83 : KELUARGA BESAR WANG

403 43 2
                                    

CROWN GARDEN
MAKAN MALAM KELUARGA BESAR WANG

Sehari sebelum pesta, ruang makan yang luas penuh dengan gemerlap lampu yang mewah ramai pelayan koki yang mondar-mandir menyajikan masakan. Meja perjamuan panjang itu terisi satu keluarga penuh. Di ujung meja, terdapat satu kursi khusus yang di duduki oleh seorang pria paruh baya yang sedang menikmati sup kembang tahu ala chinese food kesukaannya. Ia bergumam terus memuji sang koki. Di sebelah kanan dan kirinya, duduk Karry Wang dan istrinya. Di sebelah Karry Wang ada kursi kosong. Di sebelah Natalie, duduk Nicholas Wang yang sedang serius dengan daging asapnya. Sesekali ia melirik ke arah Karry yang menyantap dagingnya dengan tenang, sementara pikirannya makin tak keruan. Jackson Han duduk di sebelah kursi kosong Karry--yang juga sedang sibuk dengan ponselnya.

Setelah upacara penyambutan dengan berbagai musik tradisional China, semua anggota keluarga menuju ruang makan untuk santap malam. Ruang ballroom yang sudah rapi untuk pesta besok malam kembali di dekorasi lagi sebagian sementara tadi dipakai untuk upacara penyambutan Bernard Wang yang pulang ke rumah.

Alunan musik dari piringan hitam keluaran tahun 1950 itu mengiring lagu klasik orkestra Barat. Dari ujung meja, Bernard Wang yang memakai jas hitam ciri khas pebisnis andal menatap putra keduanya dengan lembut.

"Apakah Cindy Young terlambat datang?"

Serentak, Natalie, Nic dan Jakcson menoleh ikut menatap Karry seakan dari tadi ingin mengajukan pertanyaan yang sama pula.

Karry berdeham sekali, kemudian berkata, "dad, aku ingin mengakui beberapa hal padamu malam ini."

Alis Natalie terangkat sebelah, tangannya yang sedang menyendok kuah sup di udara terhenti sejenak, berusaha memohon untuk tidak mengacaukan mood ayahnya sekarang ini. Tapi Karry tidak bisa menunggu hal itu lagi. Rencananya sudah berjalan setengah, ia tidak boleh membiarkannya sia-sia. Ia harus berhenti ketika semuanya selesai.

Lalu dengan mantap, dagu Karry yang kokoh menghadap Bernars Wang lurus-lurus.

"Aku tidak ingin Cindy Young menjadi kekasihku."

Entah hanya perasaannya saja atau tidak, tapi baik Nic, Natalie dan seluruh orang yang ada di ruangan itu mendadak melambatkan nol koma berapa detik pergerakannya seakan terkejut dengan lontaran kalimat itu. Bernard Wang menoleh hening, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.

"Katakan sekali lagi," suara baritonnya menyembur dingin.

Karry menelan ludah, menunduk untuk menguatkan tekad, lalu kembali memandang pria itu dengan berani.

"Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa memaksakan cinta berputar di dunia yang berbeda. Kau dan aku tentu sama-sama tahu hal itu." Karry memandang ayahnya dalam-dalam, berdoa dalam hati kalau ayahnya bisa mengerti. Bahwa ayahnya bisa mendengar suaranya. Setidaknys untuk malam ini. Setidaknya demi dunianya kelak, di masa depan nanti.

Yang ditatap menyesap air putihnya, lalu dengan tegas menyeka bibirnya dengan serbet. Sebelah tangan Bernard di letakkan di sisi meja, menoleh ke arahnya tanpa ekspresi.

"Kau ingin menghancurkanku, atau ingin menghancurkan keluargamu?"

Mata Karry membulat, terperangah sejenak namun dengan cepat ia berusaha tenang. "Aku tidak bermaksud menghancurkan siapa-siapa, Dad. Aku hanya ingin kau mendengarkan aku."

Bernard Wang melempar tatapan tajam ke arahnya. "Kalau begitu, aku sudah mendengar dan tak ada perubahan rencana."

"Tidak, Dad." Karry menyela cepat, menimbulkan detik mencekam di putaran waktu selanjutnya. Natalie tersontak dalam diam, begitupula kedua saudaranya. Namun mereka hanya diam.

Mata Bernard menyipit, ia mendekatkan wajahnya ke arah Karry. "Kau tahu, aku membesarkanmu untuk sepenuhnya memberimu pendidikan yang baik, pergaulan yang baik. Tapi melihatmu melakukan ini padamu, kurasa aku telah salah. Kau mengecewakanku."

"Dad, bisakah kau mendengarkan aku? Tolong, dengarkan aku sekali saja." Karry berkata tenang, tapi semua orang tahu kalau ada nada getir penuh harap terselip di antaranya. Kepala Bernard Wang mundur.

"Karry Wang, kalau kau merasa perjodohan ini menyusahkanmu, kau boleh mundur. Dan bilang pada dunia kalau aku tidak pernah memiliki putra sepertimu."

Dari sebrang Karry, Natalie menyentak berdiri. Bernard Wang terperangah kaget melihat istrinya berdiri menatapnya dengan napas berat.

"Apa yang kau katakan? Kau ingin membuang Karry dari keluarga ini?!" Napas Natalie tersekat, matanya berusaha tidak melotot, tapi ia tidak bisa mencegahnya.

"Natalie, pikirkan sekali lagi. Aku hanya ingin mempertahankan tradisi! Perjodohan adalah salah satunya! Kalau mereka tidak mau mengikuti aturannya, maka lebih baik merasa malu untuk membawa marga mereka tanpa mematuhi aturannya!" Bernard Wang menegaskan kembali dengan raut tegas. Ia menatap Nic dan Karry bergantian, seakan-akan ingin mengucapkan itu langsung pada kedua anaknya.

"Lalu ketika mereka menikah dengan jodohnya, kau yakin mereka bahagia? Lalu ketika mereka tidak bahagia, apa kau percaya bahwa itulah yang Kakek Besar inginkan!? Iya, kah!?" Natalie menatap suaminya lekat-lekat. Ia sampai setengah membungkuk menatap suaminya yang duduk seperti terejam oleh kata-katanya barusan.

"Kau pikir tradisi Kakek Besar bisa membuat keluarga ini utuh? Kau pikir dengan tradisi itu membuat keluarga agung ini kuat hingga seratus abad kemudian?" Mata Natalie menyalang, tangannya terkepal di sisi tubuhnya.

"Kalau berpikir begitu, kau salah besar! Karena hal yang membuat keluarga ini kokoh hingga selamanya adalah rasa sayang yang tulus. Rasa sayang yang selama ini kau berikan padaku, kepada putera-puteramu! Bernard Wang! Pikirkan sekali lagi. Apakah kau ingin keluarga ini pecah karena tuntutan tradisi tanpa cinta yang tulus?"

Dari tempatnya Bernard Wang menyentakkan kepala dengan cepat menatap istrinya.

"Apa kau sadar ketika mengatakan hal itu kau sama saja merendahkan kepercayaan Kakek Besar pada tradisi yang dibuatnya?"

Natalie melotot menatap suaminya lekat-lekat. "Bernard?! Apa yang terjadi denganmu? Sepuluh tahun yang lalu kau yang berusaha mati-matian mempertahankan perasaanmu sendiri terhadapku. Sepuluh tahun yang lalu kau dengan berani melawan takdir itu demi cinta. Kau memenangi cinta untuk semuanya. Tapi sekarang? Apa yang meracunimu? Apakah kekuatan duniawi sekarang sudah sangat membuatmu lupa kalau kau dilahirkan dari cinta? Bernard, kemana dirimu yang dulu?"

Air mata dari pelupuk wanita itu menetes. Alunan musik klasik yang lembut seketika berubah mencekam. Entah bagaimana, semakin banyak Natalie berkata, semakin pedih bagi Bernard untuk menyatakan kenyataannya. Semua yang dikatakannya benar. Mungkin selama ini Bernard terpengaruh oleh semua hal duniawi khususnya perang musuh dalam selimut oleh saudara-saudara kayanya. Tapi seharusnya sekarang ia tertohok pada kenyataan itu. Karena semua perkataan Natalie, benar adanya.

"Bernard, kau hanya perlu bercermin pada Karry. Apakah kau akan sekejam ayahmu dulu?"

***

Heyhooo. Berhubung besok part terakhir sebelum 4 ending selanjutnya, besok aku mau kasih beberapa pertanyaan untuk kesan dan pesan dari TPG nih :') so mohon di jawab ya, bantuin aku buat memperbaiki bagian TPG mana yang cocok untuk tetap di tulis mana yang harus di buang. Mohon bantuannya, ya. Untuk di lombakan juga :')

Yang nggak biasa komen, ayok komen, bantuin joms seperti saya :') kali2 gitu liat TPG banyak yang komen, ikut kasih pendapat. Atau mau ngomonginnya di grup juga boleh sangat loh :') tinggal DM aja id linenya nanti ku invite. Yuk ramai-ramai bantu saya, siapa tau nanti menang terus TPG bisa kalian bawa pulang ke rumah :')

Aku ga pernah ngeharap banyak sih. Tapi setidaknya aku mau mencoba :')

Okey, see you tomorrow :')

Ps. Ajak teman kalian baca juga yuk!

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang