Aku duduk terdiam di bangku kelasku sambil memikirkan Yen yen yang biasanya menjahiliku di kelas. Sekarang kami terpisah benar benar jauh, bahkan aku tidak bisa mengawasi Yen yen jika dia dekat dekat dengan cewe lain. Aku terus memikirkan apa yang ia lakukan sekarang di kelas.
Aku memperhatikan kantin dari jendela dalam kelas. Dari tadi aku tidak melihat Yen yen lewat kearah kantin. Apakah dia sedang sibuk dengan laptopnya dan memutuskan diam di kelas pada waktu istirahat? Memangnya dia tidak kepikiran ingin mengunjungi kelas 8F dan bertemu denganku? Atau aku bukanlah prioritasnya lagi? Ngomong ngomong soal prioritas, aku jadi mengingat kata katanya dulu waktu masih sekelas di kelas 7 dulu
"Dota tuh rutinitas, kalau kamu prioritas"
"Beneran tuh?"
Tanyaku untuk meyakinkan kata katanya dengan ekspresi senang karena merasa di hargai
"Hehe, sayangnya gua boong, ya Dota dulu lah baru kamu"
"Sialan, kirain gua asli"
Aku memukul punggungnya dengan keras karena kesal dengan kata katanya. Ia berteriak padaku minta ampun karena perkataannya.
Yen yen memang orang yang menyebalkan, bahkan sangat menyebalkan. Aku benar benar merindukannya. Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengannya dengan pergi ke kelasnya yang sangat jauh melewati sungai, jurang, dan gunung. Hehe aku terlalu banyak mengkhayal
Aku berlari ke lantai 2 dan segera masuk ke kelas 8B tanpa permisi. Aku memang manusia yang tidak memiliki rasa malu, tapi memiliki kemaluan, eh. Aku berteriak walau aku sedang berada di kelas orang lain
"Brokoli bulad pepat! Lu dimana?"
Tiba tiba ia berdiri dari balik meja guru, ia melihatku dan tersenyum padaku. Aku pun mendekatinya
"Ngapain Yen?"
Aku melihatnya sedang melakukan sesuatu dengan laptopnya bersama Fiqri
"Main laptop"
"Lu sekelas lagi sama si Fiqri?"
"Ya"
"Vry, mau Carding kapan?"
Tanya Fiqri seakan menunggu aku dan Avry selesai berbicara
"Shut"
Jawab Yen yen sambil melotot kepada Fiqri
"Carding? Apaan Yen?"
Aku mulai bertanya penasaran
"Um, Carding itu peretasan kartu ATM buat di bank, semacam itu lah"
"Lu mau ngelakuin hal itu? Jangan Yen"
"Iyaa gua engga akan lakuin"
"Janji?"
"Iya iya janji, sana jajan ke kantin"
Ia mendorongku ke luar kelas 8B
"Ni gua kasih goceng, sana beli apapun yang bisa di makan"
Ucapnya sambil melemparkan uang ke arah wajahku
"Adu, gua juga punya uang kali"
Aku segera berlari turun tangga ke lantai 1. Aku menggunakan uang yang tadi ia berikan padaku untuk membeli teh kotak
Aku merasa tenang bila bersamanya, tapi kadang aku merasa khawatir. Ia selalu melakukan hal criminal di internet. Dia tidak pernah takut dan berani mengambil resiko. Aku hanya harus percaya padanya bahwa ia tidak akan melakukan hal sejahat itu
Dia pernah berkata sesuatu padaku tentang serikatnya di internet. Dia juga pernah mengatakan sesuatu tentang yang lain
"Hacker itu di akui, bukan mengakui"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...