[Part] - 15

662 50 9
                                    

"Aku benci aku mencintaimu. Aku benci bahwa aku mencintaimu. Tidak ingin, tapi aku tidak bisa menempatkan. Tidak ada orang lain selain kamu"

"Aku benci aku mencintaimu. Aku benci bahwa aku ingin kau. Kamu ingin dia, kamu membutuhkannya. Dan aku tidak akan pernah menjadi dia"

Semua siswa di kelasku bertepuk tangan setelah mendengar puisi yang aku buat dan aku bacakan di depan kelas. Ini adalah tugas B.Indo

Aku kembali ke bangkuku dan mengobrol bersama Cindy

"Gilaa, lu kayanya nulis puisi tadi pake hati terdalam ya?"

"Gua nulis pake tangan lah gila"

Jawabku sambil tertawa kecil

"ihh bukan gitu maksud gua"

"Iyaa iyaa gua ngerti, sejujurnya puisi tadi gua ambil dari lirik lagu Gnash feat Olivia O'brien yang judulnya I Hate You I love You, gua tinggal translate jadi indo dan catet deh"

"Bangsat kirain gua lu yang nulis"

"Hehehe"

(Tett Tett Tett)

Bel pulang pun berbunyi. Guru B.Indo ku menutup pembelajaran dan pergi keluar kelas

Aku dan Cindy membereskan bangku dan memutuskan untuk diam sebentar di kursi kayu depan kelas

Kami mengobrol dan membiarkan tas kami terlantar di dalam kelas. Tiba tiba Rafdin datang mendekat kepada kami sambil menangis

"Eh Raf, lu kenapa? Eh Raf udah Raf jangan nangis, Cin lu bantu nenangin kek, jangan cuma bengong terus ngebuka mulut karena kaget"

"Ehh iyaa iyaa, hehehe"

Rafdin memelukku sambil menangis tanpa henti. Aku dan Cindy terus bertanya "mengapa" dan mencoba membuatnya tenang

"Hauli, Cindy.. Ci.. Ciwan se.. lingkuh"

"APA SELINGKUH! PERSETAN BANGET TUH COWO!"

Teriakku secara spontan dan kaget tidak percaya mendengar hal ini

"Selingkuh Sama siapa!?"

"Je.. jeung anak S.. SMP la.. in da"

Jawab Rafdin sambil terus menangis dan mengambil nafas

"Mening lu tenangin dulu, terus nangisnya stop dulu, baru lu bisa mulai cerita ya"

Akhirnya Rafdin tenang dan berhenti menangis. Kami langsung pergi ke kelas 8F dan bercerita di dalam kelas

"Jadi gini, tadi aing denger dari si Hasna bahwa si Ciwan lagi deket sama temen sdnya si Hasna, namanya Dewi"

"Hasna? Ohh jadi Ciwan emang lagi deket sama temennya si Hasna?"

"Iyaa, si Hasna cerita ke aing, katanya kemarin malem Dewi curhat ke Hasna bahwa Ciwan nge chat dia terus, bahkan sampai telfonan, aing udah ga kuat, mereka telfonan terus saling curhat tentang masalah mereka di sekolah"

"Hah? Dasar Ciwan si cuangki, jahat banget tuh cowo"

Ucap Cindy dengan nada kesal

"Nah tadi siang aing debat sama si Ciwan, dia ga mau jujur tentang masalah ini, Hasna juga bilang kemarin si Dewi ngasih jam tangan ke si Ciwan, di foto terus di sg sama si Ciwan, tapi ig aing di sembunyikan dari sg nya biar aing ga bisa liat"

"Terus sekarang gimana?"

"Tadi aing udah bilang ke si Ciwan mau minta putus, aing juga sakit di giniin terus Li, ternyata selama ini dia gitu di belakang aing"

Ucap Rafdin sambil kembali menangis

"Udah Raf udah, mungkin dia bukan yang terbaik"

Balasku sambil menepuk pundaknya

"AKHH ANJING DASAR COWO GOBLOK"

Rafdin berteriak keras sambil mengeluarkan banyak air mata

Akhirnya Rafdin pamit denganku dan Cindy. Ia pulang di jemput dengan ibunya setelah ia selesai mencuci mukanya di kamar mandi

Aku tidak menyangka Ridwan atau biasa ku panggil Ciwan melakukan Rafdin seperti itu. Padahal mereka sudah 6 bulan berpacaran

Aku dan Cindy mengambil tas dan berjalan keluar kelas menuju lapangan. Kami melihat Ciwan mengobrol bersama anak anak motor

Ciwan terlihat stress memegang kepalanya dan mencoba menahan emosinya. Kini hubungan mereka telah usai

Aku melihat langit yang terlihat mendung dan akan turun hujan. Cindy juga berpamitan denganku dan memutuskan untuk pulang duluan

Aku duduk di kursi kayu dekat lapangan sendirian sambil terus menatap langit yang gelap. Hujan pun turun perlahan semakin deras di sertai petir dan angin yang ganas

Tiba tiba aku mendengar seseorang menyalakan lagu Raisa begitu keras

Aku melihat ke atas. Yup, tepatnya lagu itu terdengar dari kelas 8E yang berada di lantai 2, mungkin mereka sedang asik mendengarkan lagu ini dengan speaker

(... lebih baik... kita usai di sini... sebelum cerita indah... tergantikan pahitnya sakit... haaati... bukannya aku mudah menyerah.... tapi bijaksana... ku kan tetap menunggu... meski tak selamanya...)

Aku mendengarkan lagu ini sambil memejamkan mata. Terasa bahwa air hujan sudah membasahi seluruh baju dan kulitku. Dingin rasanya, sendirian dan terhujani disini

Lagu terdengar kembali dengan judul dan lirik yang berbeda

(Ingin ku marah... melampiaskan... tapiku hanyalah... sendiri disini... ingin kutunjukan... pada siapa saja yang ada... bawa hatiku... kecewa...)

Aku membuka mataku kembali dan melihat gedung sekolah tempatku waktu aku masih berada di kelas 7. Aku melihat ke lantai 2 dan mengingat kejadian waktu Avry melarangku pulang karena hujan

Bahkan saat itu saat dimana aku masih memanggilnya Yen yen. Aku tersenyum kecil, sekarang aku bisa merasakan air hujan di seluruh tubuhku tanpa ada yang melarang

Tidak ada yang memarahiku. Tidak ada yang khawatir padaku dan tidak ada yang cemburu denganku karena aku tersentuh oleh air hujan

Mobil datang dari arah pos satpam dan masuk kedalam sekolah. Aku melihat Avry, Alya dan Mr keluar dari mobil dan segera berlari ke lorong kelas agar tidak terkena air hujan

"Mereka dah pulang lagi, cepet amat lombanya"

Gumamku dalam hati sambil melihat Avry yang sedikit kebasahan

Sekarang aku melihatmu di sana bersama orang lain. Aku tidak marah ataupun cemburu. Karena aku tidak berhak melakukan hal itu, karena aku  juga bukan siapa siapa di matamu

Aku segera berjalan santai ke arah pos satpam. Aku memutuskan untuk pulang sekarang. Aku sempat melihat ke belakang sebelum aku berjalan kedepan. Avry melihatku dengan tatapan kosong

Aku melihat ke arah lapangan sambil berjalan. Anak anak motor bermain bola di sambil berteriak teriak senang karena hujan turun. Mereka bermain dalam keadaan baju yang basah total

Aku tersenyum kembali. Seakan akan perasaanku ini tidak bisa di jelaskan oleh kata kata. Air hujan mengalir turun ke mataku. Tidak ada yang tahu apakah aku menangis atau tidak. Mungkin air mataku telah menyatu dengan air hujan

Petir juga menyambar begitu keras. Tidak ada yang tahu aku berteriak atau tidak. Mungkin teriakanku telah menyatu dengan suara petir

Tidak ada yang tahu dan tidak akan pernah ada yang tahu. Apa yang aku rasakan di hatiku ini sangat sakit, ketika aku harus menerima kenyataan yang pahit

Ingin peduli tetapi bukan siapa siapa, ingin memberi tetapi hanya sebatas angan semata :) terimakasih Avry

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang