45 : RYU, CINDY, CHARLOTTA & KARRY

415 40 1
                                    

HALFEARTH, CROWN GARDEN
RYU, CINDY, CHARLOTTA, KARRY

Kuas yang dipoles di atas kanvas bergerak lembut. Satu per satu warna saling menimpa, membentuk gradiasi yang berpendar. Lama-kelamaan wajah seorang wanita mulai terbentuk. Ryu menekan-nekan kuasnya dengan gemulai, menciptakan warna bayangan sambil mengembuskan napas kehidupan ketika menciptakan matanya.

Desiran angin musim semi mendesir lembut, memecahkan pesona yang dibangun tinggi-tinggi oleh pria yang memegang pamflet cat air di sebelah tangannya. Ryu duduk di salah satu kursi tunggal bundar, di belakangnya, Charlotta, Cindy dan Karry mengamati karya tersebut lahir. Karena angin musim semi yang sejuk-sejuk, membuat mata Charlotta berat lama-lama. Tubuhnya hampir sekali terjatuh ke sisi Karry di sebelahnya, namun di hardik dengan cepat untuk mengatasi hal yang bisa mempermalukan dirinya.

"CS! Buka matamu," bisik Karry ketika Charlotta mengucek matanya yang berair. Ia memandang reyap-reyap, "aku tidak tahan."

Dari sebelahnya tangan Karry terulur lalu menyentil keningnya dengan cekatan.

"Bangun!"

Cindy mendengar pertengkaran kecil itu langsung melongok, ia menerbitkan senyum licik.

"Dasar kampungan. Nah, Charlotta, apa pendapatmu tentang lukisan Tuan Ryu ini? Bukankah kau biss melukis? Seharusnya ada beberapa pelajaran yang kau mengerti, bukan?" Nada bicara Cindy menaik. Karry dan Ryu sedikit meliriknya, namun yang diajak bicara gelagapan.

"Cindy, sangat tidak sopan untuk menyela Tuan Ryu---"

"Ryu. Ryu saja," pria yang melayangkan kuasnya di udara menoleh ke belakang dengan senyum menukik yang membekukan raga.

"Oh. R-Ryu. Ya... Tidak baik menyela. Biar kita lihat dulu hasilnya, baru kukatakan pendapatku nanti." Alih-alih balik mempermalukan Cindy, sebenarnya Charlotta meminta waktu untuk mencari jawaban yang tepat. Pertanyaan Cindy bagai esai. Harus dipikirkan baik-baik kalau tidak, kurang bagi dia adalah kesalahan fatal.

Terdengar Cindy mendengkus pelan. Ia bersedekap dengan wajah sebal. Charlotta melirik Karry yang menyudutkan senyum kecilnya diam-diam. Cowok itu duduk di tengah-tengah sofa antara dirinya dan Cindy.

Polesan terakhir untuk membentuk manik matanya, ternyata Charlotta baru menyadari kalau wajah wanita dilukisan itu entah kenapa---seperti mirip dengannya.

Ryu meletakkan pamflet cat di atas meja tinggi di sebelah nakas, lalu dengan bangga berdiri menunjukkan hasilnya.

"Wah," desah Cindy takjub. Ia menahan tepuk tangannya, sedangkan Karry bangkit dari kursi, memandang lukisan besar itu lekat-lekat.

Kanvas berukuran A2 itu diisi penuh oleh watercolor permainan Ryu Otosaka. Hampir separuh sisinya diisi oleh wajah oval wanita itu. Rambutnya pendek, ada sulir-sulir warna cokelat di antara jumput rambutnya. Wanita itu tersenyum cerah memandang langit seolah-olah membagi kebahagiaannya pada sesuatu. Tiap gradiasi warnanya memberi napas lukisan itu. Wajahnya putih, matanya besar dibingkai alis teduh yang menghangatkan. Bibirnya melengkung cantik. Charlotta sadar, sekarang kepalanya kosong, malah tak menemukan satupun opini pun untuk menembus perkataan Cindy selain kata indah dan luar biasa.

"Bisa tebak aku menggambar siapa?" Ryu berujar, memberi senyum puas ke arah Karry yang masih tertunduk menikmati karya seni itu.

"Siapa? Istrimu?" tebak Karry terkesan tak peduli.

Ryu menggeleng, kali ini sambil melebarkan senyumnya. Tangannya di taruh ke saku celana, dagunya menunjuk Charlotta.

"Yang benar adalah calon istrimu," ucap Ryu yang membuat degup jantung Charlotta berlompat ria. Aneh, kenapa kata-kata Ryu terasa seperti suara Karry?

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang