Jika boleh meminta, aku tidak ingin mencintai dan dicintai jika pada akhirnya cinta itu sendiri yang perlahan membunuhku.
—Rain
***
"Asyik, kita berdua sekelompok dong!" Helmi terlihat girang ketika namanya dengan nama Mentari berada dalam satu kelompok yang sama. "Jarang 'kan kita—eh, eh kok sama Taryo juga, sih?" Pundak Helmi turun ketika nama Taryo ditulis di papan tulis dan berada di baris yang sama dengan namanya. "Ih, kenapa, sih setiap ada kelompok pasti kebagiannya bareng Taryo mulu. Sekali-sekali aku juga 'kan pengen sama Bara."
Mentari tidak menanggapi Helmi yang terus mengoceh, apalagi ketika diputuskan berada dalam satu kelompok lagi dengan Taryo. Entah dendam kesumat apa yang Helmi miliki, rasanya dia bosan dengan Taryo yang sejak SMP selalu saja berada dalam kelas yang sama. Sedangkan Taryo hanya menaik-turunkan alis, dia senang membuat Helmi kesal.
Helmi mengangkat tangannya membuat Bu Astri yang tengah memerhatikan Niar—sekretaris kelas yang sedang mencatat nama kelompok—jadi menoleh ke arahnya.
"Ada apa?"
"Bu, boleh nggak ganti kelompok? Saya nggak mau sama Taryo, maunya sama Bara."
Seloroh satu kelas membuat Helmi mendengus dan menatap tajam teman-temannya satu per satu. Lalu pandangan Helmi terarah pada Bara yang sedang berbicara dengan Taryo.
"Nggak boleh. Kelompok ini sudah Ibu bagi secara acak biar adil. Kalau mau protes, nggak usah punya kelompok!"
Helmi duduk kembali di kursinya dengan wajah ditekuk. "Tari, aku males banget sama Taryo."
"Emang Taryo kenapa?"
"Dia itu nyebelin—"
"Bu, ada yang ngobrol di belakang." Suara Taryo membuat satu kelas menoleh ke meja Mentari dan Helmi. Seandainya saja tidak ada Bu Astri, sudah bisa dipastikan Taryo kena serangan Helmi sekarang juga.
"Yang di belakang tolong perhatikan!" tegur Bu Astri kembali melanjutkan penjelasannya mengenai tugas apa yang akan dikerjakan secara berkelompok.
Namun, belum sempat Bu Astri berbicara, satu kelas kompak menoleh ketika mendengar seseorang mengetuk pintu. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam, ada apa, Pan?"
Pandu. Dia Pandu dan merendahkan tubuhnya mencium tangan Bu Astri. Semua mata tertuju pada apa yang dilihatnya saat ini. Ternyata guru-guru mengenal Pandu dengan baik. Ketika Pandu berbicara dengan Bu Astri, murid-murid mengambil kesempatan itu untuk mengobrol. Sedangkan Mentari teringat dengan perkataan Pak Didi ketika di ruang guru.
"Tar, Tar, kalau dilihat-lihat Pandu kok manis juga, ya?" Tatapan mata Helmi tak lepas dari Pandu yang masih berbicara dengan Bu Astri. "Dia itu orangnya rapi banget, pake dasi aja nggak pernah miring. Rambutnya rapi, pokoknya aku nggak pernah tuh, lihat Pandu berantakan. Dari ujung kepala sampai ujung kaki selalu rapi. Tapi, ya, Tar, katanya Pandu nggak pernah pacaran, lho."
Mentari menoleh, menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Kamu kok tahu banget soal dia?"
"Jelas tahulah, Pandu itu cokiber di SMA kita. Ya, meski banyak juga, sih yang nggak suka sama dia apalagi modelan murid bengal udah pasti benci banget kalau kena razia Pandu." Mendengar perkataan Helmi membuat Mentari mengernyit.
"Cokiber?"
"Cowok kita bersama."
"Kita?" Mentari tertawa meremehkan. "Kalian aja kali, saya nggak."
"Yeee, gitu-gitu juga pesonanya kuat, Tar. Awas aja kamu nanti kepincut juga."
".... yang di belakang dari tadi ngobrol mulu, dengar saya 'kan?" Bu Astri lagi-lagi membuat satu kelas menoleh, kali ini ditambah Pandu yang ikut menoleh. "Saya tinggal sebentar karena ada urusan, tolong KM jaga kelasnya jangan ada yang keluar."
Tatapan mata Pandu menusuk iris mata hitam legam Mentari. Pandu tidak tersenyum, dia hanya mengangkat alis. Dan, entah sejak kapan Pandu selalu saja mengangkat alisnya ketika bertemu atau bertatapan dengan Mentari.
Cukup lama mereka bertatapan hingga suara Bu Astri membuat Pandu pamit dan keluar dari kelas sebelum akhirnya sekali lagi tatapan itu bertemu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen FictionDia Mentari. Kehidupannya yang tak lepas dari sketchbook dan menggambar. Mentari suka hujan. Katanya, dia bisa ikut menangis tanpa ketahuan oleh orang lain. Di sekolah, Mentari tak punya banyak teman. Dia sudah biasa sendiri. Mentari tak suka teman...