Rain ☔ 37

131 23 2
                                    

Setiap waktu aku hanya meminta untuk bisa bertahan ketika aku sedang tidak baik-baik saja.

—Rain

***

"Kamu nggak perlu menghilangkan jati diri kamu sendiri, Hel. Cukup jadi kamu dan kamu. Bukan Mentari atau pun orang lain." Bara berusaha menjelaskan baik-baik kepada Helmi agar tidak menghilangkan rasa percaya diri Helmi. Bara tahu ini melibatkan perasaannya sendiri, tapi Bara juga tidak bisa terus-menerus membiarkan temannya berubah menjadi orang lain hanya untuk disukainya.

"Bar—"

"Hel, dengar aku, Hel." potong Bara cepat, tidak memberikan celah untuk Helmi berbicara karena dia yakin Helmi pasti akan terus membuat pembelaan pada dirinya sendiri. "Rasa suka itu nggak bisa diatur-atur oleh orang lain. Aku nggak pernah minta untuk suka dengan Mentari. Aku juga nggak pernah minta untuk nggak suka dengan kamu. Itu di luar kendali kita sebagai manusia, Helmi. Jadi, tolong untuk tetap jadi diri kamu sendiri dan jangan buat aku menyalahkan diriku sendiri karena ini, Hel."

Bara menatap Helmi memohon, berharap agar Helmi mau mengerti dan tidak lagi membebani perasaannya sendiri. Berharap agar Helmi tahu bahwa itu semua di luar kendalinya sebagai manusia.

"Kamu ceria, bisa bikin orang di sekitar kamu ikut senang. Kamu bisa transfer hal positif yang menyenangkan dalam diri kamu ke orang lain. Dan, jarang orang bisa melakukan hal itu, Hel. Kamu diberi keistimewaan untuk bisa menyenangkan orang lain. Jadi, jangan berhenti untuk jadi diri kamu, ya, Hel?"

... jangan berhenti untuk jadi diri kamu...

Perkataan terakhir Bara seolah menampar Mentari yang kini berdiri di belakang mereka. Mentari merasa bahwa perkataan itu tertuju untuknya. Mentari merasa de javu dan teringat akan perkataan mendiang Ayahnya yang mengatakan bahwa Mentari harus selalu menjadi dirinya sendiri.

Mentari duduk di kursinya dan bersikap seolah dia tidak mendengar apa-apa. Melihat keberadaan Mentari membuat Helmi dan Bara menoleh bersamaan.

"Tar—"

"Mentari, ada yang nyari!" Suara Bara terpotong oleh suara Norman dari pintu kelas. Baru juga duduk, Mentari terpaksa berdiri lagi dan menghela napasnya. Siapa pula yang mencari dirinya. "Ada yang nyari," kata Norman lagi menunjuk ke luar.

Dua orang siswa terlihat sedang berbincang di dekat pintu kelas Mentari. Salah satu dari mereka menyadari keberadaan Mentari dan memberitahu teman yang membelakangi posisi Mentari. Dia Pandu, membalikkan tubuhnya melihat Mentari.

"Dari Pak Didi," Pandu langsung memberikan papperbag berwarna cokelat muda kepada Mentari. "Pak Didi nyuruh saya menyampaikan ke kamu untuk mempersiapkannya dengan baik. Beliau hari ini lagi seminar di Cimahi, jadi nggak bisa menyampaikannya secara langsung ke kamu." Mentari menerima papperbag yang disodorkan oleh Pandu. "Oh, iya, satu lagi. Amanah dari Pak Didi untuk jaga kesehatan menjelang perlombaan lusa."

"Iya."

"Udah tahu, kan kegiatan untuk lusa?"

Mentari mengangguk lagi. Dia menahan Pandu yang hendak berbalik. "Saya nggak tahu kenapa kamu merekomendasikan nama saya ke Pak Didi. Tapi, itu semua nggak bisa membuat saya harus bilang terima kasih sama kamu karena saya nggak pernah menginginkannya."

Pandu membalas tatapan Mentari, mengurungkan langkahnya yang hendak pergi. "Saya nggak minta dan butuh kata terima kasih dari kamu, Mentari. Saya cuman membantu Pak Didi, nggak lebih kok."

Usai mengatakan itu Pandu berlalu bersama teman di sebelahnya. Mentari menatap punggung Pandu yang kian menjauh, lalu melihat papperbag pemberian Pak Didi. Beberapa alat-alat untuk melukis persiapan lomba yang sebenarnya Mentari tak begitu menginginkan. Namun, Mentari tahu Pak Didi pernah mengatakan bahwa dia akan menyediakan fasilitas untuk persiapan lomba Mentari.

Mentari hanya bisa menghela napas, dia tidak punya pilihan lain selain menerima dan mengikuti perlombaan yang akan berlangsung lusa. Setidaknya, Mentari hanya mengkutinya. Dia tidak peduli berapa banyak orang yang mengharapkannya dalam perlombaan itu. Mentari hanya ingin melakukan apa yang ingin dilakukannya saja.

***

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang