ENDING 86 : CHARLOTTA SMITH

451 43 1
                                    

THE DAY
BALLROOM CROWN GARDEN
CHARLOTTA SMITH

Gemuruh alunan musik lembut tumpah ruah dengan bisik-bisik para undangan. Ballroom seluas lapangan tenis dua kali lipatnya ramai beberapa orang yang berbalut gaun dan jas malam beraneka ragam. Beberapa pelayan dengan nampan di tangannya hilir mudik menawarkan wine-wine.

Di sampingnya, tangan Charlotta mengait di lengan Jackson yang berjalan gagah membelah kerumunan orang-orang menuju tengah Ballroom. Dari lima menit yang lalu, ia belum juga melihat batang hidung Karry. Malah, kian dipikirkan ia jadi gugup. Terlebih ketika Jackson menunjuk area dansa yany ada di depan panggung kecil yang nantinya diisi oleh pembawa acara ketika di mulai.

Renda-renda di tirai yang menjulang-julang di belakanf jendela kaca itu dibiarkan terbuka, sengaja membuat nuansa pesta semakim gemerlap. Bagai lautan orang asia berlabuh di dermaga New York yang sangat modern. Mereka tertawa dan saling mengobrol dalam bahasa Inggris yang terdengar fasih, bahkan ada mandarin juga. Satu per satu Jackson mengenalkan Charlotta pada beberapa kawan yang ia kenal. Tapi hanya singkat saja, karena sementara waktu, identitas Charlotta masih harus dirahasiakan.

"Jackson, apa yang akan kulakukan? Aku gugup setengah mati. Orang-orang di sini semuanya sangat... diluar perkiraanku," bisik Charlotta ketika ia dan Jackson menyudut di salah satu meja penuh camilan. Charlotta yang melihat berbagai manisan itu tak sanggup untuk menahan seleranya. Ia hendak menyomot satu, tapi tindakannya dihentikan oleh Jackson.

"Char, peraturan pertama dalam menjadi puteri raja. Jangan sembarang makan makanan manis," kata Jackson berlagak jadi pengawal. Tangannya menyentil tangan Charlotta yang kembali disusupkan ke sebelah lengannya. Ia memandang pemuda itu tak setuju.

"Memangnya makanan ini beracun? Aku sedang tidak overweight juga," bantahnya sambil merengut.

"Percaya padaku. Kau tidak akan makan itu sekali gigit. Pasti kau akan ketagihan," ujar Jackson dengan kepala melongok-longok ke penjuru Ballroom. Mendengar itu, Charlotta nampak tak setuju.

"Bagaimana kau tahu aku bisa ketagihan?"

Jackson menuruni pandangannya menatap Charlotta setengah tersenyum licik. "Aku hanya tahu," katanya dengan suara rendah. Lalu ia tersenyum kecil sebelum matanya tiba-tiba melebar menatap sesuatu di sebrang ruangan.

"Oh! Lihat itu Cindy dan Karry!" seru Jackson menunjuk ruang di pojok Ballroom. Charlotta menoleh cepat ke arah yang ditunjuknya. Bersamaan dengan itu, entah lampu sorot dari mana, tiba-tiba mengujami keduanya dengan cekatan. Serempak, seluruh undangan langsung bergemuruh tepuk tangan. Mata Charlotta terpana memandang keduanya yang berjalan anggun membelah keramaian.

Charlotta sempat menemukan kepalanya yang kosong. Mengamati langkah Karry yang bergerak lambat ke arahnya, entah kenapa semua pesona itu seolah-olah melaju penuh karisma. Bagai seonggok berlian murni bercahaya terang, di serbu oleh berbagai aurora indah memenuhi relung beku hingga pecah dan luruh seperti madu. Begitu menawan dan sangat tak terelakan untuk hilang pandang dalam sekali kedip. Tanpa terasa genggaman tangan Charlotta mengerat di lengan Jackson.

Langkah-langkah kaki Karry walau tak terdengar tapi entah kenapa terasa menggebu keras seolah jantungnya beriak layaknya ombak malam hendak bertemu senja. Tak sabar, dan gugup.

Kebanyakan orang mengetahui hubungan perjodohan antara Karry dan Cindy. Malam ini, mereka mengira kalau sepasang Pangeran dan Puteri yang dijatuhi sorotan publik benar-benar seperti kata berita. Tapi ketika Karry semakin mendekat dan berhenti di depannya beberapa kaki, publik serempak hening, menyisakan alunan lembut yang mendadak berubah suaranya seperti derak jarum jam.

Tangan Cindy yang mengait di lengan Karry dilepas. Gadis yang berbalut gaun satin merah penuh gemerlap dengan dada terbelah, sempat tersenyum--eh, bukan--melepaskan wajah dinginnya ke arah Charlotta seakan ingin memberitahu kalau dia tidak melangkah lebih jauh lagi. Demikian juga Jackson yang menoleh ke arahnya sekilas, memaksanya untuk melepas jemarinya dari genggaman tangannya. Jackson berbisik pelan sebelum ia benar-benar pergi.

"Selamat, Char."

Lalu seakan-akan waktu berputar lambat, Charlotta yang tadinya menunduk, kini perlahan-lahan mengangkat wajah dan menatap pemuda jangkung yang berdiri di hadapannya. Sorotan sinar dari surga itu beralih dalam detik terakhir. Kini, Charlotta merasa ada di bawah pengawasannya. Dan detik selanjutnya, ketika matanya bertemu iris cokelat madu penuh pesona itu, ia merasa detak jantungnya berhenti.

Alunan lagu yang lembut tadi berhenti sejenak.

Seluruh tatapan publik menatap hening.

Bingung dan pelan-pelan timbul bisik-bisik penuh tanya dari mereka.

Tetapi, Karry masih memiliki seluruh pandangannya.

Charlotta tidak melepasnya.

Malah, ia menerima hangat yang serempak menjalar masuk lewat keheningan itu.

Pada dua detik sebelum musik lembut kembali dinyalakan, ujung bibir Karry terangkat tipis, lalu seluruh debar jantung Charlotta merekah.

"Kau cantik," kata Karry dengan suara rendah yang hampir membuat dadanya sesak. Ia merasa tubuhnya mendingin, panas bahkan, tak bernyawa. Karena satu hal. Ia mendapat satu hal pada malam ini. Satu hal yang selama ini ia gapai, dan satu hal yang selama ini cari.

Karry Wang.

Karry Wang yang sesungguhnya. Karry Wang yang bukan seorang Pangeran Emas Tujuh Turunan. Tetapi Karry Wang yang selama ini mengisi hatinya oleh rasa syukur akan kebaikan tanpa suara. Karry Wang yang selama ini diam-diam mencintainya. Karry Wang yang selama ini pelan-pelan membawanya pada dunia lain. Karry Wang yang selalu berusaha menyadarkannya pada satu kata mimpi untuk tidak menyerah.

Dia.

Hanya dia yang memenuhi hatinya. Hanya dia yang Charlotta ingin rengkuh dalam-dalam dan tak ingin ia lepas. Hanya Karry Wang yang bukan seseorang yang menawan dalam dunianya. Hanya Karry Wang dari jiwa yang berbeda yang membuat hatinya penuh dan selalu sadar, kalau cinta hanya tentang dia.

Charlotta tak bisa menahan senyum harunya muncul.

Ketika itu, seluruh keheningan menyerang Ballroom malam itu. Karena setelah semua pesona itu jatuh dalam langit malam New York, sebelah tangan Karry terangkat dan tubuhnya agak menunduk, tapi matanya menatap lekat ke arahnya.

Dengan suara rendah yang ia rindukan, Karry berkata, "berdansalah denganku malam ini. Buat semua orang tahu kalau kau adalah milikku."

***

Mau kasih tahu. Jadi karena cerita ini mau di lombakan, aku akan revisi ceritanya dulu, jadi bisa jadi ada perbedaan versi. Tadinya aku pikir aku mau unpub ini karena takutnya dikira sama persis oleh panitia. Krn utk lomba ga boleh di publikasikan. Tapi kupikir lagi, lebih baik ku revisi aja dan biar versi baru yang ku lombakan.

Okey, segitu aja hehe. Gimana part ini, udah degdegan belom?
Tunggu besok ya!
See you^^

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang