Hujan, kau jatuh berkali-kali, bukan? Ajari aku, hujan. Kumohon, ajari aku agar tak mengenal pasrah ketika harus jatuh berkali-kali sepertimu.
—Pluphioville
***
Sepulang sekolah, Mentari tak langsung pulang karena hujan begitu deras. Sama halnya seperti teman-temannya yang lain—memilih menunggu di depan dan dalam kelas hingga hujan mereda, ada juga yang memilih menerobos derasnya hujan.
Roti kacang di tangannya sudah habis setengah. Hatinya benar-benar lega ketika menghirup aroma hujan—tanah bercampur air hujan. Dia membiarkan telinganya asyik mendengar suara hujan. Sesekali tangannya menengadah hingga basah oleh air hujan.
"Merapalkan doa ketika hujan itu mujarab, lho."
Suara seseorang membuat Mentari terkejut. Menoleh mendapati, ah, tunggu dulu—Mentari mencoba mengingat-ingat. Jika tidak salah dia murid baru di kelasnya sejak pagi. Dia Bara, Barameru. Begitu yang Mentari ingat ketika Helmi terus saja berceloteh dan mengatakan bahwa dia cukup tertarik pada Bara. Jika Helmi tidak terus bercerita mengenai murid baru di kelasnya, mungkin Mentari tidak akan ingat nama lelaki itu. Atau mungkin, tidak ingin tahu karena tahu karena baginya itu bukan hal yang penting untuk diketahui.
Mentari tak menghiraukan Bara yang kini berdiri di sebelahnya. Dia menghabiskan roti kacang dan membuang kemasannya ke tong sampah. Menegak air minumnya yang sisa sedikit.
"Saya sedang berdoa," Bara meilirik Mentari. "Berdoa agar perempuan di samping saya mau berteman dengan saya."
Mentari seolah tak terusik dengan perkataan Bara. Tangannya menengadah lagi, membiarkan tangannya diguyur oleh derasnya hujan.
"Ini punya kamu?"
Kali ini Mentari menoleh ketika sketchbook miliknya ada di tangan Bara. Mentari panik, mengobrak-abrik isi tasnya. Dia mendongak menatap Bara. Mengambil sketchbook dan membuka lembar demi lembar untuk memastikannya.
"Aman kok. Cuma tadi saya nggak sengaja injak." Bara menggerakan tangannya. "Serius, saya nggak sengaja. Sumpah!" Tangannya terangkat ketika mendapati tatapan Mentari.
Mentari membalikan sketchbook, tidak menemukan bekas kotor di sana. "Saya pikir itu mungkin berharga untuk pemiliknya. Nggak usah khawatir, sudah saya bersihkan pakai ini." Bara menunjukan sapu tangan di sakunya.
"Kamu—"
"Saya Bara. Barameru."
Tangan Bara terulur dengan senyuman di bibirnya. Mentari mengerjapkan mata, melihat tangan dan wajah Bara bergantian.
"Mentari." balas Mentari cepat-cepat menarik tangannya dari tangan Bara.
"Kamu nggak tanya kenapa saya bisa temuin sketchbook kamu dan tahu kamu pemiliknya?"
Mentari menggeleng. "Itu nggak penting. Yang penting, sketchbook saya baik-baik aja."
Dan, untuk pertama kalinya Bara menyadari bahwa Mentari adalah tipikal orang yang tidak suka berbasa-basi. Bara menarik sudut bibirnya ketika Mentari pergi begitu saja dengan membawa sketchbook miliknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen FictionDia Mentari. Kehidupannya yang tak lepas dari sketchbook dan menggambar. Mentari suka hujan. Katanya, dia bisa ikut menangis tanpa ketahuan oleh orang lain. Di sekolah, Mentari tak punya banyak teman. Dia sudah biasa sendiri. Mentari tak suka teman...