[Part] - 12

700 63 1
                                    

Hari ini adalah hari terakhir kami melaksanakan Homestay. Sekali lagi saja kita bermalam di Ciwidey hari ini, esok pagi sudah pulang kembali ke Bandung menggunakan truk yang sama seperti waktu berangkat

Aku terus mengabadikan moment moment lucu bersama teman temanku hanya dengan sebuah kamera yang aku punya

Kameraku memiliki ukuran yang agak kecil. Aku juga menyebut kameraku sebagai Pocket Camera

Sekarang, detik ini juga. Aku, Cindy, Afifah, Rafdin, Nuha dan Dinda sedang berkumpul bersama di warung langganan dekat belokan gang rumahku. Siang ini juga Ciwidey tetap terasa sejuk dan dingin

Terlalu sibuk menggunakan kamera. Tiba tiba layar kameraku menghitam dengan lensa yang masih menonjol keluar. Aku kaget dan bingung tentang apa yang terjadi dengan kamera kesayanganku

Aku menekan tombol On dan Off beberapa kali. Kamera masih tidak mau menyala. Aku menekan semua tombol, tetap saja tidak ada respon

Aku benar benar takut ayah memarahiku karena merusak kamera titipinnya. Masalahnya kamera mati dengan keadaan lensa yang masih menonjol keluar

Aku segera meminta tolong kepada teman temanku yang ada di warung ini

"Ehh kalian tau ga, kamera gua kenapa?"

Tanyaku sambil menunjukan kamera

"Coba gua liat"

Afifah atau biasaku panggil Fya mengambil kameranya dan melihatnya lebih dekat

"Lahh gua ga ngerti masalah beginian"

Setelah kehilangan harapan. Tiba tiba semua semuanya terdiam dan menatap ke mataku. Aku benar benar bingung

"Kenapa? Kok jadi pada liatin gua?"

Tanyaku heran

"Avry!"

Teriak semua teman temanku secara bersamaan sambil mengacungkan tangan seakan mendapatkan ide cemerlang

"Shit, Avry? Kalian mau bunuh gua ya?"

"Ayolah Li, kali kali akur sama mantan deh"

"Kenapa lu malu minta tolong sama dia?"

"Bukan gitu maksud gua..."

Ucapku sambil meminta kameranya kembali. Tetapi Afifah menyita kameraku dengan tangan liciknya

"Maksud apa Li? Udah deh, kalau lu ga berani, mening kita aja yang samperin dia sekarang juga"

"Eh eh itu kamera gua, kok jadi lu yang ngatur sih"

Ucapku memasang wajah kesal

"Udahh kita aja yang urus, lu tunggu aja di rumah terus duduk manis di kamar yaa"

Balas Afifah sambil tersenyum dan menepuk pundakku

Aku menatap Afifah dengan kesal. Tapi ucapannya ada benarnya juga, memang Avry lah salah satunya harapan terbaikku untuk kamera ini

"Eh, gua nunggu aja deng di rumah bareng sama Uli, gua pingin tiduran di kamar"

Ucap Cindy sambil menguap. Akhirnya aku dan Cindy memilih untuk menunggu di kamar

Kami menunggu sambil berbaring di atas kasur yang empuk dan nyaman.. bahkan kami hampir menunggu selama 1 jam lebih

Aku hanya menatap langit dari jendela yang kubuka lebar di kamarku. Tiba tiba pandanganku teralih saat melihat seseorang lewat di depan rumahku. Aku melihat mukanya dan segera menunduk bersembunyi

"Kampret itu kan Avry, ngapain dia ke rumah ini"

Ucapku sambil menoel Cindy yang hampir masuk alam bawah sadar

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang