61 : JACKSON DAN CHARLOTTA

378 39 0
                                    

STUDIO 1
JACKSON DAN CHARLOTTA

"Jackson, sebenarnya, kenapa Karry sangat mempercayaimu sampai-sampai memberitahu kalau kami..."

Yang diajak bicara menghentikkan gerakan kakinya, menatap Charlotta dari pantulan cermin.

"Kenapa Karry mempercayaiku?" Jackson berputar menatapnya, "kau tahu 'aku' bukan? Kau tahu sejarah keluarga kami, bukan?" Nada pemuda itu sedikit menekan setengah takjub. Charlotta merasa tidak enak karena sudah terdengar mencela. Ia hanya diam ketika Jackson terus memandangnya tak percaya.

"Dengar, aku tahu mungkin bagimu ini sulit. Aku tahu cara menipu Karry sangat berbahaya. Tapi yang kuketahui dari ceritanya, dia hanya ingin lepas dari perjodohan yang sangat merepotkan ini," jelas Jackson mendekatinya. Pemuda itu sekarang berdiri beberapa meter dari hadapannya. Charlotta merasa sedikit ragu.

Sebelah tangannya menyeka keringat di dahi kemudian ia menghempaskan diri ke sudut ruangan. "Sebetulnya aku hanya takut Karry akan menyesal melakukan ini. Apalagi ketika aku tahu mengenai pohon keluarga kalian, rasanya.. aku sangat tidak mungkin bisa membuat semua keluarganya memandangku layaknya Cindy," kata Charlotta tertunduk. Memandangi sepatu putihnya seakan bicara pada benda mati itu.

"Charlotta, seharusnya kau tahu kalau Karry tidak mungkin menyesal. Kau hanya perlu percaya padanya. Kecuali kau takut pada hal lain..?" Suara Jackson mengambang udara. Mata kubilnya memandang Charlotta lekat-lekat seakan mencari tahu jawaban yang masih terselip di sana.

Sebetulnya hati dan pikirannya makin hari makin tak keruan. Apalagi jika sehabis bersama Karry. Ketakutan dan kegugupan selalu menyelimutinya. Ia terbungkus pada rasa di mana seharusnya tidak demikian. Mata Jackson mencari pandangannya.

"Apa yang sebetulnya kau pikirkan?" Alis Jackson terangkat sebelah menatapnya penuh tanya.

Charlotta menghindar. Ia mendengus kesal karena tidak pernah sekalipun bisa menutupi perasaannya. Bahkan pada Jackson yang baru mengenalnya dia sudah berhasil menebak.

"Aku..."

"Kau menyukainya?" kata Jackson cepat. Gagasan itu hendak dihardik, tapi senyum penuh kemenangan yang melintas di wajah Jackson menutup kemungkinan untuk menyangkalnya.

"Jadi itu yang kau takutkan? Kau takut dia tidak menyukaimu seperti kau menyukainya?"

Mendengar celotehan Jackson, Charlotta makin merasa bodoh. Ia menyembunyikan wajahnya di pangkuan kaki sambil mengerang.

"Bodoh. Seharusnya tidak perlu kukatakan padamu," ujarnya frustasi. Jackson hanya tertawa pelan sambil menuding remote radio untuk mematikan lagu.

Suasana studio mendadak hening.

Jackson tersenyum tipis sambil menarik lengan Charlotta untuk bangkit dari persembunyiannya.

"Sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan kau menceritakan hal apapun padaku. Asal jangan menganggapku aneh saja," kata pemuda itu sambil duduk di lantai berhadapan dengannya.

Charlotta menemukan dirinya tak bersuara selama beberapa detik. Ia terdiam di antara manik cokelat gelap itu.

"Jadi?" Jackson mengangkat sebelah alis masih menunggu reaksi Charlotta.

"Jadi?" tanya Charlotta tak mengerti.

"Kau belum siap menceritakan tentang perasaanmu?"

Charlotta mengerutkan alis sambil mengerang frustasi.

"Aduh.. bagaimana ya mengatakannya. Terkadang, ketika kau menyukai seseorang, kau jadi merasa malu sendiri untuk menceritakannya pada orang lain," ungkap Charlotta dengan suara pelan. Ia kembali menenggelamkan sebagian wajahnya ke pelukan kakinya. Menatap Jackson sedikit malu. "Terlebih orang itu adalah sahabatnya sendiri."

Jackson memiringkan kepalanya. "Malu?  Ah jadi kau malu ya." Entah kenapa, mendengar nada suara Jackson, Charlotta makin merasa pemuda itu ingin menggodanya. Mengakui perasaan di depan Karry memang sangat memalukan, tapi membiarkan orang lain mendengarkan pengakuan itu, rasanya makin malu dan konyol.

"Sebenarnya, memikirkan hal ini saja aku sedikit merasa tidak.." hening sejenak. Charlotta menarik napas, kembali melanjutkan, "pantas."

Terlihat Jackson merenggangkan kedua alisnya, pemuda itu tidak langsung merespons.

"Aku tidak pantas menyukainya sebenarnya. Dia... sangat jauh dari genggamanku. Kami sangat berbeda," lanjut Charlotta kian memelankan suaranya yang terasa bergetar. Jackson terus mengamatinya dalam-dalam, seperti ingin mengerti isi hatinya lebih dulu sebelum mengungkapkan gagasan.

Charlotta merasa hening yang mendesing memekakan telinga. Kemudian ia baru sadar kalau Jackson hanya tertunduk menatap arena dansa tanpa suara. Charlotta tersenyum kemudian berkata, "sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Anggap saja kata-kata yant tadi bukan berasa dari Charlotta yang kau kenal."

Dari depan, Jackson menatapnya dalam. "Kalian tidak jauh," katanya menghentikan gerakan Charlotta yang hendak beranjak berdiri. Ia sedikit terpana beberapa saat,  tapi tatapan Jackson kembali menguasai kepalanya.

"Kalian hanya belum menemukan tempat bertemunya. Mungkin suatu hari nanti, kau sadar kalau cinta tidak pernah diukur dari materi. Cinta itu tidak memikirkan hal itu. Hati kalianlah yang menentukan."

Charlotta merasa matanya membulat mendengar kata-kata pemuda di depannya itu. Ia tak menemukan jawaban pada gagasan itu. Malah sedikit terenyak Jackson bisa berkata demikian. Tapi, entah kenapa ada semburat kehangatan yang terbit dari dasar hatinya, menerangi sebagian sudut yang gelap dan gulana hatinya.

Jackson mengangkat senyum tipis. Entah kenapa, tiap kali Charlotta melihat senyum itu, mata Jackson seakan-akan ikut memancarkan aura bahagia yang membuat siapapun melihatnya akan berhenti sebentar dan menikmati pemandangan itu.

"Jangan takut untuk menyukai Karry. Aku mendukungmu," bisik Jackson sedikit mencondongkan wajahnya kemudian tersenyum lebar sambil bangkit berdiri dan mengedipkan sebelah mata.

Jantung Charlotta berdetak cepat, ia merasa pipinya panas. Perlahan-lahan ia menyentuh pipinya, kemudian merasakan hangat itu menjalar dari kulitnya hingga menyentuh nadi.

"Hey, Charlotta ayo kita mulai latihan dansa yang sesungguhnya. Kau mau membuat Karry berkesan, bukan? Akan kuajarkan caranya."

Suara musik pun terdengar ke seluruh ruangan, kemudian Charlotta bangkit berdiri sedikit tersenyum seraya menghampiri Jackson yang menunggunya.

***
M

aaf kemarin daku tidak sempat update karena ada kondangan temen hehehe. Nah, ini aku bayar utangku hari ini. Hehe. Dan guys, sepertinya aku kemungkinan hari minggu TPG tidak update ya. Soalnya suka ada acara dan kelupaan update.

Yoks moga part ini memuaskan ya!^^

Terima kasih^^

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang