6 : KARRY WANG

620 71 7
                                    

MANHATTAN BRIDGE
KARRY WANG

Albert dan Josh sedikit tercengang mendengar penjelasan Karry setelah beberapa menit lalu tiba di kelas. Charlotta tidak terlihat ada di mana-mana, jadi sebaiknya ini waktu yang tepat untuk menceritakan kejadian pagi tadi mengenai kemauan konyol ibunya.

"Kau yakin, dude?" tanya Albert lagi memandangnya sedikit prihatin.

"Aku---tidak salah dengar, kan? Charlotta Smith? Charlotta---" Josh mendesah keras sambil menghempaskan punggunya ke kursi kelas. Satu-satunya orang yang tidak menyukai CS adalah cowok itu. Tapi Karry tidak peduli.

Setelah memiliki waktu berdua saja dengan Marcus ketika di ruang guru tadi, Karry menjadi mengerti kenapa CS di pindahkan dari kandang ayamnya ke istana di sekolah. Dia mengalami penurunan akademik yang sangat buruk, bahkan bisa saja tidak ada satupun Universitas yang ingin menerimanya. Bahkan, bisa saja ia berakhir di belakang mesin kasir selama berpuluh-puluh tahun untuk mencari orang tuanya. Karry sangat tahu kalau Marcus sangat ingin membantu CS dalam mimpinya mencari orang tuanya, mencari uang lebih banyak hingga ia tidak sempat belajar walau sampai sekarang tabungannya tidak pernah cukup. Sangat ironis kedengarannya.

"Kenapa kau tidak membawanya ke panti asuhan, saja?" ketika itu Karry berkata tanpa ada niatan memberi saran. Hanya berkomentar untuk menanggapi dengan sopan.

"Panti asuhan? Yayasan mana yang mau menerima pembangkang sepertinya? CS bukan seseorang yang bisa diselimuti dengan aturan. Bahkan seharusnya, dialah aturan dalam hidupnya sendiri."

Tentang CS yang tiba-tiba itu, entah kenapa membuat Karry menemukan pucuk cahaya dari kegelapan pertanyaannya selama ini.

Satu-satunya orang yang membencinya selama dua tahun ini adalah Charlotta Smith. Dia orang yang tepat. Dia-lah yang selama ini ia cari. Di samping itu, bernegosiasi padanya dengan uang, bisa jadi hal yang sangat mudah untuk diraih. Demi menyempurnakan rencananya dan pergi dari Cindy jauh-jauh, ia akan berhasil untuk berteguh pada pendiriannya.

"Tetapi, Cindy Young bukankah gadis yang sangat menarik? Oh, bisa dibilang aku iri padamu bisa bertemu dengan salah satu keturunan Young," ujar Albert lagi lebih tenang dari Josh yang nampak frustasi.

"Aku tidak peduli. Dari semua orang, aku lebih mengenal Cindy dari yang mereka kira. Mungkin sekarang aku sudah lupa, tapi yang namanya perasaan risi dari kecil itu selalu membekas walau hanya mendengar namanya," jawab Karry.

"Memangnya, kenapa kau sebegitu risinya dengan Cindy? Apa yang Cindy lakukan padamu?" kali ini Josh balas bertanya dengan bingung, nadanya masih seperti tidak percaya pada keputusannya.

"Young sangat kaya, Josh---"

"Tapi kau tetap yang terkaya," potong Josh bersikeras.

"Dan keluarga kami sangat berhati-hati dengan keluarga mereka karena mereka sangat pemilih. Terlebih, Cindy itu. . ." sahut Karry menghiraukan ucapan Josh sambil beralih memandang Albert.

Albert memiringkan kepala memandangnya bingung. Seakan menuduh dirinya bodoh ingin menolak Cindy Young begitu saja.

Kalau diingat, delapan tahun yang lalu, gadis berbalut baju musim panas itu sering sekali tersenyum ke arahnya tersipu-sipu, lalu ketika orang tua mereka bertemu saling bertegur sapa, Cindy yang bertubuh pendek dengan cerdasnya menengadah lalu tersenyum menyapa kedua orang tuanya dengan senyum manisnya. Kemudian ayah dan ibu Karry akan mengusap kepala Cindy sambil berkata, "Cindy, bermainlah bersama Karry dan Jackson. Karry, jangan banyak tingkah di saat Mom tidak ada, ya?"

Lalu dengan pasrah Karry pun di bawa ke dek bagian taman bermain di sisi kapal lainnya. Para orang tua memberikan ruangan khusus untuk Jackson, Cindy dan dirinya menunggu kedua mereka selesai berpesta di klub sambil bermain fasilitas yang ada.

Sering kali Cindy mengajaknya mengobrol, tapi Karry sangat enggan untuk meladeninya karena beberapa hal.

Cindy adalah orang yang sangat pintar berbicara. Dan detik itu ketika melihat akal gadis itu ada di sekitar bibirnya, Karry merasa tidak ada yang bisa dipercaya jika suatu saat semua yang terucap dari bibirnya hanya buah manis. Karena Cindy selalu berusaha menutupi sifat aslinya. Bahkan tanpa tahu, gadis itu terbilang sangat licik, walau hanya bermain permainan monopoli di kapal yang terombang-ambing pelan.

Karry masih ingat kala itu Jackson, adalah pemuda bodoh yang dengan mudahnya dibohongi oleh Cindy padahal sudah jelas, Cindy menukar dadunya hingga membuat Jackson masuk ke penjara dan membayar dua puluh ribu dollar. Bukan itu saja, otak liciknya sering bermain kala ia merasa tidak ingin kalah dari para anak-anak perempuan lainnya. Karry diam, tapi ia mengamati itu tanpa bersuara.

"Cindy itu kenapa?" tanya Josh lagi membuyarkan lamunannya.

"Josh, aku tanya padamu. Kenapa kau membenci CS sebegitunya?"

Cowok berambut ikal kemerahan itu mengernyit sekilas lalu menjawabnya dengan lancar, "tentu saja karena dia jahil. Dia itu seperti kutu penganggu dalam rambutmu yang tidak terlihat. Tahu-tahu kau gatal sekali ingin menangkapnya dan membuatnya jera."

"Nah, mudahnya, alasanku sama seperti alasanmu membenci CS. Cindy, adalah kutu pengganggu," ujar Karry tetap menjaga ketenangan air mukanya sambil beralih ke kursinya.

"Tapi, kau yakin dia akan menerima permintaan bodohmu ini?" tanya Josh lagi. Karry sibuk mengeluarkan selembaran kertas coretan fisikanya, lalu mulai menghapal beberapa rumus yang sebenarnya sudah ada di luar kepalanya.

"Aku tidak tahu."

"Kalau misalnya CS tidak mau, bagaimana?" suara Albert tidak menghentikan gerakan pensil mekanik Karry.

"Kita lihat saja nanti. Aku yakin dia akan mengambilnya," ia mengangkat wajah datarnya sambil memandang kedua temannya yang terpana.

"Pasti."

Seulas senyum dingin mencuat tipis di bibirnya, namun Josh hanya menganga tak percaya.

***

Senin kembali, part selanjutnya hadir di sini. Jahelah iklan bet. Wkwk.
Selamat membaca yaa moga makin kepo ama kelanjutannya^^

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang