dari ruang loker melambai pada Jess berpamitan pulang.

Setelah mendengar cerita panjang lebat dari sahabatnya, Jess hanya memberi presepsi kalau masalah ini akan semakin rumit nantinya. Ingin sekali ia menyuruh Charlotta untuk berhenti. Tapi setelah berjalan cukup jauh, rasanya tidak tega untuknya kembali menarik ke tempat semula. Apalagi ketika gadis itu bilang, ia terjebak oleh perasaan. Hal itulah yang kian membuat Jess makin serba salah.

Seharusnya Charlotta mengira hal ini akan terjadi. Masalahnya, siapa juga yang naif mengatakan tidak suka dengan Karry Wang? Jess yang tidak pernah melihat pemuda itu secara langsung saja bisa membayangkan hal-hal lain jika mereka saling berdekatan. Jangankan Karry Wang, bayangkan saja orang lain. Siapapun itu, jika kita sering bersama, apalagi menempuh sebuah perjuangan berdua, pasti rasanya ada sesuatu yang kian meresap di masing-masing jiwa. Perjuangan mereka, kebersamaan mereka adalah perekat hubungan itu. Dan Jess tidak heran kalau perekat lugu itu adalah cinta.

"Char, aku tidak tahu harus bilang apa. Karena sekarang permasalahanmu bukan lagi soal orangtuamu saja. Melainkan tentang perasaanmu."

Di meja bar, pemisah antara dirinya dan Charlotta, gadis itu makin menenggelamkan wajahnya di meja. Wajahnya suntuk dan frustasi. Ia menatap kosong beberapa kali. Gaun malam sebetis berwarna hitam dengan dada tertutup itu membungkusnya memesona. Rambut pendek Charlotta di kuncir mencuat di belakang. Poni gadis itu di acak-acak seruwet perasaannya. Lalu dengan menyanggah kepalanya, Charlotta memandang Jess dari balik bar.

"Dan waktuku tinggal beberapa minggu lagi. Setelah pesta dansa itu selesai, aku yakin, Karry akan menyesal telah membuat perjanjian ini. Dia sama sekali tidak menaruh perasaan padaku sedangkan aku..." Tenggorokan Charlotta tersekat, gadis itu menahan napas sekali lalu mengerang sambil menidurkan kepalanya di atas meja dengan kesal.

"Oh dear, permainan ini sudah rumit sekali. Sekarang, bagaimana dengan Cindy?"

Tak menjawab, Charlotta hanya mengerang terus-terusan. Seakan apa yang ia ketahui sekarang, baik itu perasaannya sendiri atau trik-trik Cindy mengalahkan seluruh dugaannya.

"Jess, apakah seluruh orang di dunia merasa mencintai seseorang adalah membodohi diri sendiri?"

Jess terpengarah, ia berjalan mendekat ke arah Charlotta yang menatapnya lesu.

"Kenapa kau bilang begitu?"

Pandangan gadis itu tersesat di antara kosongnya udara. Ia tak menjawab beberapa detik namun kembali melanjutkan dengan menghela napas kecil. "Karena aku merasa sangat bodoh tidak bisa menghilangkan perasaan ini."

Jess tertunduk sedikit, merasa beban Charlotta ikut terbagi bersamanya. Membiarkan hening dan sesekali keributan kecil di dapur meriungi keduanya.

"Sebenarnya, aku duluan yang ingin membiarkan diriku sendiri menyukai Karry. Aku ingin mengalahkan Cindy supaya Karry bisa leluasa memberi tempat untukku, dan dengan begitu, aku bisa lancar menempuh sebulan ini. Kupikir aku bisa menyukainya saja, tapi ... aku salah. Aku.. tidak tahu kalau membuka hati adalah membiarkan semua perasaanku terenggut olehnya. Aku tak tahu bahkan semua rasa takut, khawatir, semuanya tertuju pada Karry."

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang