BULAN DI LANGIT GAZA

149 14 0
                                    

Angin bertiup spoi-spoi dari arah timur, jibab Fatimah terhembus angin. Dibenarkannya jilbab itu. Sejuk dirasanya. Berhembus pelan di depan hidungnya.

Hari ini adalah penantian ke seribu bahkan ke sejuta kalinya, akan perdamaian.

Sore tadi, dia dan Aisyah bernyanyi lagu yang mengharukan. Bahkan, untuk pertama kalinya kami melihat tentara Israel turut larut dalam alunan lagu, hingga memberikan suporter tepuk tangan.

Dilihatnya bulan purnama ditengah langit gelap. Bentuknya yang lingkaran dan cahayanya yang terang menderang. Membuat Fatimah terlarut lagi dalam kesedihannya. Sudah banyak air mata yang dikeluarkannya, dan jangan menangis lagi.

Memohon doa kepada-Nya. Meminta agar meredanya ketegangan diantara kalian? Jangan saling memisahkan satu sama lain. Kami memiliki hak untuk hidup damai.

Bulan menggantikan posisi matahari sebagai penerang di malam hari. Matahari dan bulan sama-sama penerang, meski waktu mereka berbeda.

Gaza mencoba untuk terus bertahan dari semua hal yang tidak diinginkan ini.

Apa yang kami harapkan,selain perdamaian? Tidakkah kalian memberikan perdamaian kepada kami?

Karena manusia meminta dihentikan ujian yang diperistiwakan.

Fatimah menangis. Sesekali dia menyeka air mata yang terus mengalir. Ternyata, sedari tadi ibu memperhatikannya. Fatimah hanya bisa membalikkan diri, tidak menghadap ibunya.

Ibu membujuk anaknya, agar menghadap ke arahnya. Tapi Fatimah mencoba menyembunyikan kesedihannya. Hingga akhirnya dia tidak sanggup menahan dan berbalik memeluk ibunya erat-erat. Dalam pelukan ibunya,dia menumpahkan semua kesedihan.

Ibu mengelus jilbab Fatimah dengan lembut. Tatapannya intens kepada Fatimah.

Dari raut wajahnya, Fatimah terus menangis.

Dirinya mulai tertidur di pangkuan sang ibu.

●●●●●

Keesokan harinya.

Matahari memantul sempurna di mata Fatimah. Silau sekali. Matahari sepertinya sangat bersemangat menyambut hari ini.

Dilihatnya lekat-lekat burung merpati yang beterbangan diatas sana. Iri hati ini kepada burung-burung itu. Mereka bebas kesana kemari. Terbang mengelilingi awan tanpa merasa tekanan dalam hidupnya. Inilah takdir Allah SWT.

Meski seulas senyum tidak ditampakkan burung merpati itu. Tapi, Fatimah dapat merasakan riangnya burung-burung itu bersama keluarganya. Fatimah merindukan sosok ayah. Hanya ibu yang mengisi kekosongan hatinya, setiap hari.

"Ah, sudah... Jangan bersedih lagi!"batinku.

Fatimah melihat Aisyah berlari cepat ke arahnya. Raut wajahnya seperti sudah berlari lama dan merasakan kelelahan.

"Assalamu'alaikum..."sapa Aisyah sambil mencoba mengatur napasnya.

"Wa'laikumsalam..."jawab Fatimah heran melihat sahabatnya seperti orang kelelahan.

"Kenapa kamu terlihat seperti orang kelelahan?"tanya Fatimah.

"I... Tu... Dia..."jawab Aisyah dan seketika di potong oleh Fatimah.

"Sudah... Duduk dulu sini! Atur napasmu, lalu berbicara dengan pelan-pelan. Tenangkan dirimu!"perintah Fatimah.

Aisyah mengangguk sambil sibuk mengatur napasnya.

Aisyah memasang senyum di wajahnya. Gigi-giginya tampak putih.

"Seorang atheis yang kemarin bertanya dan kami jawab. Dia sekarang seorang mualaf. Allah telah memberikan hidayah kepadanya,
Fat..."jelas Aisyah.

"Syukurlah..."jawab Fatimah semangat.

"Ayo! Kita ke masjid disana sudah dia dan pak ustadz."ajak Aisyah tak kalah semangat.

Tanpa pikir panjang aku menjawab"Ayo!"

"Sebelum itu aku pamit dulu ke
ibu."ucap Fatimah.

"Iya... Sekalian aku juga ingin bertemu ibu mu."jawab Aisyah.

Selesai pamit, kami pergi menuju masjid Al-Aqsa. Karena kemanapun kita pergi pergi, kita harus mendapatkan izin orang tua. Dan, jangan melarangnya jika tidak diizinkan/dilarang.

Dengan terbata-bata, dia mengucapkan kalimat syahadat. Dan pak ustadz terus menuntutnya. Kegiatan dapat berjalan lancar, meski banyak diluar masjid teman sesama tentara Israel menolak keputusannya.

"Kenapa mereka melarang keputusan orang lain? Ya, ampun..."gerutu Aisyah.

"Mereka memang tidak menyukai kita, bukan? Segala cara akan mereka lakukan untuk kami. Tindakan yang penuh tidak berperikemanusiaan melakukan kepada kami setiap
saat."jawab Fatimah.

Dan yang lebih mencengangkan lagi adalah dia telah memutuskan untuk keluar dari tentara Israel. Besok akan kembali ke Israel, dan hidup menjadi rakyat biasa.

"Saya tidak ingin melukai hati sesama muslim dengan tindakan
saya."tuturnya.

"Sekarang saya tahu bahwa tindakan saya selama ini justru melukai perasaan mereka. Saya tidak ingin lagi melawan tindakan tidak manusiawi ini. Kami sesama muslim dan sudah seharusnya saya membantu mereka, bukan menyakiti mereka."lanjutnya.

Dia telah sadar akan kekuasaan-Mu. Ya, Allah... Kau telah memberikan hidayah padanya.

Allah SWT merupakan Tuhan semesta alam. Dia-Lah yang menciptakan semua isi sejagat raya ini. Semua makhluk Allah wajib tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, karena diberi akal sehat untuk berpikir.

Agama islam sangat berpengaruh dalam dunia ini. Dunia tidak akan damai tanpa islam.

GADIS GAZA - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang