Aku melihat foto foto masa kecil Avry yang di pajang di beberapa ruangan di rumah ini. Dari semua foto yangku temukan, tidak ada satu pun foto Avry yang sedang tersenyum disini
"Yen, kenapa sih lu kalo foto ga pernah senyum"
"Dari kecil gua begitu"
Jawab Avry sambil mengeringkan rambutnya dengan anduk
"Coba senyum"
"Gua kalo senyum jelek"
"Senyum!"
Avry pun menunjukan senyum terpaksanya
"Uda udah, takut mimpi buruk gua liatnya"
"Tuhkan"
"Canda Yen canda wkwkw"
Aku duduk di kursi ruang tamu sambil memperhatikan ruangan sekitar
"Sodara lu mana? Kok gua ga liat"
"Lagi pergi keluar keknya, gua udah biasa kok dateng kesini sendiri"
"Waktu kecil lu deket banget ya sama dia"
Ucapku sambil memegang foto Avry dan sodaranya yang sedang memegang senapan mainan
"Dulu gua di urus sama orangtuanya, tiap hari gua kerumahnya cuma buat main tetembakan bareng, namanya Habli"
"Habli lucu banget namanya"
"Kelas dua sd, bapa ngenalin gua sama barang yang namanya laptop"
"Laptop? Omaigat kelas dua sd gua mainnya ucing ucingan tau ga, laptop mana ngerti, megang aja ga pernah"
"Sejak itu, gua suka menyendiri di kamar bareng sama laptop gua, setiap hari gua main di depan laptop, gua ga pernah keluar rumah, orang tua gua mana peduli sama gua, merhatiin gua juga jarang"
"Beneran?"
"Suatu hari di saat itu, gua uda ngerasa bosen sama yang namanya laptop, akhirnya gua iseng otak atik semua data data yang ada disana, dari situ gua mulai belajar hacking secara otodidat"
"Terus?"
"Dan pada akhirnya semua yang gua pelajari cuma satu, yaitu tentang bagaimana caranya gua harus jadi kuat walau sendirian"
"Jadi itu masa kecil lu?"
"Udah beres dongengnya, pulang yu ntar ketinggalan kereta"
"Oh iya gua lupa, sekarang udah jam setengah empat"
"Awas ada barang yang ketinggalan"
Ucap Avry sambil menulis sesuatu di atas kertas kecil dan menempelkannya di kulkas. Dia juga mengambil selembar kertas lainnya dan satu buah pulpen yang ia masukan ke saku celananya
Akhirnya kami berdua berjalan ke stasiun kereta Bandung. Jaraknya sangat dekat, tapi jalanan sangat becek karena hujan tadi siang. Bahkan langit masih mendung seakan air belum semuanya turun
Kami membeli tiket kereta menuju stasiun Cimekar. Tapi ternyata tiketnya sudah habis, kami terpaksa naik kereta di jam 5 sore. Akhirnya kami menunggu di kursi pinggir rel. Hpku mati, aku yakin orangtuaku sudah menelfonku berkali kali
Setelah lama menunggu. Akhirnya kereta kami pun datang, disaat yang sama hujan turun kembali lebih deras dari pada yang sebelumnya. Aku dan Avry bergegas masuk dan mencari tempat duduk
Kereta pun jalan menuju tujuan. Aku melihat pemandangan dari balik jendela yang basah dan berembun. Ntah kenapa, tiba tiba aku merasa pusing dan dingin. Mungkin ini karena kami terlalu senang bermain air di bawah derasnya hujan sampai tidak peduli dengan kondisi tubuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...