[Part] - 1

3.1K 120 20
                                    

"JANGAN DULU PULANG! INI MASIH HUJAN, MASIH MENDING KALAU CUMA GERIMIS SEKECIL KUTIL, NTAR GUA JUGA YANG REPOT ULE"

"Tapi kan hujan itu air Yen"

"DIEM DISINI! GA BOLEH BERKELIARAN!"

Dia menarik belakang bajuku dan menyuruhku menunggu di depan lorong kelas bersamanya sampai hujan reda. Aku kesal karena dia berteriak terus padaku, ntah karena kesal atau suara hujan yang keras

"JANGAN NGE GAS DONG YEN YEN!"

"GUA GA NGENGAS ULE, INI HUJANNYA BESAR! KALAU GUA BISIK BISIK NANTI GA KEDENGERAN!"

"APA? GUA GA DENGER? OH YA? GUA BOLEH PULANG SEKARANG?! SIP"

aku segera berlari secepat mungkin agar tidak tertangkap olehnya lagi. Tapi aku tertangkap dan tidak sempat turun tangga dengan cepat. Ia menarik belakang bajuku lagi dan mengurungku di dalam kelas, ia juga menutup pintunya dari luar agar aku tidak bisa keluar kelas.

"JANGAN KELUAR DARI KANDANG SAMPAI HUJANNYA REDA YA"

"IHH YEN YEN!! BUKA PINTUNYA"

Aku menggedor gedor pintu dengan keras sampai menendangnya. Aku melihat jam yang sudah hampir magrib. Jika aku menunggu sampai hujan reda, aku pasti pulang saat langit sudah gelap. Dia terlalu over protektiv padaku sampai dia tidak mau aku tersentuh oleh air hujan

"HEH YEN YEN! PASANG TELINGA LU YA, LU CEMBURU YA KALAU GUA DI SENTUH SAMA AIR HUJAN?!"

"NGAPAIN GUA CEMBURU SAMA AIR HUJAN ULE, LU PIKIR INI LAGU JEALOUS YANG CEMBURU SAMA ANGIN? GUA GA SEBODOH ITU ULE"

Lagi lagi aku tidak bisa mengalihkan perhatiannya. Aku terjebak di SMP ini karenanya, aku tidak menyalahkan hujan kok.

Nama aslinya adalah Muhamad Avryen Meilando. Dia pacarku sejak 4 bulan yang lalu, harusnya sih di panggilnya Avryen. Tapi aku senang memanggilnya dengan nama Yen yen. Dia juga kadang memanggilku 'Ule' padahal nama panggilanku Hauli. mungkin dia juga punya alasan memanggilku seperti itu

Walaupun kami pacaran, kami seperti seorang sahabat yang menjahili satu sama lain. Kadang ia juga menyebalkan, dan yang paling unik dari nya adalah dia tidak pernah berani dan mau menyentuhku. Pegangan tangan saja tidak pernah, ia lebih sering menarik belakang bajuku di bandingkan menarik tanganku. Ia ibaratkan sebuah malaikat tampan yang jika di sentuh oleh manusia akan tewas, bhak. Aku terlalu banyak mengkhayal tentangnya.

Setelah lama menunggu, akhirnya hujan mulai terdengar reda dan untungnya langit belum begitu gelap. Yen yen membukakan pintunya dari luar

"Noh dah reda, sana pulang"

"Giliran tadi suruh stay, sekarang suruh pulang"

"Ya udah sana pulang, gua ga mau liat muka lu lagi"

"Ihh taii!!!! lu juga tadi udah ngurungin gua di kelas selama seribu tahun! Nyebelin amat!"

Aku mendeleknya dan segera berjalan pergi ke arah tangga

"wkwkwkk engga kok, gua cuma bercanda, ampun"

"Iyaa dehh iyaa"

Aku menoleh padanya

"Hati hati di jalan"

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang