CINTA MULAI BERSEMI 3

74 10 3
                                    

"Aku tahu; mungkin ini terlalu cepat. Tapi, aku hanya ingin bilang, aku cinta sama kamu, Fatimah..." ucap seorang pria yang tengah menatap lembut gadis di hadapannya.

Kenapa hatiku berkata "Iya"? Padahal, aku belum mengatakannya. Tapi, aku tidak bisa berkata "Iya."

Bagaimana dengan Aisyah? Aku tidak mau persahabatan ku hancur hanya karena percintaan. Toh, jodoh sudah diatur oleh Allah, tinggal saat yang tiba dia akan hadir.

Aisyah mendengar ucapan dari Bilal, itu pun terkejut dan tidak menyangka. Aisyah pergi dengan amarah, hatinya merasa sakit sekali.

Fatimah justru mengejar Aisyah.

"Aisyah, tunggu..."

Fatimah tersandung.

"Fatimah..." Syifa menarik tanganku untuk tidak mengejar Aisyah lagi.

"Jadi-." batin Bilal. Kini, dia tahu kalau Aisyah juga mencintainya.

●●●●●

"Sejak kapan Bilal cinta sama kamu, Fatimah?" Aisyah berbicara dengan nada tinggi. Amarahnya memuncak.

"Aisyah, mengapa kamu berbicara dengan nada tinggi?" Syifa angkat tangan. Alis matanya yang hitamnya terangkat, matanya menatap Aisyah.

Fatimah terdiam. Matanya nanar, ingin rasanya menangis. Untuk pertama kalinya, aku mendengar Aisyah marah dan membentak.

"Aku gak tahu, sejak kapan dia cinta sama aku. Hiks... Hiks... Hiks..."

"Tapi, aku tahu kalau kamu juga cinta sama dia."

Syifa terdiam. Kini dia tahu kalau sebenarnya Bilal mencintai Fatimah, begitu pun sebaliknya. Tapi, Aisyah?

"Sudahlah, Aisyah... Cinta gak bisa di paksakan. Toh, kamu hanya membuat Fatimah menangis."

Aisyah pergi berlalu.

Fatimah menarik tangan Aisyah, namun di hempas olehnya.

"Jangan menangis!" Syifa menyeka air mata Fatimah yang terus mengalir di pipinya.

Disisi lain.

Aisyah menangis.

Syifa menghampiri.

"Aku cinta sama Bilal. Hiks... Hiks... Hiks... Tapi, Bilal terus memikirkan Fatimah. Hiks... Hiks... Hiks... Bahkan, saat bersamaku, dia menyebut namanya. Apa itu yang bukan namanya cinta? Hiks... Hiks... Hiks..."

"Aisyah, dengar aku baik-baik. Cinta terkadang datang tanpa diketahui, kamu cinta sama dia, tapi dia-. Cinta gak bisa di paksakan, cinta hadir dengan tulus saat 2 orang saling mencintai. Aku yakin, suatu hari nanti jodoh mu akan hadir. Mungkin dia bukan jodoh mu."

"Tapi-. Hiks... Hiks... Hiks... Tidak semudah itu melupakan dan merelakan orang yang dicintai bersama orang lain, sama sahabat sendiri."

"Semua itu tentang keikhlasan, menerima kenyataan
yang sebenarnya."

Disisi lain.

Bilal duduk, termenung.

Dia tidak menyangka, kalau akan jadi seperti ini.

Fatimah? Orang yang terus
dicintainya.

Aisyah? Hanya dianggapnya sebagai sahabat.

●●●●●

Pada malamnya.

1 Muharram 1440 H.

Cinta?!

Apa aku mencintai Bilal? Mengapa aku mencintai Bilal?

Itu bukan cinta, tapi sebuah nafsu. Nafsu untuk memiliki hatinya.

Aku mengalah. Ya, mengalah. Merelakan Aisyah bersama Bilal. Meskipun, Bilal mencintaiku.

Ya, Allah... Aku hanya ingin menjadi kekasih-Mu. Kekasih yang mendapatkan cinta-Mu.

Seseorang dari belakang menepuk punggung Fatimah.

"Fatimah..."

"Fatimah..."

"Fatimah..."

"Fatimah..."

"Fatimah..."

Tangan Syifa melambai ke wajah Fatimah. Sudah pasti dia melamun.

"Hah?" Fatimah menoleh dan mendapati Syifa.

"Kok melamun?"

Fatimah menunduk. Tidak berani menatap mata sahabatnya.

Syifa merangkul Fatimah.

"Kalau kamu juga cinta sama dia, gak apa-apa. Aku tahu kalau sebenarnya kamu juga cinta sama dia. Kamu gak perlu bohong." ucap Syifa.

"Cinta bukan tentang mengalah, tapi tentang menerima. Kamu gak perlu mengalah dengan memberikan orang yang kamu cintai ke orang lain." lanjut Syifa.

"Tapi-. Hiks..." akhirnya mata Fatimah menatap Syifa, mulai menangis.

"Aku tahu, kamu pasti mau mengalah, kan. Aku yakin, Aisyah pasti bisa menerima kenyataan
yang sebenarnya."

Fatimah terus seperti itu; mengalah. Pada cinta sekali pun. Hanya karena dia tahu sahabatnya mencintai orang yang sama dengannya.

Fatimah memeluk Syifa.

●●●●●

"Jangan menangis! Hanya karena cinta." ibu Aisyah datang dan mengelus jilbab anaknya.

"Hanya karena cinta kalian menjadi seperti, persahabatan? Tak ingatkah, saat kamu sakit, Fatimah setia berada di sampingmu."

"Aku bukan... Hiks... Hiks... Hiks... Pilihan hatinya..."

Angin malam menusuk tulang. Membekukan Gaza dengan segala kegalauan. Gerimis turun menyapa keheningan.

Aisyah termenung, kemudian menangis. Wajah cantiknya tertutup oleh air mata. Hatinya sakit. Ia menangis lagi.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang