[Part] - 82

427 36 2
                                    

Kaki kananku sangat sakit, hampir tidak bisa di gerakan. Bayangkan rasanya jatuh dari ketinggian 5 meter ke atas mobil kolbak yang keras karena terbuat dari besi

Mobil melambat. Sepertinya mobil ini sudah sampai di pintu keluar tol. Aku melihat Avry yang duduk menundukan kepalanya di depanku. Aku memegang pundaknya

"Yen"

Avry langsung mengangkat kepalanya ke atas

"Akhirnya, lu sadar juga"

"Emang tadi gua pingsan ya?"

"Gua nungguin lu bangun sekitar sepuluh menit, lu gapapa kan? Ada yang sakit ga?"

Tanyanya terus terusan sambil menatap mataku. Aku melihat jidatnya yang sudah penuh dengan darah, mungkin karena jatuh tadi. Aku juga memperhatikan tanganku yang sudah tidak di ikat tali rapia

"Kaki kanan gua sakit, btw lu yang buka iketan di tangan gua tadi?"

Avry mengangguk dan segera melikat kaki kananku. Dia terdiam bingung sambil mengelap keringat yang bercampur dengan darah di kepalanya

"Ulee nunduk"

Avry segera menunduk. Aku bingung dan berbalik, ada satpam penjaga pintu keluar tol yang berdiri di depan. Aku ikut menunduk bersama Avry agar tidak di curigai

Kami lolos. Setelah keluar dari pintu tol. Mobil masih melamban. Avry segera menarik tanganku dan lompat turun dari mobil kolbak. Dia berlari sambil memegang tanganku untuk memaksaku ikut berlari

"Yenn gua gabisa lari"

Ucapku sambil melepaskan pegangannya. Aku menjatuhkan diriku dan segera memegang kaki kananku

"Gua gendong, cepet"

Avry jongkok di depanku. Dia menyuruhku untuk naik ke atas punggungnya. Aku pun naik, Avry berlari sejauh mungkin dari keramainan jalan

Kami bingung harus kemana. Kami tidak tahu arah pulang. Kami juga tidak tahu dimana Sadam dan yang lain. Bahkan langit masih sangat gelap. Avry melihat jam tangannya, sekarang sekitar jam 3 shubuh

Karena kesal sekaligus penasaran, aku menyuruh Avry untuk mengatakan yang sebenarnya, tentang rahasianya selama ini

"Yen, jujur sama gua, selama ini lu nyembunyiin sesuatu ya dari gua?"

"Ga"

Jawab Avry dingin sambil terus berlari menggendongku di antara pepohonan

"Avry! Gua butuh jawaban"

Teriakku tegas. Avry terdiam, kami melihat saung di depan. Avry berlari kesana dan menurunkanku di saung

"Gua mau cerita tentang masalah gua sekitar dua tahun yang lalu"

Ucap Avry yang ikut duduk di sebelahku sambil mengelap banyak keringat yang bercampur dengan darah

"Jadi?"

"Waktu sd kelas enam dulu, gua di pertemukan dengan Sadam di salah satu grup hacker seindonesia, kita saling cerita tentang masalah di kehidupan nyata, ternyata kita adalah orang yang sama, sama sama terbuang, sama sama sampah"

"Sampah?"

"Gua sama Sadam akhirnya buat tim, anggotanya adalah orang orang yang nasibnya sama seperti kita, setelah buat, kita saling nyebarin ilmu tentang hacking dan lain lain"

"Ternyata lu sama Sadam kenal dari lama ya"

"Disaat gua menginjak bangku kelas tujuh, gua dapet masalah sama anak yang gua panggil Werewolf sama Bastiantiger, itu sih bukan nama aslinya"

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang