Akbar pulang ke rumahnya untuk mengambil helm, begitu juga Avry. Aku menunggu di sekolah sambil meminum green tea bubble yang barusan ku beli
Cindy dan Dinda duduk di kursi kayu bersamaku
"Gua mau pulang sekarang, Din pesenin grab"
"Iya ini mau, cie uli mau nge date sama mantan"
Ucap Dinda
"Sstt"
"Baik baik ya disana wkwkw"
Ucap Cindy
"Iyaa iyaa"
Aku membuka hp dan mengirim pesan pada Avry
13.16
Hauli : Setaon kemudian, lama banget lu gila
beberapa menit kemudian Avry datang dengan kedua helm. Ia memakainya dan memberikan yang satunya padaku
Akbar pun datang bersama Rafdin di belakangnya.
"Avry! Ayo"
Teriak Akbar sambil memutarkan motornya dan pergi ke luar gerbang sekolah. Avry menarik gas dengan cepat agar tidak tertinggal oleh Akbar
Aku melambaikan tangan ke Dinda dan Cindy yang duduk di kursi kayu. Cindy masih menunggu grab yang di pesan di hp Dinda, mereka juga akan pulang secepatnya
"Have fun!"
Teriak Cindy padaku. Avry sedikit melaju kencang saat tahu sudah sangat jauh tertinggal oleh Akbar
"Vry kampret pelan pelan ih"
Ucapku sambil memukul pundaknya
"Eh sorry sorry wkwk gua lupa kalau lagi bonceng lu"
Dia melambatkan kecepatan motornya. Motor Akbar mulai terlihat kembali, ternyata Akbar mengarah ke jalan raya
"Ini mau kemana sih? Kok ambil jalan umum? Bahaya ini kalo di cegat polisi, Vryy gua serius"
"Bawel lu, tenang aja kan ada gua yang jagain lu"
Aku terdiam. Avry terus mengikuti kemana arah Akbar pergi
"Uli"
Sepertinya namaku di panggil. Aku membuka kaca helm
"Manggil?"
"Lu hapal jalan ga?"
"Ini tujuannya kemana dulu bego"
"Ga tau si Akbar ga jelas"
Aku kembali menutup kaca helm. Jalanan semakin ramai, untungnya tidak ada polisi
Tiba tiba motor berbelok ke salah satu tempat yang sepertinya aku kenal. Aku menganggat kepalaku dan membuka kaca helm
"UBERTOS?! KITA MAU JALAN JALAN KE MALL?!"
Teriakku kaget tanpa main. Ini benar benar di luar dugaan. Motor pun masuk dan di parkir di sebelah motor Akbar. Mereka turun dan membuka helm
"Gila lu Bar, gua hampir ketabrak tadi, lu ngebut amat"
Ucap Avry dengan nada kesal. Akbar dan Rafdin hanya tertawa mendengarnya
Avry membuka helmnya dan menyimpannya di atas motor. Aku kesulitan untuk membukanya, sepertinya penjepitnya macet
"Tolongin dong, gua pen nangis nih"
Aku benar benar lelah dan pasrah dengan keadaan. Aku berharap Avry yang membukakan helmku. Tapi dia terlalu cuek, dia tidak mungkin melakukan itu padaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...