62 : JACKSON DAN KARRY

384 40 4
                                    

CROWN GARDEN
JACKSON DAN KARRY

Jackson memandang langit malam yang bertabur bintang di atasnya. Angin malam menampar wajahnya lembut. Bersandar sedikit ke pagar balkon, ia menikmati pemandangan malam kota New York yang memukau dengan balutan sinar lampu pada ujung-ujung menaranya.

Di sebelahnya, pemuda bertampang mengantuk itu menatap ke arah kota dengan pandangan tak selera. Ujung poninya bergerak-gerak diterpa angin. Bibirnya tak bersuara setelah mendengar pertanyaan Jackson terlontar.

Jadi, sebenarnya kau itu juga menyukai Charlotta atau tidak?

Otak Karry bergeming. Hanya terus-terusan memutar suara Jackson yang terngiang layaknya kaset rusak.

"Kau tahu saat pesta dansa nanti kau harus serius berbicara dengan ayahmu, kan?" Jackson menoleh, menatapnya yang terdiam.

"Aku tahu." Ia berputar sepenuhnya menghadap hamparan kota di depannya.

"Lalu, sampai kapan kau diam saja? Kalau terlalu jauh bisa berbahaya, Karry," ujar Jackson setengah menasihati.

Yang diajak bicara memicingkan mata ketika angin mendesir kencang melewati wajahnya. Karry mengembuskan napas beberapa saat, lalu, "rencananya aku akan mengatakannya malam saat pesta nanti," sahut Karry pelan.

Jackson menoleh ke arahnya, setengah tersenyum mencibir. "Itu berati kau sudah sangat yakin, bukan?"

Karry tidak menjawab, hanya menikmati keheningan di antara semilir angin yang menerpa wajahnya. Pemuda itu nampak berpikir sesuatu.

"Charlotta bilang, dia sudah menyatakannya sendiri padamu. Lalu, kenapa kau diam saja?"

"Jackson, kumohon berhenti mencari tahu soal permasalahan ini."

Jackson tertawa tak menyangka, ia berjalan mendekati Karry yang memasang wajah datar.

"Aku tidak sedang mencari tahu. Aku sedang menasihatimu. Aku tidak mau datang untuk melakukan hal yang sia-sia. Kau harus berhasil menentang ayahmu nanti. Kau harus perjuangkan cintamu,“ kata Jackson sedikit menekan. Ekor mata Karry meliriknya lalu ia menghela napas sambil berputar badan menghadap pintu kamar di belakangnya.

"Justru aku sedang memikirkannya kalau kau tidak terus saja mengoceh," sahut Karry tanpa menoleh. Matanya menerawang, seperti memikirkan sesuatu. Jackson tertawa kecil dalam hati.

Ternyata, seorang pria seperti Karry bisa juga memiliki rahasia. Seorang pangeran yang sangat di dambakan, ternyata menyukai seorang gadis mungil tanpa strata. Kalau dipikir lagi, betapa naifnya hubungan itu bisa terjadi di dunia nyata. Jackson berpikir, mungkin Karry akan tetap menyukai Cindy, hanya karena kedekatannya dulu waktu kecil. Tapi berjalannya waktu, Jackson salah.

Setinggi apapun kedudukanmu, cinta bisa menjatuhkanmu pada lubang yang tak pernah kau tahu. Karena hanya cinta yang bisa menjatuhkan duniamu yang sebenarnya untuk menuntut pada harapan angan. Dan Karry, sedang berada di posisi itu.

Karry tidak pernah mengatakan hal apapun mengenai perasaannya. Dia selalu memikirkan itu baik-baik sebelum melontarkan isi pikirannya. Ia selalu memikirkan respon orang-orang bagaimana supaya citranya tetap terlihat baik di depan semua orang. Tapi lihat sekarang, Karry kalah pada perasaan. Ia menyerah untuk masa bodoh terhadap reaksi orang lain selain pada rasa dalam hatinya. Ia begitu menyukai Charlotta sampai tak berani mengatakannya pada siapapun karena takut respon orang. Jackson tidak ingin Karry menahan itu. Karry harus tahu, kalau cinta bukan uang yang penuh gengsi, tapi soal hati yang menuntut untuk diakui.

"Siapa saja yang sudah tahu sandiwara ini?" tanya Jackson menatap sepupunya.

Karry mengedipkan mata sekali, terkesan makin mengantuk. "Hanya kau dan Nic."

"Apa Cindy pernah bilang dia tahu soal ini?"

Karry menoleh cepat ke arahnya. "Apa? Dia tahu?"

"Ti.. tidak. Aku.. ah," Jackson keceplosan. Dasar bodoh. Dari awal dia memang tidak berjanji pada Cindy untuk menjaganya juga, jadi buat apa menutupinya lagi. Lagipula, dia ada di tim Karry.

"Soal itu.."

Karry berdecak resah kembali melempar pandangan ke arah kamar. "Aku tahu dia pasti mencurigainya."

"Yang aku heran, kenapa sampai sekarang ibumu masih belum tahu? Biasanya, gadis itu selalu ingin menjatuhkan Charlotta," sela Jackson sambil berpikir.

"Dia tahu dari mana masalah ini?"

Jackson mengendikkan bahu. Tidak tahu dan dia tidak pernah bertanya.

"Kalau sampai Mom tahu, aku bisa habis. Cindy harus aku kunci rapat-rapat."

"Kunci rapat-rapat?" Jackson memandang tak mengerti.

Dari sebelahnya, Karry beralih menatapnya, "aku harus membuat Cindy mundur dari sini."

"Caranya?"

Karry terdiam sejenak. Menatap lantai balkon dengan hening lalu berujar, "kau tahu peribahasa lama, ulurkan kail lebih panjang lalu lepaskan?"

Jackson melongo lalu menggeleng. "Apa maksudmu?"

"Artinya aku harus menarik Cindy ke dalam pelukanku dulu baru ku hempaskan hingga tak pernah kembali lagi."

"Hah?" Jackson merasa kepalanya berdenyut sekali mendengar penjelasan sepupunya itu. Ia menelan ludah lalu berseru, "apa kau selalu memikirkan cara aneh untuk melakukan kemenangan?"

Kepala Karry menoleh sekilas, kembali melanjutkan, "kalau aku bisa saja punya waktu untuk mendekati Cindy dan membuatnya mengira aku memilihnya, saat itu juga aku akan membalikkan kenyataan dan membuatnya membuka mata kalau aku ingin dia pergi," jelasnya.

"Kenapa caramu itu merepotkan sekali? Kenapa tidak katakan dari awal saja kalau kau ingin dia pergi?"

Karry menoleh, menatapnya datar. "Cindy bukan orang yang mudah menyerah, kau ingat? Satu-satunya cara untuk membuatnya dia pergi adalah... membuatnya tak berharap lagi padaku."

***
Yo update hari ini. Btw, part ini adalah part yang membuat saya nemu endingnya gimana hehe. Pemberitahuan kecil aja kalau sebentar lagi partnya habis a.k.a the end. Ayo ayo di votes dan di dukung ya moga part ini menghibur^^

Thank you!

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang