IKHLAS

67 12 3
                                    

Dengan rasa penuh penyesalan, Aisyah pun masuk ke dalam ruang kesehatan untuk menemui Fatimah. Dia memang kemarin marah, tapi dia tidak akan sejahat itu. Aisyah sudah ikhlas, syukurlah...

Aisyah dan Fatimah sudah bersahabat sejak kecil, tidak ingin persahabatannya hancur hanya karena percintaan.

Ingat, jodoh sudah diatur oleh Allah.

"Fatimah..."

"Aku... Hiks... Minta... Hiks... Maaf, ya."

"Aku... Hiks... Juga... Hiks...
Minta... Hiks... Maaf, ya."

Fatimah yang masih terisak pun sangat terkejut saat tubuhnya dipeluk seseorang. Cukup terkejut, namun dia bahagia saat tahu orang itu adalah Aisyah. Aku benar-benar senang.

"Alhamdulillah..." ucap Syifa sambil memeluk kedua sahabatnya.

Pelukan mereka sudah selesai.

Kini Aisyah menatap mata Fatimah dan menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Terkadang cinta harus berakhir menyakitkan, tapi-." Aisyah memotong ucapannya.

"Aku akan bahagia, jika kamu bersama Bilal. Dia orang yang baik dan kamu juga orang yang baik."

"Tap-." mendengar itu, mata Aisyah melotot, tidak ingin sahabatnya menolak cinta Bilal.

Syifa menganggukkan kepalanya menandakan setuju dengan tersenyum.

"Kalian saling mencintai."

Bilal datang.

Fatimah menundukkan pandangannya. Entah, saat Fatimah melihat Bilal, jantungnya menjadi tidak beraturan.

"Assalamu'alaikum..." ucap Bilal dengan senyuman. Senyumannya benar-benar memporak-porandakan hati Fatimah. Seketika hati Fatma menjadi... Ah, entahlah.

Aisyah dan Syifa melihat perubahan dengan wajah Fatimah, wajahnya menjadi merah merona, karena cinta tulus Bilal.

"Wa'alaikumsalam..."

"Ehm... Boleh pinjam Fatimah sebentar,gak?" tanya Bilal ragu-ragu.

"Boleh, kok." jawab Syifa.

"Tapi jangan lama-lama, belum muhrim." goda Aisyah.

"Hahaha..." Aisyah dan Syifa kompak tertawa, Fatimah menunduk; malu.

"Ayo... Kita pergi!" Aisyah menyeret tangan Syifa sambil terus tertawa.

Bilal hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aisyah dan Syifa.

Mau tak mau, Fatimah ditinggal berdua saja dengan Bilal.

Akhirnya kini tinggal Fatimah dan Bilal.

"Fatimah, apa kamu mau menjadi pendamping hidupku?"

Telinga Fatimah berfungsi dengan baik. Hatinya berdebar bahagia. Tapi Fatimah harus sholat istiqarah dulu, meminta petunjuk dari Allah.

Gadis itu mendadak terdiam.

"Fat-."

"Aku butuh waktu untuk menjawab pertanyaan kamu."

"Iya, aku akan tunggu jawaban
kamu."

3 jam kemudian.

"Fat, kok kamu gak jawab pertanyaan dia, sih... Kamu pasti mau jadi pendamping hidupnya; istrinya."

"Iya, jangan kelamaan menjawabnya. Kasihan Bilal. Dia cinta sama kamu dan aku yakin kamu juga cinta sama dia."

"Kak Fatimah cocok banget sama kak Bilal. Langsung jawab aja kak, jangan kelamaan!"

"Tidak semudah itu menjawab, aku harus sholat istikharah dulu. Insyaallah... Minggu depan aku
jawab."

Kegalauan masih menyelimuti Fatimah.

"Apakah Bilal pemilik tulang rusuk ku?"

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang