KEMATIAN

733 52 1
                                    

Malam yang indah dengan bintang-bintang, bertebaran dimana-mana.

Begitu pun bulan yang terus berputar pada bumi, seakan bertawaf pada keagungan-Mu. Terlihat pohon-pohon yang merunduk, seperti bersujud dalam sholat. Menerawang jauh seakan menembus jauh ke sana. Entah sudah berapa lama aku melamun seperti ini. Aku bergeming. Hanya menutup mata. Aku yakin, Allah SWT akan selalu mendengarkan keluh kesah ku. Aku berbisik pelan pada-Mu, berharap setiap doa yang akan terkabulkan. Bertanya mengapa ketegangan dan peperangan diantara kalian senantiasa dirayakan dan digaungkan untuk memperuncing, bukan untuk saling bersatu? Bukankah nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajari kalian untuk memerangi orang satu sama lain? Apa ini untuk menyenangkan ego dan tindakan semena-mena kalian? Inilah ujian yang di peristiwakan.

                      ●●●●●

Dari luar sana terlihat mobil tentara Israel yang sedang berpatroli. Bunyi tembakan pistol terdengar beberapa kali, berarti disuatu tempat telah terjadi pertempuran. Dari jendela aku melihat seorang bapak yang dimarahi oleh tentara, karena berdemo di malam hari. Dia hanya ingin mengutarakan hak-haknya yang selama ini diabaikan. Dia menginginkan negara ini damai, tidak terus tertekan dengan ketidakadilan ini. Namun keinginannya harus dinilai buruk oleh para tentara.

Bahkan bapak itu menjadi bulan-bulanan kemarahan tentara. Ucapannya diabaikan begitu saja, seperti masuk ke telinga kanan dan keluar ke telinga kiri.

Dari balik jendela, Fatimah dengan jelas melihat perbuatan tentara yang tidak berperikemanusiaan. Mereka semakin beringas dan merasa kesal.

Dan...Buk! Sekali lagi...Buk! Bapak itu merasakan sekujur tubuhnya perih dan sakit. Dengan mudah dihunjamkan sebuah pisau berkali-kali ke perut bapak itu. Dia hanya bisa menatap perutnya mengucurkan darah. Sesakit apa yang kini sedang bergolak di dalam dirinya. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merintih sekalipun. Dia roboh seketika. Dia tewas seketika.

"Astagfirullah."batinku. Tak jauh dari situ ada istri dan anaknya yang menangis, mereka menyaksikan kematian orang terkasih. Setetes air jatuh ke pipi. Lalu setetes lagi. Dan setetes lagi. Sampai akhirnya mengalir bagai sungai. Istrinya marah besar kepada mereka yang tidak memiliki perasaan, sedangkan anaknya menangis di depan jenazah ayahnya. Anak itu terlalu polos untuk menyadari kematian ayahnya.

Dengan mudahnya aku mengamati kepergian mereka tanpa mengucapkan apapun. Sudah cukup aku menahan emosi dengan diam di tempat. Emosi ku berada di titik tertinggi, segera ku menghampiri mereka. Sungguh, sikap mereka benar-benar buruk. Mereka tidak memiliki hati nurani.

Belum sempat tangan Fatimah meraih pintu. Ibu menahan untuk tidak keluar, dia tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku yakin, Allah SWT akan selalu berada didekatku..Imani hati dengan menyakini-Nya, dengan begitu kau dapat mempercayai-Nya. Meski kau tak dapat melihat-Nya, tapi kau dapat merasakan kehadiran-Nya.

Ibu mendukung ku membela kebenaran. Kekuatan doa dari ibu membuat Fatimah optimis langkahnya ke depan akan dipermudah.

Emosinya benar-benar mendidih. Segera Fatimah memblokir jalan yang dilalui mobil tentara Israel. Tatapannya tajam kepada mereka. Aku ingin mengatakan kalau perbuatannya salah, padahal bapak itu hanya ingin mengatakan hak-haknya. Tapi mereka malah membunuh orang tak bersalah ini.

Aku tak peduli dengan suara klakson mobil yang berbunyi keras. Hingga dari balik pintu mobil keluar seorang tentara perempuan yang berbadan tegap. Satu demi satu langkahnya mengarah ke hadapan ku. Jarak diantara kita semakin mendekat. Tatapannya yang tajam, aku sama sekali tidak peduli. Toh, memang mereka yang salah. Tidak seharusnya mereka membunuh orang lain, biarlah Allah SWT yang membalasnya jika memang bersalah.

Dalam asmaul husna yaitu:"Al-Afuw" berarti"Maha Pemaaf". Ini membuktikan bahwa Allah SWT maha pemaaf terhadap hamba-Nya. Masa, kita tidak memaafkan kesalahan orang lain.

Tangan tentara perempuan itu melayang, mendorong tubuh ku yang tak sempat menghindar. Dorongannya cukup membuat ku terjatuh di atas aspal yang berdebu. Perempuan itu berbicara kasar, seakan memberi isyarat kepadaku dan yang lain untuk tidak main-main dengan mereka. Jari telunjuknya menghadap ke arahku, tepat didepan hidung ku. Fatimah yang tak terima, bangkit berdiri.

"Kalian bisa membunuh nyawa tak bersalah itu, tapi kalian tak bisa membunuh cinta kami
padanya."teriakku.

Banyak warga sipil Palestina berlari ke arahku, juga anggota hamas menghampiriku cepat. Banyak juga yang menangis dengan kenyataan ini. Perempuan itu berbalik meninggalkanku, tanpa peduli dengan segala amarahku.

"Kalian pengecut... Tidak berani bertanggung jawab atas apa yang kalian lakukan. Suatu hari nanti kalian akan merasakan, bagaimana rasanya tak ingin kehilangan seseorang yang kalian cintai, camkan itu!"teriakku dan saat itu juga aku terjatuh dengan tangisan menghiasi.

Fatimah yang pernah kehilangan ayahnya, karena tertembak oleh tentara Israel hingga meninggal dunia, tentu tahu rasanya kehilangan.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang