75 : CHARLOTTA

354 41 1
                                    

STUDIO SATU
CHARLOTTA

"Kau harus datang Jacks. Aku pasti akan membutuhkanmu saat itu juga." Charlotta menatap pemuda yang sedang menyeka keringat itu terkekeh. Setelah menyelesaikan latihan di hari terakhir, pukul sembilan malam, akhirnya Charlotta bisa beristirahat dengan tenang. Membuang banyak-banyak energi dengan pemuda itu setidaknya melupakan jarak yang sedang mengisi seluruh kekosongan posisi Karry untuk sementara waktu. Setidaknya, berhadapan dengan Jackson, sedikit membuatnya percaya diri untuk lusa pesta dansa nanti.

"Char, tenang saja. Jangan panik begitu. Kau sudah sangat baik dalam tiga minggu ini. Walaupun masih sedikit kaku, tapi aku yakin, kalau bersama Karry, chemistry kalian pasti akan menyatu," tutur Jackson yang tiba-tiba membuat dada Charlotta terenyuh kecil. Ia menatap pemuda itu dengan senyum getir.

"Aku sangat khawatir pada hari itu. Bahkan sampai hari ini, Karry belum mengatakan apa-apa padaku. Dia sibuk dengan pelajaran tambahan untuk ke Universitasnya, sedangkan aku, sibuk untuk hal ini. Kadang, aku jadi merasa kurang yakin apakah tindakanku ini ada benarnya atau tidak. Karena, jika dibandingkan dengan Karry yang telaten, aku seperti menunggu sesuatu yang instan dan hasilnya mendapat karma pada perasaan kacau begini."

Di sebelahnya, seketika Jackson menghadang langkah Charlotta di tengah koridor yang sepi itu. Manik cokelat Jackson mengunci pandangannya dalam keheningan, seakan mencari keyakinan yang digali dalam lewat sorot itu. Charlotta terdiam, menunggu Jackson bersuara.

"Charlotta, jangan menyesal pada hal yang membuatmu bahagia. Jujur, apa sekarang kau merasa bersyukur?" Jackson menunjuk hidungnya, mencari keyakinan Charlotta. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan Jackson yang terus menuntut jawaban.

"Apakah aku harus menjawab setiap pertanyaan tidak berbobotmu? Ayolah, aku hanya ingin masa-masa ini berakhir. Aku lelah dengan semua yang kurasakan saat ini. Aku ingin cepat-cepat mencari orangtuaku sehingga aku bisa mengadu padanya," ungkap Charlotta mendorong bahu Jackson untuk menyingkir dari jalannya. Kemudian ia kembali melanjutkan jalannya ke lobi utama kembali ke kamarnya.

"Char, kalau kau ingin masa ini berakhir, itu artinya, kau ingin membuang perasaanmu begitu saja?" Suara Jackson yang pelan seketika terasa nyaring dan memekakakan telinga Charlotta di depannya. Langkah Charlotta tertutup langsung. Ia merasa seluruh tubuhnya menegang. Hanya ada suara degup jantungnya yang berirama cepat menguasai pikiran lamat-lamat hingga beku.

"Kalau perasaan bisa di buang, apakah perasaan bisa membusuk dan hancur?" Charlotta menoleh pelan, berusaha menyembunyikan senyum lirihnya. Jackson menatap datar ke arahnya. Pemuda itu mungkin hanya mendengar.

"Kalau perasaan bisa membusuk dan hancur, itu artinya, baik jiwa dan ragaku, aku sudah mati, tidak lagi berdiri di sini. Bukankah kau yang bilang sendiri kalau semua yang kurasakan adalah tentangnya? Bukankah juga kau yang bilang kalau perasaan tidak pernah bisa saling membohongi? Jackson, aku sudah tidak ingin menutupinya lagi. Aku hanya ingin melepas Karry pergi. Aku hanya ingin merelakan semua ini kembali seperti semula. Seperti saat di mana kami masih saling membenci."

***

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang