16 : KARRY DAN CHARLOTTA

500 55 0
                                    

CROWN GARDEN, NEW YORK
KARRY DAN CHARLOTTA

"Astaga, bagaimana ini," gerutunya berjalan bolak-balik di lorong depan pintu kamarnya dengan resah. Karry yang berdiri setengah bersandar di tembok hanya mengamatinya dengan diam.

Makan malam berakhir dengan damai. Setelah seluruh isi meja berpusat pada cerita Cindy yang berakhir pekan di Australia dengan para koala-koala lucu, seluruh saudara Natalie ramai dan hangat memperbincangkan hewan langka tersebut. Pula tidak ketinggalan, memamerkan cerita-cerita tentang pengalamannya menjadi model dan menghadiri salah satu pameran Alexander McQueen di California.

Bagi Charlotta, bertahan pada ayunan kepala dan senyum palsunya sepertinya sudah cukup. Lebih baik ia diam karena jika berbicara, ia akan terlihat sangat bodoh di hadapan seluruh orang. Karena tak ada hal lain lagi yang ia ketahui selain mencari uang atau teknik menaruh permen karet di kursi untuk mengusili orang.

"Kenapa ketika Cindy Young datang kau jadi terlihat ketakutan?"

"Tentu saja aku takut! Bagaimana jika aku salah mengucapkan sesuatu dan dia menantangiku untuk melakukan hal yang tidak bisa kulakukan?" pekiknya melotot memandang cowok itu.

Dari balik jendela kaca besar yang memenuhi lorong rumah, langit malam kota New York membentang. Hamparan menara perkantoran yang menyala di antara gelap berhamburan meramaikan kota. Charlotta mendengkus, sangat heran kenapa Karry bisa setenang ini menghadapi satu per satu beban yang dihadapinya. Astaga, bahkan karena ini semua ia masih belum sempat menghitung beberapa kebutuhan untuk urusan kampus dan mencari orangtuanya.

"Maka itu kau harus belajar, bukan?" ujar Karry bersedekap, memandang acuh tak acuh ke arahnya yang entah kenapa semakin membuat Charlotta mendidih. Ia melangkah dengan hentakan keras-keras, lalu mengembuskan napasnya lagi.

"Apa kau tidak khawatir kalau rencana kita ini bisa ketahuan nantinya? Apa kau tidak takut, jika sewaktu-waktu keluargamu itu tahu kalau aku hanya pura-pura melakukan ini?"

"Tidak," jawab Karry lancar. Namun jawaban itu entah kenapa semakin membuat kuku-kukunya panas.

Apa yang Karry khawatirkan dan dirinya khawatirkan adalah hal yang berbeda. Ketika memasuki rumah ini, ada banyak ketakutan yang seakan-akan menyiraminya dengan segala kekayaan dan kesungguhan yang dirasakan olehnya, terlebih kepada Natalie. Charlotta tahu, mungkin bagi Karry perjodohan semacam ini terlihat seperti main-main saja, tapi bagi dirinya, memulai hidup di kalangan orang yang notabene sangat kaya, ia tidak tahu sampai kapan bisa menemukan secercah kepercayaan diri untuk hidup dan tumbuh kembali di dalam dirinya.

Walaupun hanya dua bulan, tapi Charlotta percaya, apa yang dilakukan olehnya memang hanya penipuan, tapi apa yang dilakukan oleh Natalie dan Cindy Young adalah kenyataan. Charlotta harus menghadapi satu per satu dengan kenyataan sambil menutupi kalau ia sedang melakukan penipuan. Bagaimana bisa ia terbiasan untuk melakukan penipuan yang sebenarnya adalah tindakan kejahatan?

Ah, Charlotta menghela napas dalam hati, merenggangkan alisnya ketika manik cokelat Karry menatapnya lekat tak mengedip.

Ia harus ingat, ini semua dilakukan demi bertemu orangtuanya dan menempuh pendidikan seperti yang Marcus bilang ketika itu.

"Aku tahu kau sedang susah. Mengurus hidupmu saja aku yakin kau sangat kesulitan. Tapi, tentang apa yang pernah terjadi pada kita beberapa tahun lalu, kuharap itu tidak menjadikanmu landasan untuk menyerah pada kenyataan yang sedang berjalan kepadamu," tutur Karry tiba-tiba. Di antara keheningan, Charlotta mengangkat wajahnya, menatap cowok di depannya itu perlahan-lahan.

Di bawah sinar lampu spot di bawah lukisan di belakangnya, jas malam hitam dengan kilauan pernak-pernik kecil yang mengitari bibir kerahnya seakan mengangkat pesona Karry sesungguhnya. Yang dilihatnya sekarang adalah seorang Putra Emas dari keluarga kaya se-Asia. Bukan lagi Karry Wang dengan seragam putih dan celana hitam berompi di sekolah yang ia hindari. Tapi seseorang yang benar-benar sedang menatapnya, mengerti dirinya.

"Maka itu aku tidak khawatir karena aku percaya kau bisa melakukannya," akhir Karry melangkah mendekat lalu menyentuh kepala Charlotta yang tertegun.

"Bersainglah secara sehat dengan Cindy. Karena mulai besok, pertempuran kalian akan dimulai."

Senyum tipis Karry menukik, lalu sebelum pergi meninggalkannya, Karry meninggalkan sentilan kecil di dahinya hingga membuat pipinya memanas lagi.

Heran, kenapa Karry rasanya tidak membenci dirinya seperti dulu?

***

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang