[Part] - 69

409 30 2
                                    

Aku duduk di kursi meja kantin bersama dengan Cindy, Nuha, Afifah, Dinda dan Rafdin sambil memakan indomie kuah bersama sama

Hujan turun sangat besar beserta petir yang terus menggedar gedor sekolah. Kami semua terjebak di kantin dengan aroma mie yang sangat mengenakan

Kami mengobrol ngobrol seperti membuat kerusuhan di kantin. Kami juga mengganggu beberapa ade kelas yang lewat di depan kami

"Hey hey hey!"

Teriak Afifah dan Nuha ke pada salah satu anak kelas tujuh yang lewat. Anak itu menengok kepada kami

"HEY TAYO! HEY TAYO! DIA BIS KECIL RAMAH"

Teriak mereka semua sambil memukul mukul meja, kecuali diriku. Anak itu tertawa malu sambil berlari kepada teman temannya

"Eh eh liat yang itu"

Bisik Cindy sambil melirik ke anak kelas delapan yang sedang duduk di meja sebelah kami

"Naura?"

Tanya afifah penasaran

"Gua denger gosip baru, katanya si Naura itu lagi deket ama Fiqri"

"Fiqri? Fiqri anak 9C? beneran? Jangan cemburu gitu dong Cin, kita semua pasti bantu"

"Fy, beraksi Fy"

Bisik Nuha kepada Afifah sambil tertawa

"EKMH EKMH YANG MANA SIH ORANGNYA"

Teriak Afifah dengan ekspresi pura pura tidak tahu. Semua yang ada di kantin melihat ke arah kami

"Itu yang itu"

Ucap Nuha sambil menunjuk kepada Naura. Naura langsung kaget dan bingung sambil menunjukan ekspresi ketakutan

"Ih udah kalian gila ya"

Bisik Cindy sambil menginjak kedua kaki Afifah dan Rafdin. Mereka semua tertawa, Naura langsung pergi bersama dengan teman temannya karena merasa tidak nyaman

"Li, lu kenapa sih dari tadi diem aja, ketawa dong"

Tanya Afifah padaku

"Ga kenapa napa"

Jawabku sambil memainkan kuah mie yang sudah abis

"Cie yang sekarang mensiv ke satu bulan, eh ke enam ya, kan lu bilang lanjutin yang dulu"

Ucap Cindy sambil menyenggol pundakku. Aku tidak menjawab, aku hanya tersenyum lebar pada mereka semua

"Jangan jangan lu lagi berantem, kenapa lagi sih?"

"Gua ga tau lagi Cin, gua cape"

Jawabku kesal sambil mengeluarkan air mata

"Ihh uda dong Li"

Ucap Cindy sambil memelukku erat. Nuha, Afifah, Dinda dan Rafdin ikut merapat padaku

"Kalau udah sayang, semarah marahnya dia, sebenci bencinya dia, pasti bakal balik lagi, karena dia sadar kalau kamu itu rumahnya"

Ucap Nuha sambil mengusap ngusap pundakku

"Maneh pikir hubungan aing jeung Akbar baek baek aja? Emang keliatannya baek, tapi kita juga emang sering berantem kok, gapapa ini cuma cobaan, tiap hubungan pasti aya lika likuna"

Ucap Rafdin. Setelah hujan reda, kami kembali ke kelas di gedung baru. Kelasku belajar pelajaran ipa sekarang, kami di perintahkan pak rahmat untuk pergi ke lab ipa. Aku dan Avry masih tidak saling melihat dan mengobrol, padahal sekarang sudah tanggal 22 Oktober 2018

Aku duduk bersama Alya di salah satu kursi di lab ipa. Sudah lama aku tidak masuk ke lab ipa, aku melihat ruangan sekitar dan beberapa karton yang di tempel di dinding

Aku menemukan karton kelompok ipaku waktu kelas tujuh dulu, ini adalah gambar planet planet yang mengitari matahari. Ada nama kelompokku di bawahnya, aku di kejutkan dengan nama Avry yang di coret dengan spidol hitam. Rasanya aku tidak pernah melakukan itu pada namanya. Lalu siapa yang melakukannya?

Sudah jelas nama Avry tidak ada disana. Dan ada sebuah coretan besar dengan spidol hitam di bawah namaku. Aku yakin itu adalau nama Avry, karena dulu aku pernah membuat tugas seperti itu bersama Avry di karton yang sama

"Al, lu tau ga siapa yang coret nama Avry dari karton itu"

Tanyaku sambil menunjuk ke arah karton

"Ohh itu kelakuan Farhan sama Ridwan waktu kelas delapan dulu"

"Serius? Lu tau dari mana?"

"Gua liat dengan kedua mata gua sendiri, Farhan dulu naksir lu kan, dia benci banget sama Avry, dia sampai ngehasut Avry ke semua anggota anak motor"

"Ya ampun, dasar"

Aku melihat sekeliling ruangan. Avry belum masuk ke ruangan ini. Beberapa menit kemudian dia datang dari balik pintu dan segera duduk bersama Azka

"Ih Avry tuh kenapa ya, kan disuruh duduk sama kelompoknya masing masing"

Bisik Alya padaku. Alya langsung berteriak dan memanggil Avry untuk duduk disini. Dia pun menghampiri kami dan duduk di sebelahku, tiba tiba aku merasa tegang dan tidak tenang, aku terdiam kaku

Pak Rahmat pun masuk dan menjelaskan praktek yang akan kami lakukan. Yaitu tentang magnet

"Sumpah gua paling kesel kalo liat lu mendem perasaan lu sendiri"

Bisik Avry secara tiba tiba padaku. Aku diam dan bingung harus menjawab apa, disisi lain aku mencoba untuk fokus mendengar penjelasan Pak Rahmat

"Jangan sekarang Vry"

"Anggep aja gua lagi ngomong sama tembok, gapernah sedikitpun lu bilang ke gua tentang masalah lu, gapernah lu ngasih penjelasan kalo gue ga ungkit masalah, harus gini dulu ya biar bisa ngejelasin?"

"Gua punya waktu dimana saat itu gua diem, gua juga punya waktu dimana saatnya gua ngomong"

"Gausah dipikirin yang kemarin, ini gua yang salah, ego gua terlalu tinggi, kalo mau ngelampiasin ke gua aja ya? jangan ngerasa jijik sama diri sendiri, gua rela kok dipukul asal lu yang ngelakuin. Udah kalo ada apa apa pokoknya harus ngomong sama gua jangan di pendem sendiri gua gasuka"

"Maaf kalo emang gua ga terbuka, gua berusaha buat terbuka sama lu sedikit sedikit, tapi gua butuh waktu,  iya gua sadar sekarang dan gua bakal banyak intropeksi diri lagi"

"Inget gua cowo lu, gua bakal selalu ngebantu kalo lu lagi kesusahan"

"Maaf uda buat lu kek gini, ga tega gua kalo liat lu gini terus, kalo liat lu bete gua jadi ikut bete, liat lu seneng gua ikut seneng, liat lu sedih gua ikut sedih, inget kata kata gua ya, gua juga bisa ngerasain apa yang lu rasain"

"Gitu ya"

"Sekali lagi gua minta maaf, oiya dan gua berharap banget kalo lagi sedih kek gini jangan sampai lu berani berani sentuh rokok, apa lagi di pake, janji ya? Depresi emang bukan hal sepele, tapi jangan di lampiasin ke rokok lagi"

"Iyaa Ulee gua janji"

"Makasi uda mau peduli selama ini, gua juga janji kedepannya ga akan ada yang di sembunyiin lagi"

Aku dan Avry kembali mendengarkan apa yang di jelaskan Pak Rahmat. Hubungan kami kembali baik di dalam lab ipa ini

Kami berdebat dan menyelesaikan masalah dengan berbisik bisik. Tidak ada satupun orang yang mendengar percakapan kami disini, termasuk Alya. Aku kembali merasa tenang, moodku menjadi lebih baik hari ini

Tiba tiba Avry mendekatkan kepalanya lagi ke arah telingaku dan berbisik

"Oiya Le gua lupa, happy mensiv ke enam bulan, ntar gua beliin eskrim greentea empat belas ribu di kantin, itu eskrim favorit lu kan"

Waiting For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang