Sidang di mulai. Aku, Cindy dan Nuha mau melupakan sejenak tentang masalah di kelas 7B tadi
Kami anak osis, guru dan peserta LKS kelas 8 memasuki ruangan kelas bawah yaitu tempat sidang berlangsung. Arap si ketua osis menyuruh peserta untuk menvoting tentang siapa yang akan menjadi presidium di depan
Akhirnya kita mendapatkan 3 presidium dari anak kelas 8. Ada Erland si presidium 1, Favio si presidium 2 dan Haidar si presidium 3. Mereka duduk di meja depan dengan eskpresi takut dan kebingungan
Erland memegang palu yang akan menjadi bagian dari perlaksanaan sidang. Seluruh peserta di berikan kertas yang berisi peraturan sidang dan pembahasan sidang termasuk ketiga presidium di depan
Erland si presidium 1 membacakan semua peraturan di kertas itu
"Peserta di larang keluar ruangan dengan alasan yang tidak jelas ketika sidang berlangsung, setuju?"
Tanya Erland dengan palu di tangan kanan dan mic di tangan kiri
"Setujuuu!!"
Seluruh peserta termasuk anak anak osis yang duduk di pinggir berteriak setuju. Palu pun di ketuk sekali. Erland terus membacakan seluruh peraturan
Aku jadi ingat saat dulu aku masih jadi peserta LKS. Sumpah sidang waktu itu lebih menyenangkan di bandingkan tahun sekarang
Dulu yang menjadi presidium 1 adalah Fiqri, presidium 2 adalah Arap dan presidium 3 adalah Arbel. Peserta terus ribut karena jam sudah menunjukan pukul 11 malam, mereka semua lelah dan ingin tidur
"INTRUPSI! KALAU KAYA GINI TERUS KAPAN SELESAI SIDANGNYA?!"
Teriak Ridwan karena sudah lelah dan kesal dengan perdebatan ini. Semua peserta bersorak kesal kepada presidium. Fiqri sebagai presidium 1 bertindak sangat bijak
"Saya belum mengizinkan intrupsi anda, harap diam atau anda saya keluarkan dari ruangan sidang"
Ucap Fiqri dengan sangat kalem di depan micnya
"Intrupsi!"
Teriak Cindy sambil mengacungkan tangannya
"Iya silahkan"
Ucap Fiqri yang mengizinkan Cindy mengeluarkan pendapat
"Tadi anda bilang di peraturan, kalau peserta di larang keluar ruangan dengan alasan yang tidak jelas ketika sidang berlangsung, tapi kenapa beberapa peserta keluar dengan alasan tidak jelas? Apakah sidang masih bisa berlanjut?"
"NAH! AYO GIMANA DONG PRESIDIUM! YANG TEGAS DONG!"
Teriak seorang guru yang menjadi provokator di belakang. Peserta kembali bersorak
"Dengan ini saya pindahkan palu ke presidium dua"
Karena lelah, Fiqri mengetokkan palu dan memindahkan palunya ke presidium dua
"Bagaimana sidang mau berlangsung kalau pesertanya susah di atur?"
Tanya Arap di depan micnya. Semua peserta terdiam. Sidang pun kembali berlanjut. Kami semua tahu bahwa Fiqri tidak pandai menahan emosinya, bisa di liat dari mimik mukanya dia seperti sedang menahan sejuta kata kata di mulutnya sambil mengepalkan tangan kanannya
Arap membacakan beberapa peraturan sekolah
"Di pasal dua puluh satu ayat tiga, siswa dan siswi di larang untuk menggunakan gelang atau aksesoris lainnya di lingkungan sekolah, setuju atau tidak?"
Sebagian peserta mengatakan setuju ada yang tidak ada juga yang diam karena sudah mengantuk dan lelah. Jam sudah menunjuk pukul setengah 12 malam. Tiba tiba seorang osis yang sekaligus kakak kelas kami berteriak tidak setuju, kami tau dia adalah seorang provokator
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Love
Teen FictionWaiting is the hardest part. What would you thinking if your ex is a famous hacker in the underground world? Petualangan Hauli dan Avry akan mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh tentang pahitnya kehidupan asli remaja di sekolah. Dari mulai kese...