9 : JESS

570 51 2
                                    

McD, CENTRAL PARK
JESS

Jess baru saja menutup pintu lokernya keras-keras setelah mendengar cerita sahabat kecilnya itu, terkejut.

"Kau serius? Pindah ke Crown Garden dan tinggal bersama Karry? Aku tidak salah dengar, kan?" ia mengerutkan dahi bingung, lalu menduduki kursi panjang di samping Charlotta yang sedang mengikat sepatu.

"Sebetulnya, siapa Karry ini? Kenapa dia terdengar sangat konglomerat?" tanya Jess menyuputkan mata dengan suara berbisik. Malam itu ruang loker sudah sepi, hanya ada mereka berdua dan satu gadis yang sedang berganti pakaian di kamar ganti.

Charlotta menghela napas putus asa yang terdengar sangat menyedihkan sambil menurunkan kakinya ke lantai.

"Kurasa kau tidak akan percaya jika aku menceritakan ini padamu. Mungkin keluarga Karry adalah salah satu orang terkaya se-Asia yang tinggal di Amerika. Aku saja tidak mengerti kenapa rumahnya sangat modern, sama sekali berbeda dengan apa yang kubayangkan. Kau tahu, lampion merah, atau lapisan dinding kayu dan patung-patung magis ular atau beberapa dewa Buddha dan bau dupa untuk sembahyang? Ini semua sungguh diluar dugaanku. Mudahnya, semua bangunan putih itu mirip sekali dengan gedung di D.C!" seru Charlotta sukses membuat mata Jess melebar tercengang.

"Whoa. Dengar, aku pernah membaca di internet kalangan orang-orang seperti ini."

Charlotta mengeryitkan dahi. "Kau mengikuti tren berita orang-orang kaya?"

"Yah, secara tidak langsung. CS, ini New York, jangan berlagak seperti anak polos. Dengar, ada beberapa gossip yang mengatakan, kalau di tahun 2010, para pengusaha kaya dari Asia berbondong-bondong pindah ke Amerika untuk menjalankan bisnis baru dan mengembangkannya supaya bisa menguasai pasar Amerika. Sehingga pertukaran kekayaan mereka untuk di Asia semakin besar nilainya dan mereka semakin kaya!" jelas Jess sedikit menggebu.

"Kau serius?"

"Yah, aku juga tidak bisa menjamin. Tapi dari karakter yang kudengar darimu mengenai Karry, tidak dipungkiri lagi kalau dia bisa saja salah satu konglomerat tersebut."

"Kalau benar begitu, sandiwara ini artinya. . ."

Suara Charlotta yang mengambang prihatin diputuskan oleh keyakinan dirinya seketika. "Kau harus menjadi aktris yang sungguh-sungguh, CS."

Charlotta menatapnya dengan tatapan kengerian. "T---tapi---Jess---" gadis itu menghempaskan napas keras-keras dan mengerang kesal.

"Kenapa aku bodoh sekali! Sial, kenapa aku begitu mata duitan, ya?" ujarnya pada dirinya sendiri. Jess menggelengkan kepala sambil bersedekap.

"Sebenarnya sedikit menyenangkan, bukan? Kau bisa tinggal di istana besar itu, memiliki pelayan dari yang terbaik, makan malam dengan menu yang super mewah, ah. .. segala pelayanan yang bisa kau dapatkan hanya sekali sebut. Benar-benar kehidupan seorang putri," ucap Jess menyeringai, membayangi dirinya sendiri sedang di spa di kamar khusus. Dengan punggung dibaluti lumput khas untuk membuat kulit semakin mulus di temani segelas air jeruk Florida yang menyegarkan. Pasti akan sangat asyik.

"Tapi itu sama sekali bukan hal yang kuinginkan, Jess," kata Charlotta meluruskan nadanya, berubah serius.

Charlotta benar. Gadis itu tahu apa yang ia inginkan dan apa yang ia tuju. Ia ingin mencari orangtuanya. Ia ingin menaikan derajatnya sebagai yatim piatu rendahan. Ia ingin orang-orang tidak memandangnya sebelah mata hanya karena ia harus hidup dan bekerja demi sesuap nasi dan uang sekolahnya. Walaupun agak suliit membayangkan kalau sekarang, Karry Wang, salah satu pria yang merendahkannya tiga tahun yang lalu, kini memintanya berbalik untuk menjadi pacar bohongannya dalam menyempurnakan misi untuk menjauh dari Cindy Young.

"Dengar, CS. Apa yang kau lakukan hari ini, teruslah melihat ke depan. Kau sendiri yang bilang kalau di hidup ini tidak ada gunanya menyesal. Tetapi kau harus tetap berjuang. Mungkin kau belum sampai pada titik di mana impianmu berada, tapi kau berada dalam perjalanan ke sana, sayang," ujar Jess memandang kepala Charlotta yang tertunduk.

"Aku tahu. Aku hanya sedikit takut tidak bisa melakukan ini semua dengan baik. Terlebih, yang kuperjuangkan adalah sebuah penipuan."

"Kau melakukan ini demi orangtuamu, CS," tambah Jess lagi sambil menyentuh pundah Charlotta bersahabat. Gadis itu mengangkat wajah dan tersenyum getir.

"Seandainya mereka tahu, aku ingin sekali bertemu dengannya. Apakah mereka akan membiarkanku melakukan ini?"

Jess tersenyum menatap gadis yang tersenyum putus asa itu dan menggeleng.

"Tidak, Char. Aku yakin, pasti orangtuamu menginginkan kau menjadi anak yang baik dan pemberani. Seperti sekarang ini."

Jess bangkit berdiri dan memakai jaketnya. "Jadi, kapan kau akan bilang pada Tania untuk pindah ke istana itu?"

Charlotta menunduk, merasa khawatir pada jawabannya.

"Aku akan ijin pada bos, mungkin besok aku akan bilang padanya."

***
Hae morning bae. Terima kasih sudah mampir. Kalau berkenan, silakan pencet tanda bintang di bawah itu ya. See you next part.^^

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang