18 : CHARLOTTA, KARRY, CINDY

487 51 4
                                    

Taman belakang Crown Garden memang yang terbaik. Charlotta tak henti-hentinya memandang takjub tiap ukiran batu yang berlapis tanaman rambat khas dari Amerika. Beberapa anggrek merah merambat di pinggiran lapisan batu itu, ada juga pohon-pohon rindah yang menaungi satu meja bundar di bawah mereka dengan beberapa gelas aroma the hijau dari Singapore dan alunan piano Mozart klasik dari salah satu kaset hitam besar yang langka.

Cindy Young yang duduk di sebelah Karry dan Natalie tersenyum, tertawa sopan ketika Natalie menceritakan pernikahannya dulu dengan Bernard Wang. Masa bodoh dengan cerita itu, Charlotta sama sekali tidak peduli. Ia malah sibuk membayangi perawakan ayah dan ibunya di luar sana.

"Charlotta Smith?" panggil Cindy tiba-tiba. Charlotta tersentak lalu melihat gadis yang memanggilnya itu. Sedari lima belas menit tadi berbincang-bincang, percakapan dan topik semua dikuasai oleh Cindy dan Natalie. Karry yang beberapa kali menimpali karena nampaknya ia juga terlalu senang dengan bagian cerita di bukunya itu.

"Ya?" balas Charlotta melirik Karry yang berdeham pelan sambil menyesap tehnya.

"Apa kau pernah jalan-jalan ke luar negri?" tanya Cindy lembut. Cih, orang ini, bagaimana bisa menutup bagian yang paling buruk dari dirinya? Sayang sekali, cantik-cantik tapi terlalu pahit gaya bicaranya. Benar kata Karry, sebaiknya ia harus berhati-hati dalam menjawab.

Natalie menatapnya lamat-lamat, membuatnya tergugup sejenak.

"Eh, tidak pernah. Aku datang dari San Fernando, Chilton, dan . . . tempat yang paling jauh kujangkau hanya New York," sahutnya jujur. Ia tidak ingin membuat siapapun terkesan pada dirinya sendiri, ia hanya ingin mempermudah dirinya sendiri supaya tidak melupakan bagian mana saja letak kebohongannya yang digunakan untuk mengkover jawaban.

"Wah, sayang sekali. Kalau kau pernah ke Paris, kuyakin pasti ada banyak hal yang bisa kita perbincangkan. Maklum, aku sering sekali diundang ke sana dalam acara-acara fashion week, baik Asia atau Internasional," tutur Cindy tetap anggun. Astaga, Charlotta hampir saja memutar bola matanya. Untung saja teralihkan cengiran kudanya lalu menggeram dalam hati.

Tidak peduli kau kemana pun, yang penting jam di dinding harus cepat berputar hingga aku keluar dari perbincangan yang membosankan ini.

"Kalau kau Karry? Apa masih sering mengikuti kelas model di Paris seperti waktu kecil dulu?"

Yang di ajak bicara mengangkat dagu dengan lemah lalu terdiam sejenak. Natalie mengambil alih dengan cepat,"ah, Karry lagi. Sejak kali pertama fotonya digunakan untuk salah satu model di New York, dia sudah tidak mau lagi karena katanya dia tidak suka diperbincangkan orang-orang."

Terdengar Cindy terkekeh pelan. "Padahal mereka sangat memujimu, Karry," sahut Cindy sambil meliriknya. Karry hanya mengulas senyum tipis, "terima kasih. Tapi aku sangat tidak tertarik dalam menjadi model sepertimu."

"Salah satu desainer rancanganku, Samuel Toronto sangat ingin bertemu denganmu. Katanya, kau adalah salah satu bentuk visual yang sempurna untuk sebuah satu rancangan mewah. Wajahmu sangat pas komposisinya untuk sebuah majalah Internasional," cerita Cindy seakan ada maksud terselubung dari kalimat itu.

Charlotta mengintip mata Karry yang dingin diam-diam kemudian merasa malu sendiri.

Sial, Cindy memang benar. Kenapa ia baru menyadari kalau Karry memang memiliki wajah visual yang sangat sempurna? Wajah ovalnya yang tidak begitu terlihat Asia, dengan bibir tipis seperti bayi, kulit putih dan lembut, mata dan alis yang tajam, pula manik cokelatnya yang sehangat mentari pagi. Ah, kurang ajar. Cowok dingin dan ketus seperti dia tidak pantas memiliki karisma seperti itu.

"Cindy, jangan begitu memujanya, dia bisa besar kepala nanti," sambar Charlotta tanpa sadar sambil menyesap tehnya.

Sadar mendapat tatapan dingin dari Natalie, dan hampir saja tersedak, ia buru-buru menambahkan.

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang