Sudah hari ketiga kami menjadi panitia mpls. Aku dan anak osis lainnya duduk bersantai di anak tangga sambil mengobrol
Arap membawa kamera slr yang ia gunakan untuk memotret acara ini sebagai dokumentasi. Kamera itu sering di pinjam dan di bawa bawa oleh anak osis lainnya untuk memotret hal yang tidak jelas
Aku berjalan ke arah kursi kayu sambil membawa kamera Arap di tanganku. Aku memotret siswa siswi kelas 7 dari sana. Tiba tiba seseorang memanggilku dari belakang
"Ule, fotoin gua sama Avry"
Ucap Fiqri sambil menarik Avry untuk ikut berfoto dengannya. Aku tidak sadar ternyata dari tadi mereka sudah ada di sana
Avry dan Arka bergaya dengan wajah yang datar dan sangar dengan kedua tangan di masukan kedalam sweater yang mereka gunakan
"1, 2, 3.."
Foto pertama berhasil di ambil. Lalu Arka berteriak lagi
"Lagi lagi, kiri gua hacker militer nih"
Mereka berdua bergaya dengan wajah yang sama seperti sebelumnya, yaitu datar dan sangar, tidak ada senyuman terlukis di wajahnya
"Fuck your bullshit dude, ea"
Ucap Avry sambil menunjukan jari tengahnya ke kamera. Aku pun memotretnya lagi
"1, 2, 3..."
Tiba tiba Fiqri dan Akbar datang mendekat ke meraka
"Hauli! Lagi dong lagi, kumplit nih Four idiot"
Teriak Fiqri padaku
"Jadi cowo alay alay amat buset dah"
Balasku dalam hati. Mereka ber 4 menunjukan jari tengahnya dengan kupluk hoodie di kepala
Bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa dan siswi di istirahatkan. Aku mengembalikan kameranya kepada Arap. Aku kembali duduk di anak tangga untuk beristirahat. Baru saja sedetik aku duduk, ada yang memanggil namaku lagi
"Hauli"
"Sialan, gua juga butuh istirahat"
Aku menoleh kesamping. Ternyata Rafdin yang memanggilku
"Li, anterin aing ke lantai 3"
Aku langsung melotot kaget setelah Rafdin mengatakan itu
"Nanti gua mati di jalan bangsat, minta anter orang lain aja"
"Aing mau ngobrol sama Akbar face to face, penting Li please"
Akhirnya aku menuruti permintaannya. Kami berjalan ke lantai 3 di gedung baru. Lantai paling atas dan paling tinggi
Setelah sampai di puncak. Matahari menyorot begitu tajam di sela seli pepohonan tinggi. Gunung, sawah, lahan hijau dan perumahan terlihat sangat jelas dari atas sini. Angin berhembus sangat kencang membuat tubuhku sejuk kembali
Aku berjalan ke arah lorong. Aku melihat Akbar dan Avry di sana. Avry duduk di lantai dengan laptop yang ia mainkan. Lorong ini benar benar sepi, tidak ada orang di dalam kelas. Hanya kita ber 4 yang ada di lantai 3
"Shit, lu sengaja ngajak gua biar gua juga ketemu Avry?"
"Hehehe, bae ah"
Ucap Rafdin sambil tertawa. Ia langsung berjalan mendekati Akbar. Aku mengikuti di belakang
"Raf, private"
Akbar dan Rafdin berjalan menjauh dari aku dan Avry. Mereka terlihat sedang menceritakan sesuatu
Tubuhku bergetar dingin karena berada sangat dekat dengan Avry. Aku menyodongkan badanku ke ujung tembok sambil melihat pemandangan
"Heh mantan anjing"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...