TENDA PENGUNGSIAN

123 11 0
                                    

Ketakutan dan kematian selalu menggelayuti pikiran kami.

Tapi, tidak untuk sekarang. Betapa berharganya hidup dan tak ada waktu untuk menangisi kenyataan yang kami terima. Kami harus ikhlas. Ini adalah ujian dari Allah SWT, sesungguhnya Allah memberi ujian yang dapat umat-Nya lakukan.

Sejak saat itu, aku dan ibu tinggal di tenda pengungsian. Rumah kami terkepung oleh tembok besar Israel. Mereka membuat batas lagi.

Gaza, akan tetap sama dari masa ke masa. Dan sebagian wilayah Palestina, pun juga mengalami hal yang sama.

Lihatlah! Betapa semangat mereka mengepung wilayah kami. Ternyata, mereka sangat betah menghancurkan wilayah kami.

Matahari akhirnya kembali bersinar, setelah seminggu tidak menampakkan sinarnya. Cahaya yang dinantikan oleh setiap muslim dari sang pencipta.

Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, kami harus waspada dari serangan mendadak para kaum yahudi itu.

Banyak diluar sana orang yang berpendapat, betapa beratnya kesedihan yang dialami penduduk Palestina. Tapi, kami membantah itu semua. Kami sangat berbahagia melewati setiap hari. Karena kami diberikan keutamaan untuk membela agama Allah, agama dengan kedamaian. Dan jalan kematian kami yang syahid. Sesuatu yang kami inginkan selama ini.

Bau asap bom yang terbakar adalah sarapan kami. Suara jeritan tangis adalah alunan musik yang mengiringi hari-hari kami.

Lalu, apa yang salah dengan kami?
Ini adalah keinginan kami untuk berperang membela agama Allah. Islam!

Tenda pengungsian adalah tempat kami sekarang. Tempat tinggal dari serangan para zionis Israel.

Kami tidak memiliki harta. Semua sudah lenyap bersama orang yang kami cintai. Hanya bantuan para relawan yang setia membantu kami.

Seminggu kemarin hujan turun deras dan baju tebal yang kami kenakan itupun dari mereka. Kami cukup merasa hangat.

●●●●●

Flash back.

Seminggu yang lalu.

Kami berlari dari kerumunan penduduk yang juga ikut berlari. Menyelamatkan diri dari serangan tiba-tiba yang terjadi. Sempat terjatuh, dan kemudian bangkit berlari lagi.

Hingga... Tenda pengungsian tujuan terakhir kami.

Melelahkan setelah berlari menghindari tentara Israel.

Fatimah menghembuskan nafas gusar, duduk dan memijat kaki yang berlari cukup cepat tadi. Mencoba menghilangkan amarah yang tengah menggerogoti dirinya. Amarah kepada tentara Israel itu.

Ibu disampingnya sudah tertidur sambil mendengkur. Hilanglah amarah Fatimah, saat melihat sang ibu.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang