Hari ini aku mengantar ibu pergi berbelanja di alun alun kota Bandung. Macet sudah terjadi di mana mana, ini sudah memasuki liburan akhir tahun. Aku membawa banyak kresek di tanganku, itu semua adalah hasil belanjaan ibuku yang centilnya minta ampun
Dimata ibuku mungkin aku adalah sebuah keranjang berjalan yang selalu memegang semua kresek belanjaannya. Tapi ibuku di mataku adalah uang berjalan yang bisa kugunakan untuk membeli semua keinginanku, hehe.
Aku berdiri di depan sebuah supermarket sambil memegang kresek belanjaan menunggu ibu selesai membeli buah mangga
"Ibuu, pulang naik bisa kota lagi?"
Tanyaku
"Iyaa, liatin trus jalanannya de, takut bisnya kelewat"
Aku memperhatikan jalan raya yang macet begitu teliti. Belum ada bis kota yang lewat. Aku melihat ke atas, langit sudah sangat gelap, sepertinya akan turun hujan besar. Aku membuka hp dan melihat jam, padahal masih jam 11 siang
Aku kembali memasukan hpku kedalam saku celana. Bis kota pun lewat, aku segera berlari ke arah jalan sampai lupa kalau ibu masih di toko buah mangga
"IBUU TAYO BU TAYO"
Teriakku sambil mengejar bis
"Tayo tayo apasih, ibu ga ngerti"
"Bis biru bu bis biru"
"EH"
Ibuku langsung ikut berlari di belakang. Untungnya kami tidak tertinggal, bis pun berhenti di depan kami. Setelah naik, hujan pun turun sangat deras, untung kami sudah berada di dalam bis
Aku duduk melamun sambil menatap jendela yang terus di aliri air yang sangat deras, bahkan kacapun sampai berembun
"...turun deras banget gitu ya, kota Bandung lagi di guyur hujan besar di sertai petir nih... emang lagi musim hujan di beberapa bulan terakhir ini, sedia payung sebelum hujan ya"
Ucap seorang penyiar wanita dari speaker radio bis. Aku tidak begitu tertarik mendengarkan radio, aku lebih tertarik mendengar suara hujan yang turun begitu deras di luar
Jangan pernah jatuh cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu. Itu yang di katakan Tere Liye di buku novelnya yang kubaca, judulnya hujan
"Muhamad Avryen Meilando, apa kabar?"
Tanyaku dalam hati sambil menatap pemandangan hujan dari jendela. Dari tadi aku mengecek hp, tapi tidak ada kabar sama sekali dari Avry. Mungkin dia masih sangat sibuk dengan kerjaannya bersama dengan teman temannya dari Jakarta
Sudah 4 hari setelah awal liburan di mulai aku tidak bertemu dengan Avry. Aku rindu rambut brokolinya, aku rindu tatapan sangarnya, aku rindu ejekan dan nistaannya, aku juga rindu suara tawanya
Dulu, mungkin aku sangat bodoh untuk terus berharap padanya, tapi jika mengenalnya adalah sebuah kesalahan, mungkin aku tidak perlu sebuah pembenaran
Aku mau memaafkan semua kesalahannya dulu, pintu maafku selalu terbuka untuknya. Tapi memaafkan mungkin bisa di ibaratkan dengan aku yang memegang sebuah pisau di belakang punggung dan tidak menggunakannya untuk menyakiti siapapun, tidak peduli bagaimana dia menyakitiku
Mungkin kejadian dulu yang aku alami hanya sebuah pelajaran kecil bagiku bahwa sesungguhnya tidak semua orang yang aku cintai akan tinggal, tidak semua orang yang aku percaya akan setia, beberapa orang hanya ingin terlihat sebagai contoh untuk apa yang mereka hindari
Love is blind and fucking dumb. Cinta itu buta dan sangat bodoh. Bahkan aku banyak melukai orang hanya karena satu orang yang melukaiku. Karena itu Banyak orang yang bilang, orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti, apakah benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...