28 : Prf. BENEDICT MARCUS

396 37 1
                                    

BROADWAY, NEW YORK
Prf. FREDERICK MARCUS

Marcus sedang mengoperasikan beberapa data di layar komputernya di dalam apartemennya yang berdiri di jalan timur Broadway. Habis menyesap kopinya guna menghangatkan tubuh, udara dingin malam itu tidak cukup hanya dengan mantel hangatnya. Jendela kamar dibuka, ia tidak suka kepengapan, jadi dengan menahan gigil, lebih baik ia memakai mantel di dalam kamar.

Jemarinya mengetuk enter, lalu muncullah beberapa nama besar pengguna nama keluarga Smith pada salah satu situs di internet.

Ada lima keluarga besar yang terkenal. Dengan kata kunci keluarga Smith terkaya di Amerika, bantuan dari internet pun dengan mudahnya terlampir begitu saja.

Marcus membaca nama pertama sambil menyipitkan mata. Sinar putih dari layar menyiram wajahnya yang terlihat mengantuk. Ruangannya remang-remang. Hanya beberapa lampu meja bertudung putih berpendar nyala di sudut-sudut ruangan.

Will Smith, artis Hollywood. Kulit hitam dan tinggi. Film-filmnya... Marcus melompati artikel tersebut. Mana mungkin itu ayah Charlotta, konyol.

Kedua, Kevin Smith. Pengusaha sepatu sandal yang sangat terkenal itu memiliki dua anak perempuan yang masih muda. Menikah dua tahun yang lalu.. Marcus membaca biografi kelulusan Kevin Smith yang mengambil jurusan fashion designer di New York Fasion Study.

Marcus mengusap dagunya. Kedengerannya tidak mungkin. Ia melompati artikel itu lagi.

Samuel Smith. Orang berkulit hitam pemilik bar-bar malam di sepanjang Broadway dan Central Park. Hm, tidak mungkin lagi.

Jonathan Smith. Pemilik pabrik sepeda yang terkenal di New York, kebanyakan produksi sepedanya digunakan oleh para bike messager. Pria itu berusia 67 tahun. Memiliki istri dan anak yang sudah menikah. Aduh, ternyata lebih sulit lagi.

Marcus kembali memutar kursor ke bawah, melihat artikel terakhir.

Colin Smith. Pengusaha kendaraan berbasis online. Umurnya masih sangat muda dan belum menikah. Sekarang ini sedang kuliah di Harvard jurusan perkodingan intel dalam negri.

Marcus menghempaskan punggungnya ke sofa, menyerah.

Itu artinya, ayah Charlotta bukan dari kumpulan orang kaya. Hm, artikel lain semuanya sama saja. Kalau ternyata orang sederhana, berarti akan sangat sulit mencarinya.

Marcus menatap langit-langit apartemennya, tiba-tiba ia merasa mengantuk. Sesudah menutup notebooknya, ia merampas ponsel dan melepas jubah tidur sebelum menutup jendela di samping ruangan.

Sambil mengotak-atik nomor di ponselnya, ia hendak menelepon seseorang.

Marcus menunggu nada sambung lalu berbaring di kasur besar di tengah ruangan.

"Halo, Tania. Aku ingin bertanya padamu beberapa hal..."

***

The Prince's Girlfriend (Re-Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang