[Part] - 3

1.2K 75 10
                                    

Aku tidak memberi kabar kepada Yen yen tentang kemana aku pergi sekarang. Aku merasa kesal karena dia 100% berubah drastis menjadi lebih cuek.

Aku berpikir keras kenapa dia tiba tiba berubah menjadi seperti itu. Jangan jangan ia pindah hati dan menyimpan rasa ke cewe lain? Aish aku tidak boleh berpikir seperti itu. Tapi aku terus memikirkan penyebab ia bisa berubah, ini membuatku semakin stress di tambah dengan lomba menggambar yang aku ikuti hari ini. Yup, hari Selasa tanggal 25 Juli 2017.

Aku turun dari mobil bersama kedua guruku yang menemaniku untuk mewakili lomba menggambar tingkat provinsi. Aku di jadikan sebagai perwakilan dari sekolahku, aku harap aku pulang dengan hasil yang memuaskan.

Aku berjalan ke arah ruangan dan segera melakukan daftar ulang. Aku tidak ingin membuka hp untuk sementara, aku yakin Yen yen tidak peduli dimana keberadaanku dan apa yang kulakukan.

Aku memasuki ruangan dan duduk di salah satu bangku. Aku merasa bingung dengan perasaan ini, maksudku aku tidak tahu apakah hubungan ini akan berakhir atau terus berlanjut, di tambah aku juga tidak mengenal orang orang yang ada disini, pikirku mungkin aku harus beradabtasi di ruangan ini.

Ketiga juri datang dan segera duduk di kursi paling depan. Kami mendapatkan sedikit pidato dan pengarahan soal syarat syarat atau kriteria untuk menang. Aku benar benar tegang, aku hanya berharap Yen yen ada disini dan mengintip di pintu masuk sambil berkata

"Ganbate Ule"

Bahkan aku masih mengingat senyuman manisnya. Aku harap keberuntungan datang padaku

Waktu di mulai. Aku mulai menggambar pola di atas kerta sebesar A3. Tema gambar kali ini adalah membuat poster tentang lingkungan. Setelah menggambar pola, aku mulai menebalkannnya dengan spidol berwarna hitam. Setelah itu aku mulai mewarnainya dengan crayon secara gradasi. Warna yang indah mulai terbentuk di atas kertas yang besar, putih, dan polos.

Seketika aku mengingat sesuatu saat melihat dan melakukan pencampuran warna, dimana waktu itu Yen yen menyuruhku mengajarinya mewarnai dalam bentuk gradasi/pencampuran warna dari yang paling tua ke yang paling muda

Saat itu kita kebetulan sekelompok dan mendapatkan tugas untuk membuat poster IPA tentang pencemaran udara

"Ule, ajarin gradasi dong"

"Okeh, belajar nih ya sama masternya, gua tuh master seni"

Ucapku dengan percaya diri. Lagi lagi dia menyentil jidatku

"Aww, kebiasaan deh Yen, sakit tahu, gua tonjok lama lama hidung merah jambu lu"

"Hehehe"

Aku segera mengambil dua buah warna krayon. Warna biru muda dan biru tua

"Jadi yang pertama warnain dulu pake biru tua, sesudah itu campur di bawahnya pakai biru muda selanjutnya terus aja semakin muda"

"Ohh semakin sini semakin muda, kalau Ule semakin sini semakin tua ya"

"Heh ngomong apa lu tadi!?

Aku mengangkat tanganku seperti ingin memukulnya, tapi tidak jadi karena aku tidak tega

"Eh engga engga, ampun"

"Untung gua masih sabar"

Kami terus mewarnai poster bersama, ia juga mulai belajar tentang warna padaku.

Ah shit. Aku terlalu sibuk memikirkannya. Aku melanjutkan menyelesaikan gambar agar keluar ruangan lebih cepat. Waktu terus berjalan, akhirnya aku telah selesai mengerjakan poster itu. Aku keluar ruangan dan segera berlari menuju kedua guruku. Kami memutuskan untuk sholat Dzuhur dan mencari makanan sambil menunggu pengumuman 10 terbesar.

Auman laparku benar benar sudah hilang setelah kami membeli baso. Kedua guruku memutuskan kembali untuk menunggu di kursi lorong kelas, karena pengumaman akan berlangsung setengah jam lagi. Aku membuka hpku dan berharap mendapatkan kabar dari Yen yen. Aku rindu padanya, aku tahu aku memang bete kepadanya, tapi sebete beteku padanya aku tetap akan merindukannya bagaimana pun dalam situasi apapun juga.

Aku membuka Line dan mendapatkan 3 notif darinya. Aku benar benar senang karena aku berpikir dia pasti akan bertanya seperti ini

"Heh Ulen si beras ketan, lu kemana? Kok gua ga liat lu di kelas 8F, jangan jangan lu di telan bumi ya?"

Seperti biasa dia pasti selalu bercanda padaku dan menyelipkan kata kata perhatian yang tersembunyi. Bhak, aku mengkhayal kembali.

Aku tidak boleh terlalu berharap, aku mengucapkan bismilah sebelum membukanya dan aku pun membaca isi pesannya

12.13

Avryen : hauli, maaf ya, gua mau minta putus

Aku kaget dan terdiam sejenak. Jantungku seakan akan berheti berdetak. Putus? Dengan keadaan seperti ini dia minta putus?

13.50

Hauli : Putus? Kenapa?

Avryen : sebenernya gua masih sayang sama lu, tapi gua tersentuh sama ceramah nya pak Syahrul tadi pas sholat berjamaah di aula bawah sekolah, gua mau tobat

Hauli : Lah kok?

Avryen : sekali lagi gua minta maaf ya, kalau kita jadi sahabat biasa juga gpp

Hauli : Kok jadi gini sih

Avryen : gua emang pernah janji buat ga ninggalin lu, tapi maaf, kalau gitu gua ingkar janji

Hauli : Oh jadi selama ini janji itu cuma buat penenang sejenak?

Avryen : gua ga punya kata kata lagi, tapi gua punya 1 permintaan lagi yang harus lu turuti, pesan terakhir dari gua, jaga diri lu baik baik tanpa gua

Hauli : makasih :)

Aku menahan tangis yang luar biasa. Dasar cowo brengsek, engga mungkin dia jadiin alasan mau tobat buat mutusin sebuah hubungan.

Aku tidak bisa memohon mohon padanya untuk tidak mengakhiri hubungan. Jika kami tetap berpacaran, mungkin hanya aku yang akan berjuang. Aku tidak mau berpacaran dengannya jika nyatanya dia tidak bahagia bersamaku. Itu sama saja dengan pacaran rasa sepihak, itu tidak adil dan menyakitkan. Aku pun melepaskannya, ini jalan yang terbaik untukku

Aku tidak punya kata kata lagi yang bisa aku ucapkan. Yen yen terkenal dengan argumentnya yang tidak seorang pun bisa mengalahkannya. Ia tidak pernah mau mengalah. Kosa kata yang ia punya banyak dan luas. Dia di sebut sebagai ahli debat oleh seluruh siswa dan siswi di angkatanku. Ini semua tentang pola pikir dan mindset

Aku hanya anak perempuan yang lugu dan polos. Aku tidak bisa mengeluarkan semua emosiku dalam kata kata. Akhirnya aku memutuskan untuk diam dalam seribu bahasa

Aku tidak boleh terlihat sedih ataupun mengeluarkan air mata. Aku berada di tempat umum sekarang bersama kedua guruku. Pengumuman pun dimulai, aku segera kembali masuk ke ruangan dengan senyuman palsu. Ternyata aku berada di peringkat 8 besar, tapi aku tidak mendapatkan piala ataupun sertifikat.

Akhirnya aku dan guruku memutuskan pulang ke sekolah. tetapi aku meminta guruku untuk menurunkanku di depan belokan jalan menuju rumahku. Aku tidak mau turun di sekolah, aku tidak mau melihat wajahnya yang kurap dan busuk.

Setelah sampai di rumah, aku segera berlari ke arah kamar. Ibuku sempat bertanya

"Kak, gimana lombanya?"

Aku menaiki tangga untuk menuju kamarku dan menjawab pertanyaan ibu dengan lesu

"Sangat buruk"

Aku segera memasuki kamar dan mengunci pintu kamar dari dalam. Aku menjatuhkan diriku ke kasur dan menumpahkan banyak air mata. Dia hal terindah yang pernah aku dapat, tapi aku harus segera melepaskannya dengan senyuman dan ke ikhlasan.

Kenapa dia tiba tiba seperti itu? Apa kesalahan yang aku buat? Hubungan kami berakhir setelah 5 bulan berpacaran. Aku memeluk bantal dan segera menghela nafas dengan air mata yang terus turun. Mungkin dia bukan yang terindah, tapi yang terburuk.

Aku benar benar bersyukur di kelas 8 ini aku tidak sekelas dengannya. Ternyata benar, tuhan sudah mengatur segalanya dan semuanya

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang